Bagian 40

1.1K 67 14
                                    

Flasback

London.

Saat pertama kali tiba di London, Aray langsung disapa hangat oleh tetangga di samping rumahnya. Mereka tinggal di komplek perumahan elit di Sana.

Tetangganya itu memiliki seorang anak gadis yang seumuran dengan Aray.

Karena rumah mereka dekat, akhirnya mereka berteman. Gadis itu bernama Zizy. Selama Aray di London, Zizy lah yang selalu menemani Aray kemana-mana. Mereka berteman dekat layaknya seorang sahabat.

Namun siapa sangka jika dalam persahabatan itu ada cinta yang tumbuh. Ya, Zizy jatuh cinta pada Aray. Meski begitu, Zizy tak bisa mengungkapkannya. Karena dia tau, bahwa yang dia dapat hanya penolakan dan persahabatan mereka juga akan hancur.

Zizy tau betul bagaimana perasaan Aray. Dia hanya menginginkan Rubi. Karena itu, dia menolak setiap gadis yang mendekatinya. Hanya Zizy lah satu-satunya gadis yang dekat dengan Aray, itupun hanya sebagai sahabatnya.

Suatu hari, mereka merayakan persahabatan ke-6 tahun mereka. Mereka makan malam disebuah restoran. Hal ini lumrah dalam beberapa tahun terakhir,  namun malam itu ada yang berbeda.

Penampilan Zizy sangat cantik, beda hari tahun-tahun sebelumnya. Di situ Aray merasa janggal, dia takut jika Zizy jatuh cinta padanya.

"Tumben pake Gaun, biasanya pake baju santai." Tanya Aray.

"Lagi pingin aja," jawab Zizy.

Mereka pun memulai acara makan malam mereka. Mereka juga memotong kue persahabatan, bersulang dan sebagainya. Malam itu, tiba-tiba saja Zizy memesan Wishkey.

"Kalo aku mabuk, anterin pulang ya."

"Gak usah bilang juga bakal gue anter, kan rumah kita sebelahan Zi."

Zizy minum begitu banyak malam ini,  Aray saja sampai heran melihatnya.

"Berhenti! Lo udah mabuk," ucap Aray sambil menahan Zizy ketika hendak menuang minuman lagi.

"Biarin gue mabuk, please."

"Tapi lo udah mabuk, ayo kita pulang." Ajak Aray.

Aray pun bangkit dari tempat duduk dan langsung menghampiri Zizy. Dia menggendongnya menuju parkiran.

Punggung Aray terasa sangat hangat hingga membuat Zizy tak ingin melepas pelukannya.

"Ray..."

"Hmm?"

"Gue sayang sama lo."

"Iya, gue tau."

"Gue gak mau kehilangan lo."

"Gue juga."

"Gue cinta sama lo."

Deg...

Tiba-tiba saja Aray berhenti.

"Udah sampe ya?" tanya Zizy kemudian turun. Badannya masih sempoyongan.

Tak lama dia menghadap Aray.
"Lo denger kan?... gue cinta sama lo."

"Lo mabuk Zi."

"Gue gak mabuk, gue sadar."

"Kita ini sahabat."

"Gue tau, dan ini udah 6 tahun. Gue mau kita lebih dari sahabat."

"Lo tau sendiril kalo gue punya..."

"Rubi itu gak ada Ray. Pengirim surat itu juga gak ketemu kan?"

"Kok lo jadi gini? dulu lo selalu dukung gue,  tapi kenapa sekarang gini."

"Gue capek pura-pura jadi sahabat lo Ray. Karena dari awal gue sayang sama lo sebagai laki-laki, bukan sebagai sahabat."

"Lo mabuk Zi, ayo pulang." Ucap Aray hendak pergi, namun Zizy memeluknya dari belakang.

"Gue gak akan ngelepasin lo Ray. Lo punya gue. Biar sampai matipun, gue gak akan biarin lo jadi milik orang lain."

"Zi... Please, jangan kaya gini."

Zizy pun melepas pelukannya dengan wajah cemberut.

"Tunggu sini, gue ambil mobil."

Aray pun berjalan menuju parkiran. Tapi tiba-tiba, sebuah mobil melaju kearahnya. Zizy yang melihatnya langsung berlari untuk menyelamatkan Aray.

"Aray!!!!"

Brakkkk....

Zizy mendorong Aray dan akhirnya dialah yg tertabrak. Aray yang sempat terjatuh pun lekad bangkit dan menghampiri Zizy.

"Zizy... Zizy..." teriak Aray.

Dia memeluk Zizy yang telah terbaring bersimpah darah.

"Zizy..." ucap Aray sambil memeluknya.

"Aku gak mau mati," kata Zizy. Namun, tak lama dia memuntahkan darah dari mulutnya. Dia memegangi dadanya, kemudian mengusap darah dimulutnya dengan gemetar.

"Aku gak mau mati Ray," ucapnya sambil memandangi tangannya yang penuh darah.

"Kamu bakal baik-baik aja Zi, bertahan ya."

"Dadaku sakit," ucapnya sambil memegangi dadanya.

Dengan gemetar diq menyentuh wajah Aray dan mengusap airmatanya.

"Bilang, aku juga cinta kamu. Please," ucap Zizy.

Meski yang meminta adalah orang sedang sekarat, Aray tetap tak bisa mengucapkannya.

Aray membalasnya dengan gelengan kepala dan itu membuat Zizy semakin sakit. Perlahan dia mulai kesulitan bernapas dan...

.

.
.
Flasback off.

Rubi berlari dari kantin menuju kantor Jiwa, dia menangis di sepanjang jalan dan tak peduli orang melihatnya.

"Kak... kak!!!"

Rubi langsung masuk dan berteriak. Jiwa yang tengah duduk santai pun terkejut dan sontak berdiri.

"Kenapa, Bi?"

"Dia masih hidup kak!  dia masih hidup."

"Siapa? Siapa, Bi?"

"Aray kak. Pak Sanjaya yang selama ini jadi rekan bisnis kakak itu Aray!"

"Apa?!!!"




.
.
.

Bersambung...











Mau tau gak kenapa tiba-tiba flashback ke Zizy? Tunggu di bagian selanjutnya ya.




49 Days My Ghost✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang