2° Bad Days

3.2K 235 0
                                    

Hanya dengan melihatmu menghadirkan air mata di mataku.
Kamu memberiku begitu banyak rasa sakit hingga mati rasa.

***

Jalanan sepi membuat salah satu pengendara mobil melajukan mobilnya secara ugal-ugalan. Pemilik mobil tersebut adalah Chaeyoung. Ia benar-benar kalut. Dia sudah tidak peduli lagi jika nantinya ia akan mati karena kecelakaan saat berkendara.

"Brengsek! Setelah 10 tahun lamanya, kenapa baru sekarang?" Chaeyoung memukul stirnya dengan brutal untuk mengekspresikan kebenciannya terhadap sang kakak. Meskipun ia membenci kakaknya tapi tetap saja air matanya tidak berhenti mengalir. Dan ia benci harus menangis karena kakaknya.

Chaeyoung terus mengemudikan mobilnya tanpa melihat lampu lalu lintas yang sudah berwarna kuning. Ia tidak peduli. Ia malah menambah kecepatan sampai akhirnya ia menerobos lampu merah.

Dan kejadian yang sedari tadi di takutkan pun terjadi. Suara tabrakan, ban berdecit benar-benar memekakan telinga. Mobil Chaeyoung terhempas cukup jauh sampai terguling di jalanan yang membuat kerusuhan di tengah kota Melbourne.

Chanyeol yang sedari tadi mengikuti kemanapun adiknya pergi pun terkejut bukan main saat menyaksikan sendiri mobil adiknya tertabrak dan berguling.

"Chaeyoung!" Chanyeol berlari keluar dari mobilnya dan menghampiri mobil adiknya. Di lihatnya Chaeyoung yang sudah kehilangan kesadaran dengan darah yang mengucur di kepalanya. Dengan paksaan, akhirnya Chanyeol bisa membawa adiknya keluar dari mobil dan segera membawanya ke rumah sakit dengan mobilnya.

"Bertahanlah, Chaeyoung. Kakak kesini bukan untuk melihatmu mati." Chanyeol kalut. Ia takut adiknya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Tidak, Chanyeol tidak mau itu terjadi. Ia belum siap kehilangan Chaeyoung kedua kalinya. Ia bahkan belum menebus kesalahannya di masa lalu.

15 menit kemudian, Chanyeol sampai di rumah sakit terdekat. Ia segera membopong Chaeyoung masuk. Dokter dan suster yang melihatnya langsung menyuruhnya membawa ke UGD. Setelah merebahkan adiknya di brankar, suster menyuruhnya untuk menunggu di luar. Dengan berat hati Chanyeol melangkahkan kakinya keluar dan menunggu hasil.

Chanyeol mengeluarkan ponselnya untuk mengabari Jisoo. Bagaimanapun Jisoo adalah sahabat adiknya.

Bak terhimpit 2 tembok, Jisoo kesulitan bernafas mendengar Chaeyoung kecelakaan mobil. Ia segera menuju rumah sakit yang Chanyeol beritau. Padahal ia baru saja sampai di kamar hotelnya.

Setengah jam kemudian Jisoo menghampiri Chanyeol dengan tergesa-gesa. Wajah paniknya tidak luput dari pandangan Chanyeol.

"Bagaimana keadaannya?" Pertanyaan to the point langsung ditujukan pada Chanyeol yang ia sendiri pun tidak tau keadaan adiknya. Kaki Jisoo mendadak seperti jelly. Ini kabar terburuk kedua setelah Jisoo pernah melihat Chaeyoung yang hampir minum racun.

Suara pintu UGD mengalihkan 2 orang yang cemas menunggu hasil. Dokter itu bilang kalau Chaeyoung berhasil di selamatkan. Mereka mendesah lega mendengar kabar baik.

Chaeyoung dipindahkan ke ruang rawat. Chanyeol dan Jisoo pun mengikuti kemanapun brankar Chaeyoung dibawa.

"Kalian boleh menjenguknya. Jangan berisik. Pasien masih tidur karena obat bius." Wanti suster yang ikut mengantar Chaeyoung. Mereka mengangguk mengerti.

Chanyeol dan Jisoo berjalan mendekati Chaeyoung yang masih terlelap. Wajahnya tampak berantakan dengan banyaknya perban di sekujur tubuhnya.

"Chaeyoung, kenapa jadi seperti ini?" Air mata Jisoo mulai turun membasahi wajah cantiknya. Di genggamnya tangan kiri Chaeyoung yang tidak di perban. Tulang tangan kanan Chaeyoung patah karena tertindih.

"Maaf, karena kakak kamu jadi seperti ini." Chanyeol menyesal karena kedatangannya yang tiba-tiba membuat Chaeyoung melakukan hal gila.

Hari menjelang malam. Chanyeol dan Jisoo masih setia menunggu Chaeyoung membuka matanya.

"Jisoo, lebih baik kamu kembali ke hotel. Besok kamu bisa kesini lagi. Kita bisa gantian jaga." Saran Chanyeol yang langsung disetujui Jisoo.

"Kalau gitu aku pulang dulu, kak." Pamit Jisoo. Sekarang tinggalah Chanyeol dan Chaeyoung yang masih belum sadar di kamar ini. Chanyeol memberanikan diri menggenggam tangan Chaeyoung yang terkulai lemah dan mengusapnya lembut.

"Chaeyoung, bangun. Kakak disini." Ia berkata dengan lirih. Tanpa sadar Chanyeol masuk ke alam mimpinya karena terlalu lama menunggu Chaeyoung yang belum bangun.

Perlahan mata Chaeyoung terbuka. Yang pertama dilihatnya adalah lampu yang menyilaukan matanya.

"Dimana ini?" Entah pada siapa ia berbicara. Sejenak ia memperhatikan ruangan tempatnya berbaring.

"Oh, rumah sakit." Katanya pada diri sendiri. Saat ia ingin menggerakan tangannya, ia merasa berat untuk mengangkatnya. Dilihatnya kakaknya menggenggam tangannya dan tertidur. Ditepisnya tangan Chanyeol yang masih menggenggam tangannya sampai Chanyeol terbangun karena terusik.

"Chaeyoung, kamu udah bangun? Ada yang sakit? Mau kakak ambilin minum?" Tawar Chanyeol.

"Ga usah sok peduli." Balas Chaeyoung dengan sarkastik.

"Apa maksud kamu? Kakak benar-benar peduli." Chanyeol membela dirinya.

"Basi. Muak saya dengarnya." Dan balasan yang didapat Chanyeol tetap saja menusuk hatinya.

"Kakak gatau lagi harus gimana biar kamu mau nerima kakak lagi. Kasih tau kakak, apa yang harus kakak lakukan?" Chanyeol menatap lurus mata Chaeyoung.

"Menurut anda, setelah kertas diremas bisa dikembalikan lagi seperti semula? Tidak kan? Itu yang saya rasakan. Perasaan saya sudah mati rasa untuk kalian." Pekik Chaeyoung.

Tubuh Chaeyoung menegang kala Chanyeol yang tiba-tiba memeluknya erat.

"Lepas! Anda tidak berhak memeluk saya!" Sebisa mungkin Chaeyoung mencoba meregangkan pelukan Chanyeol walaupun pada akhirnya tidak berhasil.

"Chaeyoung, jangan begini. Kalau kamu masih sakit hati, kamu boleh sakitin kakak. Tapi, jangan sakitin diri kamu kayak gini." Pinta Chanyeol.

"Anda tidak tau apa-apa tentang saya..hiks..jangan sok tau.." Tangis Chaeyoung pecah seketika. Hati Chanyeol pun teriris. Terlalu besar luka yang adiknya terima. Padahal saat itu ia hanya anak berusia 8 tahun yang masih membutuhkan kasih sayang. Chaeyoung tidak mendapatkan kasih sayang orangtuanya karena mereka sibuk mengurus Chanyeol yang sakit.

"Maafin kakak. Maaf. Kakak belum bisa jadi kakak yang baik buat kamu. Izinkan kakak menebus semuanya. Kasih kakak satu kesempatan." Chaeyoung terus menggeleng. Tidak semudah itu ia memaafkan kesalahan kakaknya, kesalahan orangtuanya.

"Pulanglah, Chaeyoung. Kita selalu nunggu kamu pulang."

"Saya tidak mau pulang ke neraka lagi. Jangan paksa saya!" Bentak Chaeyoung di sela tangisannya.



################################

Update part 2 yuhu!

Yang suka sama cerita ini boleh voment ya biar aku tau masih ada yang nungguin cerita ini.

Love you readers!😚

I'll be Your Man • PCY ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang