7° The Beginning of Torture

1.7K 149 2
                                    

Kemanapun kau pergi pasti terasa berat
Kau terlihat sangat lelah
Aku akan menunggumu jadi kau bisa beristirahat dengan nyaman

***

"Chaeyoung, kakak hari ini harus ke kantor. Kakak udah terlalu lama ninggalin kantor. Apalagi kantor kakak masih baru. Kakak ga bisa terus-terusan bolos." Ucap Chanyeol sambil membetulkan letak dasinya.

"Iya, tidak apa-apa. Jangan khawatirkan saya. Saya sudah dewasa." Chaeyoung tersenyum untuk mengelabui kakaknya padahal hatinya sendiri tidak tenang. Apa jadinya kalau ia dibiarkan sendiri bersama mamanya yang terlihat semakin membencinya?

"Maaf kakak belum nyiapin sarapan buat kamu. Sekarang mama lagi masak. Nanti kamu makan ya!" Chanyeol mengusap lembut rambut Chaeyoung.

"Iya, nanti saya makan."

"Kalo gitu kakak pergi dulu. Jaga diri baik-baik selama kakak kerja." Sebelum meninggalkan kamar, Chanyeol menyempatkan diri mencium puncak kepala adiknya. Yang bersangkutan pun tidak menolak perlakuan tersebut.

---

1 jam semenjak kepergian Chanyeol, Chaeyoung merasa perutnya keroncongan. Ia memang belum makan apa-apa dari bangun tidur.

Perlahan ia berjalan ke arah dapur. Mamanya sudah tidak ada di dapur tapi ada makanan yang tersedia di atas meja makan.

Karena lapar yang sudah tidak tertahan, Chaeyoung mulai mengambil odeng yang terlihat masih hangat. Odeng tersebut habis dalam sekejap. Baru saja ia ingin menyeruput kuahnya, ada seseorang yang dengan sengaja menghempaskan mangkuk yang Chaeyoung pegang. Mangkuk tersebut pecah karena menghantam lantai.

Detik saat Chaeyoung ingin melihat siapa pelakunya, tamparan keras ia terima di pipi kirinya. Nyeri. Itu yang langsung dirasakan Chaeyoung. Apalagi saat Chaeyoung menyadari kalau yang menamparnya adalah mamanya. Ternyata mamanya masih memegang ponsel saat menamparnya. Hasilnya sudut bibir Chaeyoung terkena luka gores.

"Berani sekali kamu mengambil makanan tanpa permisi!" Sentak Gyuri. Rasanya Chaeyoung ingin menangis. Dia tidak mencuri kan? Ini juga rumahnya kan?

"M-maaf. Saya tidak bermaksud mencuri." Hanya kata itu yang berhasil Chaeyoung ucapkan.

"Apa kamu tidak pernah diajari sopan santun hah?!" Bentak Gyuri lagi.

"Anda benar. Saya memang tidak pernah diajari sopan santun oleh orangtua saya. Orangtua saya sibuk mengurus kakak saya yang penyakitan sampai tidak sempat mengurus saya." Chaeyoung tidak menangis. Ia tidak boleh terlihat lemah di depan mamanya.

Gyuri tertegun mendengarnya. Saat hendak membalas perkataan Chaeyoung, gadis itu sudah berlalu dari hadapannya.

"Anak kurang ajar!"

---

Chaeyoung membasuh bibirnya yang luka dengan tisu basah. Sangat perih rasanya sampai menimbulkan bekas.

"Kak Chanyeol pasti bakal nanya tentang ini. Aku harus jawab apa?" Gumam Chaeyoung.

Gadis itu masih tidak mengerti dimana letak kesalahannya sampai-sampai mamanya sangat membencinya. Kesalahan fatal apa yang pernah dilakukannya sampai-sampai Gyuri tidak bisa memaafkannya?

Perutnya masih keroncongan. Tadi ia hanya makan satu odeng. Bahkan ia tidak sempat minum.

"Kak Chanyeol, cepet pulang! Aku laper!" Rengek Chaeyoung. Meskipun ia sangat berperilaku dingin pada Chanyeol, dalam hati ia sadar kalau ia sangat membutuhkan laki-laki itu di sisinya.

"Jisoo! Aku harus menelefonnya!" Chaeyoung menyambar ponselnya dan segera menghubungi sahabatnya.

"Ada apa, Rose?" Tanya Jisoo di sebrang telefon.

"Jisoo, ke rumahku sekarang! Jangan lupa bawa tteokbokki yang banyak. Ok?" Pinta Chaeyoung egois.

"Kamu aneh. Emangnya kamu belum makan?" Tepat sasaran. Chaeyoung memang belum makan karena mamanya tidak mengizinkannya.

"Aku ngidam tteokbokki. Bawain ya, please..." Chaeyoung memelas. Hanya ini satu-satunya cara agar ia bisa makan.

"Emang kamu hamil?" Kadang Jisoo terlalu polos sampai Chaeyoung jengah dibuatnya.

"Pokoknya bawain aku tteokbokki yang banyak. Titik." Chaeyoung mematikan panggilan secara sepihak.

Baru saja Chaeyoung meletakkan ponselnya, benda itu bergetar. Ia melihat siapa yang meneleponnya.

'Big Bro Chanyeol'

Tanpa ragu Chaeyoung langsung mengangkatnya.

"Chaeyoung, kamu udah makan?" Pertanyaan pertama yang berhasil membuat Chaeyoung mati kutu.

"Udah. Baru aja." Tentu saja itu bohong.

"Baguslah. Jangan telat makan. Inget, kamu punya maag!" Chaeyoung sedikit terkejut. Chanyeol mengingat Chaeyoung memiliki maag.

"Saya tau. Saya bukan anak kecil lagi." Chaeyoung senang kakaknya memperhatikannya. Namun ia tidak pantas menerima semua perlakuan itu. Chanyeol terlalu baik untuknya.

"Kamu..baik-baik aja kan di rumah?" Chanyeol terdengar ragu mengatakannya.

"Apa maksud anda?"

"Pokoknya kalau terjadi sesuatu, kamu harus hubungin kakak ya!"

"Oke." Chaeyoung sebenarnya tau kekhawatiran Chanyeol. Dia hanya tidak bisa menceritakannya.

"Kalau gitu kakak tutup telefonnya. Kakak harus balik kerja." Pamit Chanyeol.

"Iya. S-s-semangat kerjanya, Kak Chanyeol." Chaeyoung buru-buru mematikan sambungannya. Wajahnya sudah panas. Ini tidak seperti dirinya.

Sedangkan Chanyeol merasakan hatinya berbunga. Ia merasa akan terjadi pertanda baik untuk hubungannya dengan Chaeyoung. Chaeyoungnya mulai kembali.

---

Chaeyoung menghabiskan 3 bungkus tteokbokki yang dibawa Jisoo. Perutnya sudah kenyang sekarang.

"Kamu doyan apa laper sih?" Tanya Jisoo tidak habis pikir.

"Dua-duanya!" Jisoo hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah absurd sahabatnya.

"Aku ke bawah dulu nyimpen piring." Jisoo menawarkan diri untuk menjadi 'pembantu' dadakan untuk Chaeyoung. Ia lakukan demi Chaeyoung kembali menjadi dirinya yang dulu.

"Pinter juga ya kamu manfaatin orang yang peduli sama kamu!" Perkataan sarkas itu, Chaeyoung tau siapa dalangnya. Ia memilih mengacuhkannya.

"Sekarang saya ngerti gimana cara kamu bertahan hidup di luar sana. Pasti kamu manfaatin banyak orang demi kepentingan kamu sendiri kan?" Perkataan Gyuri kian menusuk hati Chaeyoung. Tapi ia memilih bertahan.

"Dasar otak licik! Saya yakin kamu juga pasti memanfaatkan Chanyeol yang simpati padamu! Kamu memanfaatkan rasa bersalahnya sehingga kamu bisa memonopolinya! Iya kan?"

"Cukup! Kenapa di mata mama aku selalu salah? Kenapa tidak sekalipun mama lihat aku? Kenapa mama cuma peduli sama Kak Chanyeol? Aku juga anak mama! Aku juga butuh kasih sayang mama!" Tangis Chaeyoung pecah. Ia sudah tidak sanggup lagi menahannya.

Hati Chaeyoung perih. Luka yang bahkan belum sembuh, kembali di siram dengan luka baru. Sakit. Terlalu sakit sampai mati rasa.

Dosa besar apa yang pernah dilakukannya sampai ia harus menderita seperti ini?


################################

Spesial lebaran aku double update buat cerita I'll be Your Man!

Selamat hari raya idul fitri bagi yang merayakan! (Telat woy, jam berapa ini?!) Maafin kalo aku banyak salah kata. Jangan marah ke aku ya karena update ceritanya lama hehe

Ada yg ngerasa partnya perlu dipanjangin ga?

Jangan lupa voment biar aku tau masih ada readers yang nungguin cerita ini

Love you, readers!

I'll be Your Man • PCY ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang