Awal dari sebuah kebingungan adalah ketika kamu terlihat nyata ~ Rubi Maura.
Sore yang dingin di hari ini, dengan air langit yang masih terus menetes membasahi dedaunan di sekeliling sekolah.
Jam terakhir yang membosankan. Ada pelajaran fisika yang benar-benar membuat Rubi berkali-kali memijit kepala. Belum lagi manusia di sampingnya yang terus mengoceh selama pelajaran berlangsung.
Berkali-kali Rubi menatap keluar jendela, tatapan jauh ke seberang sana. Sekolah Kirin terlihat jelas dari kelasnya, sekolah aneh yang punya banyak cerita.
"Eh Bi, ada gosip hangat loh," bisik Meta.
Rubi menoleh malas dan menjengitkan satu alisnya.
"Apaan?""Katanya, di sekolah Kirin ada hantu yang gentayangan," jawab Meta.
"Terus? apa hubungannya sama aku?"
"Katanya hantunya ganteng, sono cari trus jadiin pacar."
"Kampret!" pekik Rubi dan hendak mengeplak manusia bawel satu ini.
"Rubi, Meta!!!" teriak Pak Bombom yang membuat Rubi dan Meta langsung terdiam.
"Kalian tidak memperhatikan saya?" tanya Pak Bombom. Dari namanya saja sudah konyol, heh.
Rubi memutar bola matanya dengan malas dan langsung saja dia jawab pertanyaan Pak Bombom.
"Ingat umur pak, saya masih SMA masih doyan ABG." Jawabnya ngasal.
Meletuplah kepala Pak Bombom. Eh, emosi maksudnya.
"Anak kurang ajar, keluar kamu dari kelas saya!" serunya.
Dengan santai Rubi menjawab, " Ah siyaaappp," kemudian dia melenggang meninggalkan kelas.
"Anak kalo gak punya orang tua ya gitu, kurang ajar."
Brrrraaaakkkkk...
Rubi menggebrak pintu setelah mendengarnya, kata hinaan yang keluar langsung dari mulut si guru botak itu.
.
.
.
"Ayah, Rubi rindu."Rubi berjalan gontai melewati trotoar. Air matanya mengalir deras tanpa ada yang mengusap. Sang ibu sudah lama menghilang, sedangkan sang ayah sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Miris sekali hidupnya, dia tak punya satu pun kerabat. Hanya Mona yang selama ini menemaninya.
"Mona, kamu dimana?" panggil Rubi. Biasanya hantu cilik itu akan memgikutinya ke sekolah, tapi kali ini tidak, entah kemana dia.
...
Rubi mengusap kasar air matanya. Matanya tertuju ke arah jalan raya.
"Hey kamu! Mau mati kah?" teriak Rubi pada seorang laki-laki berseragam yang berdiri di tengah jalan.
"Budek ya? woy!!! minggir bego, ada mobil," teriaknya sekali lagi. Laki-laki itu sama sekali tak menghiraukan Rubi, dia tetap bersiri tegap di sana.
"Sial ni orang," Rubi menghempas kasar tasnya dan berlari untuk menyelamatkan laki-laki itu. Tapi...
Tiiiiinnnn....tinnnnnnn...
Degggggg......
"Eh."
Ckkiiiiitttt...tttttt...
"Dasar perempuan gila, kalo mau mati jangan ngelibatin gue!" pekik sopir truk yang hampir saja menabraknya.
"Ss-ss-saya mau nolongin temen saya pak," ucap Rubi gemetaran.
"Temen ndasmu, jelas-jelas kamu yang lari ke arah truk saya. Untung gak ketabrak," omel supir truk lalu kembali melaju.
"Loh?" Mata Rubi berkeliling mencari sesuatu.
"Perasaan tadi- ahhh, pasti bukan manusia. Jadi hantu bego banget sih, bikin bingung aja."
.
.
.
Rubi membaringkan badannya di sofa. Menatap langit-langit yang begitu gelap. Listrik rumahnya diputus karena dia tidak sanggup membayarnya. Belum lagi perutnya yang gemerucuk karena lapar, lengkaplah deritanya hari ini. Dia merogoh saku celananya, dan terdapat uang lima ribu rupiah yang sudah lecek, selecek hidupnya."Lima ribu dapat apa?"
"Dapat sabun cuci piring Bi," ucap Mona yang datang tiba-tiba.
"Kaget gueh!!! kurang ajar kamu Mon."
"Emmbbbhahahahha... kenapa jadi lebay gitu bahasamu?" tanya Mona.
"Tau ah, aku laper. Aku keluar dulu cari makan," ucap Rubi lalu jalan menuju pintu.
"Mau ditemenin gak?"
"Gak usah, serem amat jalan sama hantu."
"Yeuhh dasar."
.
.
.
"Lah, kok aku jalan ke sini ya?" monolog Rubi. Tanpa sadar dia malah berjalan menuju gedung sekolah Kirin.Katanya, di sekolah Kirin ada hantu yang gentayangan.
Kembali terngiang ucapan Rubi tadi sore dan membangkitkan partikel-partikel penyebab kepo.😂
"Masuk jangan?" batin Rubi.
"Masuk aja neng."
"Eh kutil!!" pekik Rubi.
"Saya Asih neng, bukan kutil."
Rubi memperhatikan wanita paruh baya ini dari atas sampai bawah, dan...
Kakinya tak napak tanah. Fiks ini setan bukan manusia."Nenek hantu pensiun ya?" tanya Rubi.
"Hihihihihi."
"Gak serem nek, saya gak takut," ucap Rubi remeh.
Jengggggg... Degggg...
"Aaaaaaaaaaaaaarrrggggghhhh."
.
.
.Hosh...hosh...hosshhh...
"Kurang ajar tu nenek, matanya bisa copot gitu," ucap Rubi yang masih terengah-engah.
"Kok? aku masuk ke sini?"
Tanpa sadar, nenek tadi telah membuat Rubi berlari memasuki sekolah Kirin. Gerbang sekolah terbuka lebar, padahal biasa tertutup rapat.
Rubi melihat sekeliling, sangat gelap dan menyeramkan. Lampu di koridor padam, lumayan sulit untuk mencari jalan keluar. Tapi, ada satu ruangan yang berlampu, meski agak redup.
Rubi berjalan menuju ruang itu, tertulis di atas pintu, "Kelas A1."
"Hey."
"Eh!" pekik Rubi karena ada yang memanggilnya, dia menoleh.
"Kamu siapa?" tanya seorang laki-laki berseragam sekolah.
"Kamu yang siapa, main ngagetin aja," ucap Rubi sewot.
"Aku... Aku gak tau aku siapa," ucap laki-laki itu.
"Bahahaha, aneh banget. Coba lihat sini," Rubi menarik laki-laki itu dan menyenteri bajunya.
"Nama kamu Aray Sanjaya. Gak jelas nih, nama sendiri lupa."
"Eh, kamu bisa pegang aku?" tanya laki-laki itu.
"Bisalah emang kenapa?" tanya Rubi.
Srrrrrttt... Aray mencoba memegang Rubi tapi...
Bersambung...
Hay readers, masih semangat gak bacanya ? Belum target sih tapi gak papa deh, see you next part.
Vote 20++ update.

KAMU SEDANG MEMBACA
49 Days My Ghost✅
Gizem / GerilimYang tak terlihat juga sedang bersamamu... dia ada di... dekatmu ! Aku Rubi Maura, dan aku bisa melihat... Hantu. Start : 22 Maret 2019. End : ? Rank : 238 in ghost ~ 2,7 ribu cerita 429 in misteri ~ 17,9k cerita