Asalkan bersamamu! Aku harus bersamamu!. ~ Aray Sanjaya.
Buram, suram, muram. Ini hari yang cerah, tapi entah kenapa wajah Raga nampak lecek sejak pagi. Bukan karena belum mandi, tidak, dia sudah mandi bahkan sudah tampan. Hanya, aura wajahnya saja yang keruh."Ngapain muka lo lecek gitu? belum disetrika?" tanya Jiwa yang ikut duduk di teras.
"Gue masih gak habis pikir!"
"Apaan?" tanya Jiwa semakin tak mengerti.
"Gue ditolak? gak mungkin! gue kan ganteng, gak kalah ganteng sama lo, tapi kok Rubi nolak gue?" omel Raga dengan raut wajah tak karuan.
"Udah nembak?"
"Kalo gue tembak ya mati dong anak orang, gimana sih."
Jiwa menonyor jidat Raga sangking geregetnya.
"Gue serius, gak usah becanda! udah nembak belum?"
"Oh, belum si."
"Bego! berarti belum sepenuhnya ditolak."
"Jadi, gue masih punya kesempatan?"
"Menurut lo?"
"Oke!!! gue bakal berjuang. Rubi! Bang Raga datang," ucapnya dengan semangat yang membara.
.
.
."Siapa di sana?"
"Hah!!"
"Ngapain kamu di sini? kamu bukan murid sini kan!" tanya seorang satpam yang tiba-tiba muncul.
"Eng... ini pak, saya nyasar."
"Nyasar kok ke sekolah. Kamu lupa hari? ini kan minggu, sekolah libur."
"Tau kali pak, kan saya udah bilang kalo saya nyasar tadi. Bapak galak banget sih, cepet kriput baru tau."
"Eeeh... ini anak kurang ajar ya, pergi sana!"
"Eh pak-"
"Udah, kita pulang aja." Ucap Aray menahan tindakan Rubi selanjutnya.
.
.
.
" Seharusnya tuh kita bisa tau lebih banyak," omel Rubi sambil berjalan."Masih ada hari esok, Bi. Kamu pasti capek," ucap Aray.
"Tapi-"
"Kita pulang aja, kita lanjutin besok ya, kamu butuh istirahat."
"Oke."
.
.
.
Tak lama berjalan, akhirnya mereka sampai di rumah. Tapi aneh nya..."Hey Rubi!"
"Loh?"
Raga di sana, menunggu Rubi tepat di depan rumahnya.
"Kakak ngapain di sini?" tanya Rubi.
"Mau ketemu kamu lah," jawab Raga dengan cengiran kuda.
"Sekarang udah ketemu kan? jadi?"
"Yuk jalan," ucap Raga sambil meraih tangan Rubi.
Lalu? bagaimana dengan Aray yang melihatnya?
Tentu terbakar rasanya."Bi," panggil Aray.
Rubi menoleh, menatap Aray yang tengah menggelengkan kepala sebagai isyarat agar Rubi tak pergi bersama Raga.
Tapi...
"Lihat apa, Bi? ayo!" Raga langsung saja membawa Rubi, dan saat itu Rubi juga tak menolak.
.
.
.
"Kita mau ke mana kak?""Ke rumah aku," jawab Raga sambil tersenyum.
"Hah!!" Rubi tentu terkejut.
Apa? ke rumah? yang benar saja? mau ngapain ke rumah?
"Gak usah kaget gitu kali, aku cuma mau ngajak kamu main game."
Rubi menjengitkan alisnya.
"Game? aku mana bisa main game."
"Bisa, nanti aku ajarin."
.
.
.
Di rumah Raga..."Ma, Raga pulang!"
Tak lama, perempuan paruh baya menyambut kedatangan mereka.
"Eh anak mami udah pulang," sambutnya dengan ramah.
Mirna namanya, ibunya Raga.
Mirna kemudian melirik ke arah gadis yang di bawa putranya itu.
"Cantiknya, ini siapa, Ga? pacar kamu?"
"Iy-"
"Bukan tante, saya temannya." Jawab Rubi spontan.
"Ooo... berarti temannya Jiwa juga dong?" tanya Mirna.
"Jiwa?" Rubi berpikir sejenak. Kenapa Jiwa? apa Jiwa dan Raga bersaudara?
"Eh ma, kita mau main game di ruang tengah." Ucap Raga mengalihkan perhatian.
"Oh yaudah, mama mau ke dapur dulu.
.
.
."Nih," ngasih remot kontrol ke Rubi.
"Aku gak bisa main game," ucap Rubi sambil menatap Raga dengan polos.
"Ahahhahahahah."
"Kok ketawa?"
"Kamu kira aku ngajak kamu ke rumah beneran buat main game?" tanya Raga.
Rubi mengangguk, dan Raga malah mengacak rambut Rubi dengan gemas.
"Lucu banget si. Kamu tuh cewek, Bi. Gak mungkin aku ngajak kamu ke sini buat main game."
"Terus, aku ngapain?"
"Nemenin aku main. Nih liat ya, aku jago banget nih main ini." Ucap Raga sambil memperlihatkan kelihaiannya bermain game.
"Ih sok banget sih, ntar juga kalah." Ledek Rubi.
"Eh beneran, menang nih aku." Ucap Raga yang badannya miring-miring mengikuti alur permainannya.
"Ahahhahah, tuh kan nyungsep. Kalah pasti," ledek Rubi.
"Ehe, lihat sampe habis dong. Ehh nyungsep."
"Ahahhahahahahaa."
Entah mengapa, suasana absurd itu menjadi asyik. Rubi tidak lagi diam, sosok cueknya berubah menjadi sosok yang ceria. Apa mungkin karena bersama Raga?
Lalu...
Apa dia sejenak lupa pada Aray?
.
.
.
Di sisi lain..."Rubi mana sih kok gak pulang-pulang?" gerutu Aray sambil mondar-mandir.
"Kenapa tadi gak ngikutin ya? Bodoh banget sih."
Dan dia mulai bicara sendiri.
"Rubi ka- arrgggghhhhh."
Tiba-tiba saja Aray merasakan sakit di bagian dadanya.
Bahkan di sela rasa sakit itu, dia tetap memanggil Rubi.
"Rubiiii... pulang!"
Mungkinkah sakit ini muncul karena gadis bergaun hitam itu kembali?
"Rubi... Dia-datang!
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
49 Days My Ghost✅
Gizem / GerilimYang tak terlihat juga sedang bersamamu... dia ada di... dekatmu ! Aku Rubi Maura, dan aku bisa melihat... Hantu. Start : 22 Maret 2019. End : ? Rank : 238 in ghost ~ 2,7 ribu cerita 429 in misteri ~ 17,9k cerita