"Semua udah siap, Dir?" tanya mamah pada Dira yang terlihat sedang mengecek kembali isi kopernya.
"Siap!" kata Dira sambil menutup koper dan menaruhnya di lantai kamar.
Mamahnya tersenyum lalu dengan tiba-tiba memeluknya, hal itu membuat Dira terkejut dan tersentuh hatinya.
"Kamu disana baik-baik aja ya, kamu mau ketemu Alissa kan? Mamah tahu sayang," Mamahnya melepas pelukannya dan menatap putra sulungnya itu,"Mamah titip salam ya buat Alissa, bilangin mamah kangen,"
"Iya, Mah. Pasti,"
Dira menuruni tangga sambil membawa satu koper besarnya, rencananya Ia akan berlibur selama seminggu disana. Dilantai bawah sudah ada Papah dan Alice yang sedang duduk di ruang keluarga.
Alice segera berlari menuju Dira.
"Kak, Kak Alissa seneng loh kak Dira bakal kesana," perkataannya pagi ini membuat semua orang yang berada di rumah itu terdiam.
Dira hanya tersenyum sambil mencubit pipi Alice.
Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya, Dira diantar oleh supir keluarganya menuju bandara.
"Kak Dira!" panggil Alice dari dalam rumah sesaat sebelum Ia membuka pintu mobil.
Alice berlari menuju kakaknya dan memeluknya. Erat.
"Kenapa, Lice?" tanya Dira sambil berjongkok agar tinggi mereka sama.
"Kak Alissa selalu berjuang buat kakak, Kak Alissa sebenernya gak mau jauh apalagi pisah sama kakak, Kak Alissa sayang bangetttt sama kakak. Kakak tahu gak, waktu kak Dira telpon Bang Reno waktu itu, Kak Alissa denger, kak! Kak Alissa nangis waktu dengerin ucapan kak Dira waktu itu! Kak Alissa sangat bersyukur bisa jadi pacarnya kak Dira!" Jelas Alice dengan sangat antusias.
Dira terdiam. Perasaannya aduk campur sekarang, Ia memeluk adiknya sekali lagi, Ia sangat bersyukur bisa memiliki adik yang luar biasa seperti Alice.
"Aku pamit ya, kamu hati-hati disini," kata Dira sambil berdiri dan tersenyum pada Alice.
"Siap, bos!"
***
Tokyo, Jepang. 09.15 AM
Dira sudah sampai dinegeri sakura itu pagi tadi, dan pasti Ia sudah menghubungi Bang Reno untuk menjemputnya.
"Oy, turis!" kata seseorang dari belakang Dira. Dira ototmatis menengok kebelakang dan menemukan Bang Reno yang berjalan menuju arahnya.
"Apa kabar lo, Bang?" tanya Dira sambil tos layaknya cowok pada umumnya.
"Baik-baik aja, seharusnya gue yang tanya elo, jiwa raga lo gimana pagi ini?" Bang Reno menjeda pertanyaanya sebentar,"Dan nanti, hehe,"
Dira tersenyum simpul,"Kuat lahir batin. Gue laper nih,"
"Tenang, gue udah nyipin lists tempat makan yang enak, let's go!"
Jangan khawatir, soal koper dan barang bawaan Dira yang lainnya sudah dibawa kesebuah hotel ternama yang berada di Jepang oleh tangan kanan papahnya yang berkerja disana.
Setengah selesai memakan semua mangkok yang berada di atas meja itu, kedua lali-laki itu hanya bersandar tanpa mengatakan satu kata patahpun.
"Gue kenyang banget, lo pesen kayak ga pernah makan setahun, anjir!" keluh Bang Reno sambil menyandarkan punggungnya di tempat duduknya.
"Udah mati gue kalo gitu," jawab Dira seadanya, karena dirinya juga merasa kekenyangan.
"Abis ini mau kemana" tanya Dira lagi.
"Emmm..." Bang Reno tampak berpikir, hampir saja Ia lupa misinya, tapi apa daya pikirannya buyar karena kebanyakan makan,"Mau jalan-jalan dulu?"
"Engga. Gue mau langsung ketemu Alissa,"
***
Mereka berdua berjalan di jalanan menuju rumah sakit yang tak jauh dari restoran tersebut, mereka menukar cerita dan kabar yang tak sempat mereka utarakan ditelepon, hingga tak sadar bahwa mereka kini berada di halaman depan rumah sakit tersebut.
Dira menghentikan langkahnya tepat di depan pintu masuk rumah sakit, rasa sakit, dan ragu mulai menguasai dirinya, Ia benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana Alissa sekarang.
Dan dengan sekali tarikan dan hembusan napas panjang, Dira melangkah masuk menuju bangunan itu.
Langkah-langkahnya semakin dekat menuju kamar Alissa.
Begitu juga dengan jantungnya yang semakin berdebar setiap satu pijakan yang Ia tetapkan.
"Lo siap?" tanya Bang Reno pada Dira, Ia berhenti di sebuah ruangan dengan pintu putih dimana ada sebuah kaca transparan yang menghiasi bagian tengah pintu coklat itu.
Dilihatnya Alissa yang terbaring dengan selang infus yang tertanam padanya, Dira segera membuka pintu itu dan masuk mendahului Bang Reno.
Pandangannya tak pernah lepas dari kedua mata yang terpejam itu.
Tubuhnya terasa sedikit bergetar saat melihatnya, Ia tak tahu harus melakukan apa.
Apakah tidak apa jika Ia melihatnya lebih dekat lagi?
Apakah tidak apa jika Ia memegang tangannya?
Apakah tidak apa jika Ia membisikan sesuatu ditelinganya?
Dira ragu. Sangat ragu.
Bang Reno yang mengetahui itu segera memegang pundak Dira, sebagai tanda setuju pada pikirannya sekarang.
Dira melangkah maju hingga tubuhnya tepat berada di samping Alissa, lalu dengan sedikit gerakan Ia menundukkan kepalanya dan berbisik padanya.
"Aku sudah datang, putri tidur,"
Dira mundur beberapa langkah karena tak kuasa menahan rasa di dadanya, tak lama kemudian tubuh Alissa bergetar merontak, Bang Reno yang panik segera menekan tombol darurat dan tak lama para suster dan dokterpun datang.Mereka meminta semuanya untu menunggu diluar saja, Dira merasa tak enak dengan kejadian itu, apakah karena dirinya Alissa menjadi begitu?
"Alissa, kenapa bang? Apa dia baik-baik aja?" tanyanya sambil berjalan mondar-mandir.
"Dia bisa denger, Dir. Dia tahu apa yang elo ucapin," Bang Reno menatap Dira yang juga menatapnya dengan pandangan terkejut.
Dira menjambak rambutnya dan duduk disebelah Bang Reno, Ia sangat kesal dengan apa yang terjadi sekarang, mengapa Alissa, kekasihnya yang sangat Ia lindungi itu bisa terbaring koma di rumah sakit ini.
Gue bisa ngelindungi elo dari semua musuh gue, tapi engga dari kuasa Tuhan. Alissa, please... bangun, buka mata lo, apa lo gak kangen juga sama gue? Apa yang harus gue lakuin agar lo bisa sembuh dan kembali ke gue, Sa?
- DIRALISSA -
Jangan lupa vote, komen dan share yaaaa, kalo ada saran/kritik beri tahu aku yaaa! Thank youu! 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRALISSA
Romance"Kalo aku bilang aku gak suka kamu berantem, kamu marah gak?" - Alissa ♡♡♡ Alissa Andira bertemu dengan Dira Alpha Imanuel, most wanted dan bad boy di sekolahnya, dimana mereka hidup di lingkungan, attitude dan cara ber...