3° Cousin

2.3K 181 3
                                    

Kata-kata hangat, aku tau itulah yang kamu butuhkan. Walaupun kamu berpura-pura kalau dirimu kuat.

***

Chaeyoung tertidur di pelukan Chanyeol karena lelah menangis. Perlahan Chanyeol baringkan tubuh lemah adiknya ke brankar. Ia menghapus bekas air mata di wajah cantik Chaeyoung dengan lembut. Mata bengkak Chaeyoung pun tidak luput dari sentuhan Chanyeol.

"Good night, my princess." Chanyeol mencium kening Chaeyoung sebelum ia kembali ke alam mimpinya.

Pagi harinya Chaeyoung bangun lebih dulu karena tenggorokannya terasa kering.

"Air..." Rintih Chaeyoung. Tidak ada yang mendengarkannya karena suaranya terlalu pelan. Ia melihat ke sekeliling dan mendapati Chanyeol masih tertidur di samping brankarnya. Mau tak mau Chaeyoung harus membangunkan Chanyeol.

"Minum.." Ia mulai mengguncangkan badan Chanyeol. Karena merasa ada yang menyentuhnya, Chanyeol bangun.

"Minum.." Ulang Chaeyoung. Tanpa basa-basi Chanyeol langsung mengambilkan segelas air putih di meja dan memberikannya pada Chaeyoung. Dengan hati-hati ia membantu adiknya minum. Chanyeol kembali meletakkan gelasnya di meja.

"Udah baikan?" Tanya Chanyeol. Chaeyoung membalasnya hanya dengan anggukan kepala.

"Saya mau mengganti infus dan memberi sarapan untuk pasien." Suster yang masuk ke ruangan mendorong troli yang berisi makanan dan cairan infus baru. 5 menit kemudian, suster tersebut kembali keluar.

"Kakak suapin ya." Chanyeol sudah bersiap dengan semangkok bubur dan sendok berisi bubur di tangannya. Namun Chaeyoung menolak keras. Ia tidak mau disuapi oleh Chanyeol.

"Kamu harus makan. Nanti luka kamu ga sembuh-sembuh." Perkataan Chanyeol tidak digubris sama sekali. Chaeyoung masih tetap pada pendiriannya. Walaupun ia lapar, ia tidak sudi jika harus di suapi oleh Chanyeol.

"Chaeyoung, kamu udah sadar?" Suara Jisoo memecah suasana mencekam antara adik dan kakak itu.

"Jisoo, aku udah bilang jangan panggil aku dengan nama terkutuk itu!" Pekik Chaeyoung.

"Maaf, udah kebiasaan." Jisoo menampilkan cengirannya.

"Suapin aku, Jisoo. Aku mau makan tapi ga bisa dengan kondisi begini." Rengek Chaeyoung.

"Tapi kan Kak Chanyeol..." Perkataan Jisoo tidak sempat selesai karena Chaeyoung lebih dulu memelototi Jisoo.

"Ga apa-apa, Jisoo. Suapin Chaeyoung sampe buburnya abis ya! Kakak keluar dulu." Chanyeol memberikan mangkok buburnya pada Jisoo. Ia pun keluar dari ruangan untuk mencari udara segar sekaligus sarapan. Ia belum makan apapun dari semalam. Kakinya ia langkahkan menuju kantin rumah sakit. Chanyeol duduk di salah satu meja paling pojok yang ada di kantin itu. Cukup lama sampai akhirnya ia memutuskan untuk makan apa. Akhirnya ia memilih makan spaghetti carbonara dan kopi kaleng. 5 menit kemudian ia mendapatkan apa yang ia mau.

"Chanyeol?" Sapa seseorang. Chanyeol segera melihat ke sumber suara.

"Suho?"

"Apa yang kau lakukan disini, di Australia?" Tanya Suho penasaran. Ia mengambil kursi dan duduk di depan Chanyeol.

"Aku mau jemput adikku." Jawab Chanyeol lesu.

"Rose? Kalian udah ketemu?" Suho bertanya lagi. Chanyeol hanya membalas dengan anggukan kepala.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau juga ada disini?" Selidik Chanyeol.

"Aku dokter magang disini." Jawab Suho. Chanyeol mangguk-mangguk.

"Chanyeol, aku harus jujur satu hal. Mungkin Rose akan marah padaku, tapi karena kau kakaknya, aku rasa aku harus berterus terang." Perkataan Suho sukses membuat jantung Chanyeol berdegup dua kali lebih cepat.

***

Di sisi lain Jisoo masih sibuk menyuapi Chaeyoung bubur sampai habis tak bersisa.

"Jisoo, Park Chanyeol mengajakku pulang." Tiba-tiba saja Chaeyoung bersuara.

"Itu bagus! Terus jawabanmu apa?" Jisoo terlihat antusias dengan pembicaraan ini.

"Aku...tidak tau. Aku belum siap." Jawab Chaeyoung lesu.

"Menurutku, kamu harus ikutin kata hati kamu. Jangan terus mikirin ego. Nanti yang ada nyesel." Saran Jisoo. Chaeyoung tampak memikirkan kata-kata Jisoo.

"Tapi aku tidak bisa memaafkannya. Aku masih tidak bisa-"

"Bukan tidak bisa, tapi belum." Potong Jisoo. Chaeyoung mengerucutkan bibirnya karena merasa dongkol saat Jisoo memotong ucapannya.

"Rose, ingat! Tidak ada kesempatan kedua. Gunakan kesempatan yang ada." Saran Jisoo lagi.

"Sejak kapan kamu menjadi seperti Mario Teguh?" Protes Chaeyoung yang heran mendengar kata-kata bijak yang keluar dari mulut Jisoo.

"Kalau aja kamu ga lagi sakit, udah aku gantung kamu di pohon toge."

"Hahaha! Eh, curut! Ga akan mati kalo di gantung di pohon toge!" Tawanya tidak berhenti karena lelucon yang di lontarkan oleh Jisoo. Tampak Jisoo berwajah sumringah karena ia berhasil membuat sahabatnya tertawa lagi seperti dulu.

"Enak aja manggil curut! Nyadar dong, kamu udah kayak fosil cacing kremi tau!" Jisoo menyanggah.

"Sembarangan!" Chaeyoung hendak memukul lengan Jisoo tetapi ia urungkan niatnya saat melihat Chanyeol masuk ke kamar rawatnya. Dan keadaan mendadak hening seketika.

"A-aku mau cari makanan dulu. Laper hehe." Jisoo memilih keluar karena tidak ingin terjebak di antara adik kakak yang masih berseteru.

"Maafin kakak. Kakak belum bisa jadi kakak yang baik buat kamu." Ucapan Chanyeol sontak membuat Chaeyoung bingung. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba membahas hal itu. Chanyeol yang mengerti arti tatapan Chaeyoung pun menjelaskan maksudnya.

"Kakak tau semuanya." Tiba-tiba Chanyeol menyodorkan beberapa foto di hadapan Chaeyoung.

"Dari mana anda dapat ini?" Wajah Chaeyoung tampak kaku saat melihat foto-foto dirinya yang sedang bermain gitar di kafe yang berbeda.

"Suho."

"Kak Suho cerita semuanya?" Nafasnya mulai memburu. Chanyeol mengangguk sebagai jawaban. Chaeyoung mendengus kasar. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa Suho mengkhianatinya padahal ia sudah berjanji tidak akan memberi tau siapapun.

"Makanya kakak minta maaf. Kamu harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kamu disini. Chaeyoung, kakak mau kamu pulang. Biar kakak bisa ngurus kamu." Wajah Chanyeol benar-benar penuh penyesalan.

"Aku udah dewasa. Aku bisa ngurus diri sendiri." Tolak Chaeyoung mentah-mentah.

"Dengan keadaan kamu seperti ini?" Chaeyoung tidak bisa menjawab.

"Chaeyoung, kali ini aja kakak mohon turutin kemauan kakak. Pulang ya!" Nadanya sedikit memaksa. Mereka terdiam cukup lama sampai akhirnya Chaeyoung buka suara.

"Dengan satu syarat. Aku mau semua keinginan aku dikabulin." Pinta Chaeyoung.

"Selama kakak bisa kabulin, kakak bakal kabulin. Dan harus yang masuk akal." Chanyeol membatasi.

"Deal." Akhirnya kesepakatan mereka pun dibuat.




################################

Voment juseyo :v

Love you, readers!

I'll be Your Man • PCY ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang