Bagian 42

1K 65 3
                                    

Jiwa kembali ke rumah sakit setelah mengantar Meta pulang.

"Gimana Rubi? " tanyanya pada Aray yg tengah duduk di kursi tunggu.

"Rubi..."

Klekk...

Tiba-tiba dokter keluar dari ruang perawatan. Aray sontak berdiri dan menghampiri sang dokter.

"Bagaimana keadaannya Dok?"

"Pasien baik-baik saja, dia sudah siuman." Ucap sang dokter.

Mereka berdua lega mendengar hal itu.

"Boleh saya masuk?" tanya Aray.

"Iya silahkan, kalau begitu saya permisi."

Dokter pun pergi.

"Gue masuk ya," Ucap Aray pada Jiwa.

"Oke."

Aray pun masuk...
.
.
.

"Jangan ikuti dia," ucap Jiwa. Dia menaham arwah itu mengikuti Aray.

"Kamu siapa? dan tau apa kamu!"

"Aku Jiwa, dan aku tau seperti apa mereka saling mencintai. Biarkan saja mereka bertemu setelah sekian lamanya."

"Aray milikku!"

"Relakan Aray, dunia kalian berbeda."

"Tidak akan!"

"Aray mencintai Rubi! Lihatlah!!"

Mereka pun menyaksikan bagaimana saat Aray bertemu dengan Rubi.

.
.
.
Rubi masih terbaring di ranjangnya saat Aray masuk. Aray menatap Rubi, saangat dalam hingga semua ingatannya kembali.

"Jadi benar, aku memang sangat mencintai gadis ini."

Tak lama Rubi pun membuka matanya. Dia menoleh, dan akhirnya melihat Aray berdiri tak jauh darinya.

Dia langsung terduduk, matanya berlinang. Rubi berusaha turun dari ranjang dan menjumpai Aray.

Srekkk...

Klontang...

Tiang infusnya terseret dan jatuh, Rubi juga jatuh...

Tapi...

Jatuh dalam pelukan Aray...

"Kamu..."

"Iya, Bi. Ini aku, Aray."

Mereka berdua menangis bahagia dan saling berpelukan.

"Kamu kembali, kamu masih hidup."

"Iya sayang, aku kembali."

Pelukan mereka semakin erat, dan cukup lama. Rasanya tak cukup untuk membayar kerinduan selama bertahun-tahun.

Aray mengangkat Rubi dan menidurkannya kembali. Digenggamnya kuat-kuat tangan Rubi dan dicium keningnya.

"I love you, Ray."

"Love you too, Bi. Senang rasanya, karena akhirya kamu mengatakannya."

"Jangan menghilang lgi ya."

"Iya bi."

.
.
.

"Sekarang kamu sudah liat kan, mereka berdua saling mencintai."

Zizy terlihat sangat sedih.
"Baiklah, aku akan pergi. Tapi, sebelum itu aku ingin bertemu dengan Aray."

"Untuk apa?"

"Aku ingin bertemu Aray! buat dia melihatku."

"Baik, tunggu diatap. Aku akan naik bersama Aray."

.
.
.

Di dalam ruang perawatan, terlihat Aray sedang menyuapi Rubi.

"Ih manja banget sih, Bi." Ucap Jiwa yang tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu.

Sontak Aray dan Rubi menoleh kaget, tapi kemudian keduanya tersenyum.

"Gak papa kok, lagian kita sdah bertahun-tahun gak ketemu. Sekarang aku rela ngelakuin apa aja buat Rubi."

Jiwa bergidik geli.
"Ih, bucin banget sumpah."

"Ih, kaya kakak sama Meta enggak aja." Balas Rubi.

"Hehehe."

"Eh, Bi. Gue pinjem Araynya bentar ya."

"Gak boleh."

"Ada apa kak?" tanya Aray.

"Kok aneh banget ya gue denger lo manggil gue kak😂"

"Haha gak papa lah, biar samaan kaya Rubi."

"Serah lu, gue mau ngomong penting yok ikut gue."

"Gak boleh," Ucap Rubi menahan tangan Aray.

"Aku tinggal bentar aja kok sayang," balas Aray sambil mengelus rambut Rubi."

"Hmmm oke,"

.
.
.

Aray dan Jiwa pun pergi keatap.

"Kita ngapain kesini?"

"Ada yg mau ketemu lo."

Aray Berhenti melangkah, "Siapa? " tanyanya.

Jiwa pun ikut berhenti.

"Lo tau dia."

Setelah sampai di atap, Aray menoleh sekeliling mencari siapa yg hendak menemuinya.

"Gak ada orang."

"Ada, tapi lo gak lihat. Dia ada di belakang lo."

Aray pun cepat-cepat menoleh, tapi ternyata tak ada orang dibelakangnya.

"Lo nipu gue ya!"

"Hahaha gue gak berani menipu seorang Aray Sanjaya kali."

"Terus?"

"Dia bukan manusia seperti kita."

Aray nampak sangat terkejut, wajahnya jadi tegang.

"Lo takut? Masa mantan hantu takut sama hantu," ledek Jiwa.

"Lo ngerjain gue ya."

"Enggak, dia beneran ada. Dia kesini buat menyelesaikan masalahnya sama lo."

Mendengar hal itu, Aray langsung berlari ke belakang Jiwa.

"Percuma lo sembunyi, karena lo itu diikutin."

Aray menoleh kanan kiri, wajahnya ketakutan. Jujur, wibawanya mendadak hilang karena ini.

"Lo siap gak kalo haruw liat dia?"

"Serem gak?"

Jiwa menggeleng, "Dia datang dengan wujudnya saat menjadi manusia."

"Oke, gue siap."

Jiwa pun mengulurkan tangannya kemudiam dia iris tangannya dengan sebuah pisau kecil. Setelah itu, dia juga mengiris tangan Aray.

Dia satukan tangan mereka, hingga jadinya darah mereka tercampur.

"Sekarang, liat ke belakang. Dia di sana," ucap Jiwa.

Perlahan Aray menoleh, walau sebenarnya dia sangat takut.

😲😲😲

BERSAMBUNG...

Last one guys. maaf ya telat update, I jadwal bener-bener padat soalnya.

49 Days My Ghost✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang