Diralissa : 46

903 35 2
                                    

Dira terus menunggu di depan pintu kamar Alissa, pikirannya kacau dan hatinya berdebar lebih cepat.

Ia takut jika ada sesuatu buruk yang terjadi pada kekasihnya.

Bang Reno yang sedari tadi diam kemudian mengalihkan pandangannya pada Dira, tak ada perasaan apapun saat melihat laki-laki itu yang terus mencemaskan adiknya.

"Dir," panggilnya pada akhirnya.

Dira mengalihkan pandangnya pada Bang Reno yang menatapnya dengan tajam.

***

Dira...
Aku kangen, Dira...
Dira...
Aku pinginnn banget bangun dan meluk kamu,
Dira...
Aku takut,
Aku takut sendiri...
Dira, aku selalu mikirin kamu dan hari ini, makasih, makasih karena telah mau menjengukku dengan kondisiku yang sangat tidak baik ini...
Dira, jangan lupain aku...

***

"Lo mau ngomong apa, bang?" tanya Dira pada Bang Reno yang sedari tadi hanya bersandar pada besi pembatas disebuah jembatan kecil dirumah sakit itu.

"Lo... lupain Alissa aja ya, Dir," katanya sambil tak berani menatap langsung kepada mata Dira yang terkejut.

"Maksud lo, apaan?!" tanya Dira sambil menatap tubuh kakak tertua Alissa itu.

Bang Reno menarik napasnya panjang lalu menatap Dira yang penuh dengan amarah,"Gue tahu lo sayang banget sama Alissa, tapi... gue dan keluarga gue udah mutusin buat ngomongin ke lo, Dir, sejak lama. Sejak Alissa mulai kambuh lali penyakitnya, kalo gue inget-inget itu waktu lo pulang dari Jogja, Alissa seneng banget waktu itu, tapi malamnya, gue liat dia jatuh tepat di depan pintu kamarnya, gue emang sengaja gak bantu dia karena dia pasti bakal marah. Gue selalu nyari waktu buat bilang ke elo agar... agar lo jaga jarak sama dia, tapi semakin gue nyari waktu itu, gue semakin mikirin perasaan Alissa yang semakin hari semakin punya alasan untuk bangun pagi, gue bener-bener minta maaf, Dir, karena gue udah ngelibatin elo kekehidupan keluarga gue," jelasnya panjang lebar.

"Jadi... maksud lo, gue harus lupain dia dan pura-pura gak pernah terjadi apa-apa gitu?!" Dira semakin emosi dengan perasaannya yang semakin kalut,"Gue bahkan bertanya-tanya, sebenernya lo pernah suka sama orang gak sih,"

"Gue tahu, Dir. Tapi... gue gak bisa lihat lo kayak gini terus, lo semakin terpukul dengan tidak adanya Alissa di hidup lo! Iya kan! Gue tahu! Makanya itu... bunda dengan berat hati nyuruh gue bilang ini ke elo, bunda gak mau elo terus kepikiran sama Alissa yang... yang belum pasti sama lo," Bang Reno mengacak-acak rambutnya kalut, Ia benar-benar frustasi sekarang.

"Maksud lo? Belum pasti apa? Lo ngeraguin kesetian gue sama dia?" Dira mengeluarkan sebuah kotak merah dari dalam tas punggungnya,"Lo lihat ini? Ini bukti kesetiaan gue sama adik lo! Jadi apapun keputusan lo, gue gak peduli!"

Dira berjalan melewati Bang Reno kembali menuju kamar Alissa, Ia benar-benar tak habis pikir dengan perkataannya barusan.

"Walaupun lo gak tahu pasti dia kapan sembuhnya, iya?" tanya Bang Reno yang memandang kediaman Dira di langkahnya,"Kalo itu keputusan lo, gue akui lo emang cowok hebat, Dir. Gue salut sama lo, makasih, karena udah ngejagain adik gue, makasih karena udah mau nemenin dia sampai sekarang dan seterusnya,"

Dira segera melanjutkan langkahnya, Ia tak peduli pada apapun yabg menghalanginya nanti, saat ini, Alissa adalah alasannya untuk tetap bangun dan menjalani kehidupannya, dan mengharap pada sebuah keajaiban bahwa suatu saat dia akan bangun dan kembali padanya lagi.

-DIRALISSA-

Jangan lupa comment, vote and share yaaa, thank you!!! 💜🌈🌷🌼🌸💕

DIRALISSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang