Bagian 29

1K 59 3
                                    

Hari ke-47.

"Bi, pulang sekolah ikut aku yuk." Ajak Raga.

"Kemana kak?"

"Udah pokoknya ikut aja."

Rubi mengangguk dan Raga pun mengelus ujung rambut Rubi dengan lembut. Setelahnya dia pergi ke kelas karena bell sudah berbunyi.
.
.
.

"Kak Raga kayanya sayang banget Bi sama lo, terharu gue." ucap Meta belaga menyapu airmatanya yang sebenarnya tak menetes.

"Masa iya si?"

"Wahhh, hati lo beku ya. Dengan semua perlakuan dia masa lo gak melting sedikitpun?"

"Ya pernah."

"Emang sekarang enggak?"

"Gue bingung."

"Astaga lo..."

"Husstt guru datang!"

Percakapan mereka pun akhirnya terputus karena jam pelajaran dimulai.
.
.
.

Sepulang sekolah, Rubi dan Raga pun pergi bersama.

"Kak Jiwa gak ikut kak?"

"Enggak, dia bawa motor sendiri kok."

"Oo,  kita mau kemana?"

"Nanti juga kamu tau. Pegangan ya, aku ngebut."
.
.
.

Ternyata tempatnya adalah...

"Kok ke sini kak, kakak mau beli baju? "

"Bukan buat aku kok,  tapi buat kamu." Ucap Raga kemudian menggandeng Rubi masuk.

Setelah masuk kedalam, mata Rubi langsung dimanjakan dengan pemandangan yang ada.

Gaun-gaun mewah terpasang ditubuh para manekin. Tas dan sepatu beserta aksesoris juga terpajang rapi dan indah, sungguh sangat memanjakan mata.

Rubi tersenyum, namun kemudian senyum itu memudar.  dia sadar, dirinya tidak akan mampu membeli barang semewah ini.

"Pilih aja yang kamu suka" ucap Raga.

Rubi menggeleng, "Enggak kak."

"Loh kok enggak, yaudah deh aku yang pilihin."

Raga pun bertindak sendiri untuk memilihkan baju untuk Rubi.

Selagi Raga mencari,  mata Rubi juga ikut berkeliling.  Sampai akhirnya matanya terfokus pada sebuah gaun putih cantik satu set dengan sepatu kaca dan tas kerlap-kerlip.

"Mba, mau yang ini." ucap Raga menunjuk gaun yang dilirik Rubi,  pas banget ya.

"Wah, selera mas ini bagus sekali ya ternyata.  Kebetulan gaun satu set ini adalah brand limited dari toko kami."

"Suka kan, Bi?"

Rubi dengan malu mengangguk. Dalam hatinya,  "Suka banget kak."

"Harganya..."

"Eh mba, langsung ke kasir aja." ucap Raga karena tidak ingin Rubi tau harga gaun itu.

"Kamu cobain dulu ya."
.
.
.

"Kak,  apa ini gak terlalu berlebihan?"

"Enggak dong, buat yang spesial apasi yang enggak. Lagian ulang tahun aku ini berharga banget buat aku, Bi."

"Kenapa berharga banget Kak?"

"Karena..."

Raga berpikir sejenak, seperti ada hal yang disembunyikannya dari Rubi.

"Karena apa?"

"Emm,  karena ada kamu hehehhe."

"Hus gombal," ucap Rubi mencubit pinggang Raga.

"Eh-eh jangan cubit dong, ntar nabrak loh."

"Eh iya,  enggak-enggak."
.
.
.

Hari berikutnya...

Para siswi tengah sibuk berbincang tentang acara ulang tahun Raga. Segala baju beserta riasan saling mereka pamerkan.

"Pasti gue paling cantik diacara Raga besok."

"Idih,  baju lo aja kw."

"Kampret lu."

Tak lama kemudian,  Rubi datang. Para gadis langsung menyaut.

"Eh upik abu,  pake baju apa loh ke acara calon pacar gue nanti." sahut seseorang.

Rubi mengabaikannyaa dan terus berjalan.

"Jangan-jangan pake rombengan ya,  hahahhaa."

Rubi tetap diam meskipun sepanjang jalan hujatan menghujaninya. Mereka tidak tau saja kalau Raga sudah menyiapkan gaun istimewa untuk princessnya.
.
.
.

Diam-diam Jiwa menemui Rubi saat jam istirahat. Sepertinya ada hal serius yang ingin dibicarakan. Terlebih dahulu dia mengecohkan Raga agar tidak mengetahuinya.

"Ada apa kak?"

"Lo jangan datang!"

Perintah itu langsung membuat Rubi terkejut, karena sebelumnya Jiwa lah yang memaksa Rubi untuk datang.

"Alasannya apa, aku gak ngerti. Kemarin kakak yang bujuk aku, sekarang kakak ngelarang aku."

"Bahaya, Bi."

Flashback...

Dimalam sebelumnya, tiba-tiba Jiwa terbangun lagi karena mimpi buruk.

Dalam mimpi itu, adalah gambaran acara ulang tahun Raga.

Suasana sangat Ramai, tamu undangan berpesta ria dan saat itu Raga terlihat bersama dengan Rubi.

Tiba-tiba saja gadis bergaun hitam itu memampakkan diri lagi.
Jiwa langsung mengejar gadis itu, karena pasti iblis itu akan mengacaukan suasana.

"Berhenti kamu, berhenti!" teriak Jiwa.

Lantas,  gadis itu langsung berhenti dan berbalik.  Dia memperlihatkan tawa jahatnya.

"Tidak lelah mengerjarku? putra dari Miranda, si perempuan jalang." ucap gadis itu.

Jiwa langsung terkejut setengah mati.  Nama ibunya tiba-tiba saja disebut.

"B-bagaimana kamu tau?"

"Mana mungkin aku lupa pada wanita yang mengacaukan keluarga dan menyebabkan kematian Ibu, dan adikku?"

"Apa?"

Jiwa lebih terkejut lagi.

"Gak mungkin, mama bukan wanita seperti itu. Kau bohong,  dasar iblis jalang."

"Terus saja menghujat sampai kau puas. Kalau bukan karena ibumu, keluargaku tidak akan hancur. Liat saja,  aku akan menghancurkan semua orang yang kamu sayangi. Ah ya, orang yang paling kamu sayangi setelah ibumu sedang berulang tahun hari ini."

"Tidak!!!  jangan pernah kamu menyentuh Raga,  kalau kau ingin mencelakai, aku orangnya."

"Ahahahha, tidak!  aku juga ingin melihat kamu tersiksa melihat orang yang kamu sayangi mati. Sama,  seperti aku menyaksikan kematian ibu dan adikku."

"Tidak! Ini mustahil, mama bukan wanita seperti itu.  Sebenarnya apa yang terjadi?"

Gadis itu terus tertawa,  dan perlahan bayangan darah menyelimuti tempat pesta itu.

Yang paling aneh adalah, gaun putih Rubi berubah menjadi merah. Dan bagaimana Raga?

.
.
.

Bersambung...

49 Days My Ghost✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang