Ini lucu, aku bahkan tidak bisa memandang diriku sendiri, tapi aku melihat pandangan orang lain
Aku sudah menyerah sebelum mencoba***
Pagi-pagi sekali Jisoo sudah berkunjung ke kediaman keluarga Park. Bahkan Chaeyoung belum bangun dari tidurnya. Ia masih setia menempel di kasur.
"Kak Chanyeol, Chaeyoung udah bangun belum?" Tanya Jisoo begitu melihat Chanyeol yang membukakan pintu.
"Belum. Dia masih tidur. Ke atas aja langsung. Sekalian bangunin." Titah Chanyeol. Jisoo langsung melesat ke kamar tempat Chaeyoung tidur.
"Rose, bangun! Udah pagi woy!" Jisoo mengguncangkan tubuh Chaeyoung yang masih terbalut selimut tebal.
"Berisik, Jisoo. Masih pagi." Chaeyoung mengeluh karena masih terlalu pagi untuk beraktivitas.
"Anak muda tuh ga boleh bangun siang-siang. Apalagi kamu cewek. Cepet bangun!" Jisoo menarik paksa selimut tebal yang menyelimuti tubuh Chaeyoung.
"Iya, aku bangun." Sambil merenggut akhirnya Chaeyoung bangkit dari tidurannya.
"Ada apa sih pagi-pagi udah main ke rumah?"
"Pengen aja. Kan udah lama ga main bareng." Jawab Jisoo asal.
"Ngawur." Sindir Chaeyoung.
"Mandi sana. Bau tau!" Balik sindir Jisoo.
"Iya, iya, ini juga mau." Chaeyoung melangkahkan kakinya ke kamar mandi dengan hati-hati karena ia masih belum bisa berjalan dengan benar.
20 menit kemudian Chaeyoung kembali ke kamar dengan baju yang berbeda dan rambut yang masih basah. Ia kembali duduk di atas kasur sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Sekarang kita mau ngapain?" Tanya Chaeyoung.
"Chaeyoung, Jisoo, sarapan dulu yuk!" Tiba-tiba Chanyeol muncul di depan pintu, menginterupsi kegiatan mereka.
"Saya ga lapar. Jisoo saja." Tolak Chaeyoung.
"Mulai deh. Yaudah Kak Chanyeol, aku bawa makanan Chaeyoung aja ke kamar. Nanti kita makan di kamar bareng." Keputusan final Jisoo. Akhirnya ia turun bersama Chanyeol untuk membawa sarapan.
"Chaeyoung belum berubah?" Tanya Jisoo di sela-sela mengambil makanan dan menuangkannya ke piring.
"Belum. Pasti susah. Lukanya masih belum kering." Jawab Chanyeol dengan sedih.
"Sabar, kak. Jangan nyerah." Jisoo menyemangati.
"Kakak ga akan nyerah buat dapetin Chaeyoung. Ini satu-satunya cara biar Chaeyoung jadi Chaeyoung yang kita kenal lagi." Ucap Chanyeol mantap.
Mereka kembali ke kamar sambil membawa nampan berisi sarapan.
"Ini buat Rose, ini buat aku." Jisoo memberikan sepiring roti gandum berisi selai cokelat kesukaan Chaeyoung. Sedangkan Jisoo dan Chanyeol makan spaghetti.
"Kok cuma aku yang beda?" Protes Chaeyoung.
"Kamu kan lagi sakit. Jadi harus makan yang sehat-sehat." Nasihat Chanyeol.
"Tapi kan yang sakit tangan sama kaki saya, bukan pencernaan saya." Hening. Tidak ada yang bersuara.
"Kenapa? Saya salah?" Chaeyoung ingin memastikan.
"Engga. Kakak yang salah. Nih, kamu makan spaghetti punya kakak." Chanyeol menukar piringnya dengan piring Chaeyoung.
"Tidak apa-apa saya mengambil punya anda?" Chaeyoung merasa tidak enak.
"Ga apa-apa. Sekarang itu punya kamu." Chanyeol tersenyum manis.
"T-terima kasih." Chaeyoung langsung memakannya dengan lahap. Walaupun ia sering makan spaghetti saat di Australia, saat ini saja biarkan ia memakan masakan yang dibuatkan oleh kakaknya.
---
Jisoo bercerita tentang cowok yang pernah mengkhianatinya bulan lalu. Saat itu Jisoo benar-benar patah hati. Ia bahkan tidak keluar kamar 3 hari berturut-turut. Ia baru mau keluar kamar saat Chanyeol meneleponnya dan berencana untuk menemui Chaeyoung di Australia. Jisoo yang mendengar hal itu langsung berubah drastis. Ia juga sangat merindukan Chaeyoung. Sudah 3 tahun ia tidak bertemu dengan teman dari SDnya itu.
"Terus gimana sama perasaan kamu sekarang ke cowok itu?" Tanya Chaeyoung penasaran.
"Gimana ya? Aku juga bingung. Untuk sekarang sih aku udah ga mikirin dia lagi." Jawab Jisoo tampak berpikir.
"Menurut aku ya, mending kamu lupain cowok brengsek kayak gitu. Ga guna juga kamu pikirin. Malah makan hati. Mending sekarang kamu pikirin buat kuliah. Jangan dulu mikirin cowok." Nasihat Chaeyoung.
Ngomong-ngomong soal melupakan, Chaeyoung jadi teringat dirinya sendiri. Sampai detik ini dia belum bisa melupakan perbuatan yang keluarganya telah lakukan padanya dulu. Sampai detik ini dia belum bisa memaafkan mereka.
"Iya sih. Tapi susah." Jisoo putus asa.
"Bukan susah. Tapi kamunya yang gamau." Nasihat Chaeyoung lagi. Entah kenapa ia berubah menjadi sosok yang bijak. Padahal masalahnya sendiri pun belum tuntas. Dan dengan mudahnya ia memberi saran pada Jisoo.
"Iya kali ya!" Jisoo tertawa meringis. Ia seperti merutuki kebodohannya sendiri.
"Ngomong-ngomong soal cowok, ada ga cowok yang kamu taksir?" Pertanyaan yang tidak terduga untuk Chaeyoung. Tubuhnya kian menegang mendengar penuturan Jisoo.
"K-kok jadi ke aku sih? Kan ini lagi ngomongin kamu." Chaeyoung mengelak.
"Gapapa kali. Masa aku terus yang cerita. Giliran dong! Sekarang kamu yang cerita."
Chaeyoung bingung harus menjawab apa. Masih sulit untuknya terbuka pada orang lain walaupun itu Jisoo, yang notabenenya adalah sahabatnya dari kecil.
"Sebenernya ada. Kamu inget Yook Sungjae?"
"Oh, yang waktu itu ketemu di pesawat kan?" Tebak Jisoo. Chaeyoung mengangguk antusias.
"Aku menyukainya. Kak Sungjae itu baik, pinter nyanyi, pinter main alat musik, pinter olahraga, murah senyum lagi. Dia juga perhatian." Tanpa sungkan Chaeyoung menceritakan sosok Sungjae.
"Cie cie yang lagi jatuh cinta!" Jisoo menggoda Chaeyoung. Yang di goda hanya bisa tersenyum malu dan menutupi wajahnya yang memerah.
Chanyeol mendengar itu semua dari balik pintu kamar. Ia hendak mengambil ponselnya yang tertinggal di kasurnya.
"Yook Sungjae ya?" Gumam Chanyeol.
################################
Swipe up ya! Masih ada part selanjutnya! Happy reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll be Your Man • PCY ✅
Teen FictionDia adalah Park Chaeyoung, gadis yang hidup dengan penuh luka di hatinya. Dibalik wajahnya yang cerah, ia menyimpan beribu luka yang tidak terlihat. Luka yang belum kering itu kembali di siram dengan luka baru sampai gadis itu hampir menyerah dengan...