Chapter 25: The Unexpected

326 42 2
                                    

Gue mempersilahkan Ayana masuk ke rumah, sebelum menjelaskan lebih jauh kalo orang yang dia cari sedang nggak bisa menemui dia. Sekalian gue ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk tahu kira-kira apa maunya datang jauh-jauh dari Bandung, hanya untuk berbicara ke kakak gue.

"Duduk dulu, Aya, ya? Bisa saya panggil Aya aja kan?" gue mengarahkannya ke sofa ruang tamu.

"Iya, makasih. Maaf saya ganggu malem-malem. Ini dengan..?" tanyanya, mengulurkan tangan.

"Indri, adeknya Indira." Gue menyambut uluran tangannya. Dia meraihnya dengan masih tersenyum.

First impression gue persis seperti bayangan saat Brian menceritakan tentang dia: kalem, cantik, sopan. Beda ama gue yang petakilan.

Setelah dia duduk gue bergegas ke dapur untuk membuatkannya teh hangat.

"Maaf ya adanya ini aja.." gue meletakkan secangkir teh ke hadapannya.

"Nggak papa, ngerepotin banget hehe.. Kak Dira belum pulang kerja ya, Indri?" dia celingukan melihat rumah gue yang sepi.

"Duh, maaf ya. Tapi Indira lagi sakit. Drop tadi di kantor. Lagi tidur itu di kamar."

"Astagaa... drop kenapa? Aduh saya jadi ngerasa bersalah banget udah datengnya kemaleman, ganggu lagi.." ujarnya merasa tidak enak.

"Kecapekan sih kayaknya. Baru pulang traveling, langsung ngantor." Gue bisa membaca raut mukanya yang berubah khawatir.

"Masih suka traveling ya dia? Nggak berubah dari dulu, jalan mulu kerjaannya." Dia tersenyum tipis mengingat Indira yang dulu.

"Iya, bisa gila kalo nggak jalan dia mah. By the way, kamu langsung dari Bandung ke sini?"

"Kok kamu tau saya dari Bandung? Kan saya belum bilang?" pertanyaannya yang tiba-tiba menyadarkan gue kalo dengan bodohnya gue barusan keceplosan.

"Oh, itu aksennya agak sunda-sunda gitu, asumsi ajasih, heheh, atau dari Sukabumi?" gue berkelit.

"Iya, hehe bener saya dari Bandung. Tapi kebetulan aja lagi ada urusan di Jakarta kemarin, sekalian aja hari ini mampir." Jawabnya dengan polos, tanpa curiga.

"Oh, kirain langsung dari Bandung cuma mau ke sini doang. Boleh saya tau mau ada perlu apa ke Kak Dira? Biar saya sampaikan aja nanti."

"Gimana ya... sebenernya cuma mau catch up aja, udah lama nggak ketemu. Mau nanyain kabar temen-temen Kak Dira juga.."

Menanyakan kabar temen-temennya, apa TEMEN-nya? Batin gue.

"Dulu deket banget ya waktu kuliah? Satu jurusan?" gue memulai penyelidikan dengan nanya basa-basi.

"Beda jurusan, saya sih di Sastra. Cuma sering ketemu jadi deket" jawabnya.

"Sering ketemu... gimana? Sastra sama Ekonomi jauh bukannya?" ujar gue masih berusaha mengulik.

"Di kegiatan UKM sih, temen-temen Kak Dira ada yang anak musik, saya juga."

"Indira suka main ke UKM musik? Well, that doesn't sound like her. Kan dia ikut Mapala?" Pancing gue sekali lagi.

"Mm.. nggak sih, sayanya aja yang sering diajakin kumpul-kumpul sama temen dia yang ikut musik. Ketemu deh, Kak Dira, Kak Cyntia." Jawabnya sedikit tersipu.

"Brian? Atau Jevan?" gue menyebut namanya langsung tanpa basa-basi. Dan gue lihat mukanya terkejut saat gue menyebutkan nama pertama.

"Iya, keduanya kenal kok. Sering nge-band bareng.." katanya. "Indri kenal semua temen Kak Dira ya?"

November RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang