Bagian 13

1.4K 83 6
                                    

Kepastian. Beri tahu aku, kau bersungguh-sungguh atau itu hanya  kesalahan. ~ Rubi Maura.




Kriiiingg...

Kriiiiing...

"Huuaaaaaaahhh nghhh," Rubi menguap kemudian lekas mematikan alarm yang sejak tadi berbunyi.

Dia duduk melamun sambil mengumpulkan nyawanya. Lamunannya semakin dalam hingga akhirnya...

"Hahhhh, apa yg kulakukan semalam?" kejutnya.

Dia mengingatnya...

Ciumannya dengan Aray semalam...

"Auhhh gila, aku pasti udah gila. Argghhh bodohnya," ucapnya merutuki diri sendiri.

"Gak bisa gini," dia melihat sekelilingnya mencari Aray. Untung saja, pagi ini Aray belum terlihat.

"Huh, gak ada. Pokoknya aku harus pergi sebelum dia muncul."

Brakkk... Gedubrakk... Dugg... Klontang... Ssssrrrrrrtttt... Ngiekkk... Sssttt...

Rusuh sekali pagi ini. Rubi nampak terburu-buru menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah...

Beberapa menit kemudian...

"Selesai, tinggal berangkat."

Dia membuka pintu...

Ngiieekkk... Dugg...

"Awhhh," dia menabrak sesuatu. Rubi pun mendongak dan mendapati lelaki bertubuh tinggi di hadapannya.

"Baru mau ngetuk pintu," ucap lelaki itu.

"Kak Raga? ngapain ke sini?" tanya Rubi heran.

"Apa lagi? mau jemput kamu lah."

"Yaudah hayuk cepetan!" ucap Rubi langsung menyeret Raga ke motornya.

"Kenapa buru-buru gitu? kaya dikejar orang aja," ucap Raga.

"Nanti telat kak, cepet!"

Padahal, ini baru jam setengah tujuh. Rubi ada-ada saja.

"Bi, pulang sekolah ikut aku ke rumah sakit ya?"

"Ngapain?"

"Jenguk Jiwa, semalem dia kecelakaan."

"Hah? Serius?" ucap Rubi mengangkat satu alisnya.

"Iya lah, masa aku bohong. Mau ya?"

"Boleh."
.
.
.
Di sekolah...

Rubi baru saja memasuki kelasnya dan meletakkan tasnya di meja.

"Rubiiiiii, omegatttt pacar gue kecelakaan tauuuu." Teriak Meta.

"Hah? pacar? siapa pacar lo?" tanya Rubi.

"Ih, Kak Jiwa. Dia masuk rumah sakit tau."

"Dih, ngaku-ngaku kamu Met."

"Hehe. Eh, btw bantuin gue ya?"

"Apaan?"

Bruukkk...

"Titip ini buat Kak Jiwa." Sebuah kotak besar.

"Apaan nih? gak mau ah males!" tolak Rubi.

"Plisss, Bi. Gue gak berani nyamperin dia."

"Bodo amat! gue bukan tukang ngirim barang."

"Jahat ih, gak setia kawan."

"Bodo amat, sono titipin Kak Raga aja!"

"Wahhh, ide bagus!!! Emang lo sahabat terbaek gue. Muuahhhhh," ucap Meta sambil menarik kedua pipi Rubi dan memberi kiss bye sebelum pergi.

49 Days My Ghost✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang