Diralissa : 44

810 30 0
                                    

Malam ini Dira dan juga keluarganya sedang berkumpul di ruang keluarga, Alice sedang bermain dengan temannya yang sedari tadi sudah berada disana, sementara mamah, Ia sedang memasak sesuatu di dapur yang berada di satu ruangan dengan ruang keluarga.

Dira dan papahnya sedang duduk di sofa sambil melihat tv dan sesekali berbincang, sebenarnya Dira sangat tegang karena malam ini adalah pengumuman hasil SNMPTNnya, Ia mendaftar di salah satu kampus yang terkenal sebagai kampusnya para pengusaha.

"Udah keluar hasilnya belum, Dir?" tanda Mamah yang datang sambil membawa nampan yang berisikan kentang goreng yang cukup banyak yang ditaruhnya di dalam mangkok besar dengan saus di mangkok kecil.

"Belum, mah,"

"Kamu yakin kan, buat nerusin perusahaan, papah?" tanya papahnya yang berada di sofa depannya.

"Iya, pah," jawabnya sambil mengambil kentang goreng.

Tiba-tiba saja hpnya berbunyi, Dira mengerutkan dahinya karena Rangga menelponnya.

"Halo?"

"Woy, Dir! Anjirrrr gak nyangka gue! Congrats, ya!"

"Heh, ngapain lo? Nih nomernya Rangga yang make elo, ngapain sih lo? Congrats kenapa gue?" tanya Dira saat ternyata yang menelponnya adalah Dion.

"Lo diterima di universitas yang lo daftarin, apa sih susah namanya, anjirrrr, gak nyangka gue, gue kira lo ya goblok goblok aja kek gue, wkwkwk,"

"Lo goblok aja, jangan ngajak ngajak gue, udah ah. Bye!" Dira dengan segera mematikan telponnya dan menyalakan laptopnya yang berada di sebelahnya.

Jantung masih tak percaya bahwa dirinya benar-benar diterima di universitas tersebut. Kedua orang tuanya sangat lega dan bangga pada anaknya, tetapi tiba-tiba saja Dira terdiam, pikiranya terpaku pada satu objek.

"Kenapa, Dir?" tanya Mamahnya saat melihat anak putranya tiba-tiba menghilangkan senyumnya.

"Gak papa, Mah. Aku mau ke kamar bentar," katanya sambil beranjak dari sofa dan membawa laptopnya menuju kamar.

Dira menjatuhkan dirinya diatas kasur berseprai putihnya, tatapannya nanar pada atap kamarnya, memikirkan sesuatu yang hingga saat ini tak kunjung ada akhirnya.

"Alissa," panggilnya sambil menutup kedua matanya dengan tangannya yang panjang.

***

"Gimana kondisi Alissa, dok?" tanya Bang Reno sesaat setelah Ia dan bunda dipanggil untuk datang ke ruangan dokter tersebut.

Dokter itu tak langsung menjawab pertanyaan Bang Reno, malahan dirinya membuka kacamata kotaknya yang terpasang cocok diwajahnya.

"Begini, selama beberapa hari ini saya tidak melihat peningkatan pada diri Alissa. Yang saya takutkan adalah ketika dirinya tak ada perubahan untuk beberapa hari kedepannya dan dirinya semakin tunduk pada penyakitnya, hal itu akan mempersulit penyembuhan pada treatment berikutnya," jelasnya.

"Tapi, anak saya masih bisa sembuh kan, dok?" tanya Bunda penuh cemas.

Hening.

"Kita tunggu saja," jawab dokter itu pada akhirnya.

Bang Reno mengajak bunda keluar dari ruangan dokter tersebut, diluar ruangan sudah ada papahnya yang segera memeluk bunda dan mengajaknya pergi menenangkan diri, sementara Bang Reno kembali menuju ruangan Alissa.

Disana terbaring tubuh adiknya yang lemah, beberapa selang dan jarum infus masih setia tertanam pada dirinya, Bang Reno melangkah perlahan mendekati tubuh Alissa.

DIRALISSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang