35° Love is Beautiful Pain

1K 93 2
                                    

Ku ingin bertemu denganmu
Air mata ini tidak berhenti
Ku ingin menyentuhmu
Karena mencintaimu begitu menyakitkan

***

Semilir angin menyapa kulit putih Chaeyoung di pagi hari saat gadis itu membuka jendela kamarnya. Di hirupnya oksigen banyak-banyak untuk memenuhi paru-parunya yang terasa sesak. Menangis semalaman membuat Chaeyoung di landa sesak nafas pada pagi harinya. Di tambah dengan wajah pucat dan mata sembab. Gadis itu terlihat seperti mayat hidup.

Chaeyoung menghela nafas berat. Di pejamkannya mata erat-erat agar air mata yang menggenang di pelupuk matanya tidak tumpah.

"Aku harus kerja!" Chaeyoung menyemangati dirinya sendiri.

Lebih dari seminggu ia pergi dari rumah. Namun rasa rindunya sudah tidak bisa terbendung. Kadang ia berpikir untuk pulang, namun mengingat perjanjiannya dengan Gyuri, Chaeyoung mengurungkan niatnya. Ia tidak ingin menyusahkan orang lain terutama Chanyeol. Chaeyoung begitu mencintai lelaki itu sampai ia tidak ingin melihat Chanyeol susah. Ia rela kalau harus menanggung beban sendirian asalkan Chanyeol tidak kesulitan.

Setelah pergi dari rumah, Chaeyoung memutuskan untuk pergi ke tempat yang sangat ia sukai dan tentu saja tidak di ketahui siapapun. Ia juga tidak sengaja menemukan tempat ini ketika pergi berkemah bersama teman sekelas saat SD. Saat itu Chaeyoung tersesat karena lupa jalan kembali ke tempat kemah. Ah, Chaeyoung lupa kalau Jisoo pun salah satu teman yang ikut berkemah. Tapi, Chaeyoung yakin Jisoo tidak akan mengingat tempat ini melihat sifat Jisoo yang pelupa akut. Nama daerahnya adalah Jeongseon. Berada di pegunungan membuatnya sulit untuk di jangkau.

Berbekal uang dari hasil keringatnya sendiri, ia membeli sebuah rumah yang di jual dengan cukup murah dan tidak terlalu besar. Hanya ada satu kamar, ruang tamu, dapur, satu kamar mandi, dan ruang tengah. Halaman rumahnya tidak terlalu besar tapi cukup untuk Chaeyoung bercocok tanam.

Karena ia tidak tau akan sampai kapan disini, ia memutuskan untuk mencari pekerjaan. Ia berhasil di terima di sebuah restoran cepat saji.

Yang membuatnya senang adalah disini jarang ada orang yang memperhatikan hal baru yang sedang viral. Jadi Chaeyoung aman tinggal disini karena tidak ada yang mengetahui identitasnya.

"Selamat pagi, Dahyun." Sapa Chaeyoung pada teman seperjuangannya.

"Oh, selamat pagi, Rose!" Sapa balik Dahyun dengan senyuman.

"Kamu datang terlalu awal." Lanjut Dahyun.

"Oh ya? Aku suntuk di rumah, jadi aku memilih pergi lebih cepat." Aku Chaeyoung dengan bibir yang mengerucut.

"Kalau gitu bantu aku menata ruang makan."

"Siap, kapten!" Chaeyoung keceplosan. Biasanya ia menyebut 'kapten' pada Chanyeol. Sekarang ia merutuki mulutnya sendiri yang memicu rasa rindunya pada sang kekasih.

Saat kecil Chaeyoung sering sekali memanggil Chanyeol dengan sebutan kapten. Menurutnya Chanyeol bagaikan kapten yang akan membawanya mengarungi laut yang dinamakan kehidupan.

Dahyun yang melihat perubahan raut wajah Chaeyoung, langsung menghampiri gadis itu.

"Kamu kenapa?" Tanya Dahyun khawatir. Dengan cepat Chaeyoung menggeleng.

"Aku ga apa-apa. Ayo!" Chaeyoung berjalan duluan meninggalkan Dahyun dengan tanda tanya besar di benaknya.

---

"Dahyun, shiftku udah beres. Aku pulang sekarang ya!" Pamit Chaeyoung sambil memakai kembali mantelnya karena di luar sudah mulai dingin. Memasuki musim gugur membuat udara menjadi tidak bersahabat sehingga Chaeyoung harus memakai mantel. Apalagi ia tinggal di daerah pegunungan.

I'll be Your Man • PCY ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang