Bagian 1

3K 152 36
                                    

Yang membuatmu semakin terpuruk adalah ketakutan ~ Rubi Maura



Bulan purnama bersinar terang malam ini, udara juga teramat sejuk, rasa dinginnya langsung menembus sampai ke tulang.

Entah mengapa Aray masih berdiam di sekolah malam ini. Mungkin masih ada yang harus dia kerjakan. Terlihat jelas dia masih sibuk membolak-balik halaman buku tebalnya. Ini sudah malam, lalu mengapa Aray tidak pulang saja?
.
.
.
"Kamu siapa? Pergiiii, jangan sakiti aku."

Tak... takkk... takk

Heeeggghhhhhhhhh... too-longg...
.
.
.
Tiba-tiba saja suara berisik memecah konsentrasi Aray. Ini sudah pukul 10 malam, siapa lagi yang ada di sekolah selain dirinya dan satpam?

Dengan was-was Aray membereskan bukunya dan memilih untuk pulang. Bulu kuduknya sudah mulai berdiri sekarang.

Koridor sekolah dia lewati dengan tenang. Tapi saat menuruni anak tangga...

Takkk.... takkk.... takkk

Ada yang menyaingi langkahnya. Suara itu terdengar samar dan dengung ( Eh kaya hukum tajwid ).

Aray mempercepat langkahnya menuruni tangga.

Takkk... taakk... takkk... Ckiit...

Eh? Aray berhentj sejenak. Apa yang Aray lihat?
"Ka-kaa-kamu siapa?" tanya Aray pada gadis di hadapannya. Gadis itu nampak menakutkan. Ada satu lagi gadis yang dia lihat, gadis dengan seragam sekolah, mungkin salah satu murid sekolah ini.

"Ka-kamu bunuh di-dia ?" tanya Aray ketika melihat seorang gadis lagi tengah berada di tangan gadis itu, dia mencekiknya.

Ssssrrrttt...

Dengan sekejap gadis bergaun hitam itu berada di hadapan Aray.

"Aku melepaskanmu, pergi !" ucap gadis itu.

"Kamu ini apa ?" tanya Aray sambil menatap gadis itu. Terlihat sangat pucat.

"Pergiiiiiiii !"

"Hah." Aray berusaha mendorong gadis itu tapi... gadis itu tak dapat Aray sentuh.

"Ka-kamu, kamu ini apa?"

Bodohnya Aray, mengapa dia tidak pergi saja dari tempat itu. Pergilah Aray, aku mohon.

Aray malah berusaha menyelamatkan gadis yang dicekik gadis itu. Bodohnya, pergi Aray ! Pergi dari situ.

Hhhhhggghhhh...

Terlambat, kini gadis itu beralih mencekik Aray. Dia menyeret Aray menuju tangga selanjutnya. Aray hampir kehabisan napas, tangan gadis itu juga terasa sangat dingin. Aray berusaha melepaskan diri, tapi tak bisa. Gadis itu bisa menyentuhnya, tapi tidak dengannya.

"Uhuk... uhuk-uhukk... leppasinn saya."

"Kubilang pergi!"

Degg...

"Aaaaaaaaaaaaaarrrrrrggggggg."
.
.
.
Di sisi lain...

"Arrrrgggghhhh dinginnn," pekik Rubi sambil menarik kembali selimutnya.

Ssssyyyyttt...

Selimutnya kembali turun dan dia menariknya lagi.

"Monaaaaa, sudah kubilang kan jam tiga itu belum waktunya manusia bangun. Aku mengantuk, pergilah."

Rubi mendesis geram karena ada yang mengusik tidurnya. Dia bangkit dan langsung memekik.

"Sudah ku hwwaaaahhhhh!" Rubi terlonjak melihat gadis berseragam SMA duduk di atas ranjangnya.

49 Days My Ghost✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang