Bagian 17

1.3K 72 3
                                    

H+14 Aku kembali di waktu yang tidak tepat. ~ Aray Sanjaya.

Waktu makan siang tiba...

Sejak pagi, Raga berdiam diri di kafe milik temannya. Bukan sejak pagi sih, lebih tepatnya sejak petang.

"Lo anteng banget si di kafe gue, gak gepeng kah tu pantat duduk terus?" ucap Bimo si pemilik kafe.

"Diem ah, lagi mikir nih." Jawab Raga.

"Mikirin Rubi lagi?"

Raga melirik...

"Dari semalem lo mikir terus, bertindaknya kapan coy?"

"Diem coba Bim, gue gak bisa mikir nih!"

"Yaelah, udah samperin aja. Tanya ke dia, dia mau gak jadi pacar lo?"

"Gue takut elah," ucapnya Ragu.

"Takut apaan?"

"Takut dia sukanya sama Jiwa bukan sama gue."

"Suuzan mulu, tanya sono. Dari pada jamuran lo di kafe gue."

"Iya-iya bawel. Nih, buat sewa tempat duduknya," ucap Raga sambil meletakkan uang 500 ribu di atas meja kemudian pergi.

"Kadang sinting, kadang waras tu anak. Lumayan," ucapnya sambil memasukkan uang tersebut ke dalam sakunya.
.
.
.
Di jalan, Raga melihat penjual seblak.

Rem mendadak..ckiiiuttt...

"Kebetulan, Jiwa pasti suka nih."

Dia pun membelinya, untuk Jiwa.
.
.
.
Rumah sakit...

"Berasa diamplas pantat gue duduk dari semalam."

"Gue tidur ga si? kok lupa ya?"

Dia terus berbicara sendiri sambil berjalan menuju kamar Jiwa.

Sampai...

Klekkk...

"Ji gue bawa-" terbengong.

"Salah kamar ya?" dia berbalik, menutup pintu lalu membukanya lagi.

"Kayak kenal?" ucapnya saat melihat pasien di ruangan itu.

Dia hendak masuk tapi...

"Maaf mas, ruangan ini tidak menerima pengunjung!" ucap seorang suster.

"Eh kaget," latah Raga.

"Sepertinya mas salah ruangan." Ucap suster itu sambil menutup rapat pintunya.

"Oh maaf sus, saya kira kamar kakak saya. Permisi,"
.
.
.

"

Gara-gara ngelamun nih."

"Astogel, ada nama pasiennya lo padahal. Bento banget si gue," ucap Raga merutuki diri sendiri.

Dia pun membuka pintu,

Klekk...

Dan...

Hatinya tersetrum...

Jiwa dan Rubi sama-sama melihat ke arahnya.

Mereka bertiga sama-sama terkejut.

Hening beberapa saat. Sampai tercium bau seblak.

"Emhhh bau-bau kenikmatan nih! seblak ya!" seru Jiwa fokus pada makanan yg dibawa Raga.

Dia kalo liat seblak jadi lupa segalanya.

49 Days My Ghost✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang