43 End

1.3K 74 16
                                    

"Hai Aray," sapa Zizy sambil tersenyun. Dia datang dengan memakai gaun yg sama di hari kematiannya.

Aray tentu terkejut melihatnya, namun tak lama dia sadar bahwa sosok Zizy yg dia lihatnya hanyalah roh.

"Kenapa kamu di sini Zi? seharusnya kamu tenang di sana."

"Bagaimana aku bisa tenang Ray? aku belum merelakan kamu."

"Tapi..."

"Dengarkan aku Ray, aku belum selesai. Aku memang belum bisa merelakan kamu, tapi itu dulu sebelum aku benar-benar menyaksikan bagaimana kamu mencintai Rubi. Sebagai wanita, seharusnya aku tidak bodoh dan menyiksa diriku sendiri."

"Maafin aku Zi."

"Gak ada yg perlu dimaafkan Ray. Sekarang waktunya aku pergi, urusanku di sini sudah selesai. Tak ada lagi alasan aku harus tinggal. Jaga Rubi ya Ray." Zizy pun mendekat dan memeluk Aray. Aray memejamkan mata saat itu, dan ketika dia membuka mata, Zizy sudah menghilang.

"Dia pergi?" tanya Aray pada Jiwa.

"Ya, dia pergi."

Setelah ini, Aray berharap tak ada lagi hal yang akan membuat Rubi dengannya berpisah.

.
.
.

Hari selanjutnya.

Semua sudah membaik, termasuk keadaan Rubi. Pagi ini Rubi sudah diperbolehkan pulang ke rumah.

"Pulang ke rumah aku ya," ucap Aray sambil membereskan tempat tidur.

Rubi langsung mendelik kearah Aray.
"Kok ke rumah kamu?"

"Emang kenapa?"

"Ya masa ke rumah kamu?"

"Kenapa? Kamu takut?" ucap Aray dengan nada meledek.

"Ihh enggak!" ucap Rubi, wajahnya kian memerah setelah menjawab pertanyaan itu.

"Yaudah ayok, kita ke rumah aku."

Mereka pun berangkat. Dalam perjalanan Rubi hanya diam, entah apa yg dia pikirkan saat itu. Wajahnya memerah sedari tadi.

"Kamu demam?"

Rubi menggeleng.

"Kok mukanya merah?"

Dia hanya diam dan menutupi wajahnya dengan tangan. Aray tertawa kecil melihat tingkah Rubi itu.

.
.
.

Sesampainya di rumah Aray, semuanya sudah beres. Rubi hanya tinggal masuk ke kamarnya dan beristirahat.

"Ini kamar kamu, langsung istirahat ya." Tunjuk Aray.

Rubi hanya mengangguk dan cepat-cepat masuk dan menutup pintu. Entah kenapa dia jadi deg-degan.

"Dia gak bermaksud apa-apa kan?"

"Ah enggak-enggak, Rubi gak boleh mikir yg aneh-aneh. Sekarang kita tidur, hmmm tidur." Ucapnya bicara sendiri.

.
.
.

"Rubi sudah tidur, sekarang kalian lakuin apa yang saya suruh."

"Baik bos."

.
.
.

Saat Rubi terbangun, ternyata hari sudah petang. Dia bangun,  menyalakan lampu dan melihat jam.

"Pukul 9 malam?" ucapnya kaget.

Kruekkk... Kruuekkk...

Rubi memegangi perutnya yang tiba-tiba terasa lapar. Diapun berjalan keluar kamar dan ternyata, seluruh ruangan gelap.

Rubi berjalan mencari tombol lampu.

"Mana sih?" Ucapnya sambil meraba dinding.

Dia akhirnya menyerah karena tak menemukannya.

Rubi berjalan perlahan mencari sofa.
"Perasaan tadi siang di sini, kok gak ada ya." Ucapnya terus berjalan.

Krekkk... Duaarrrrr!!!

Rubi terlonjak dan akhirnya memeluk seseorang dalam gelap.

Ting...

Lampu menyala perlahan.

Lampu pertama berbentuk huruf  "I"

Ting...

Lampu kedua yang menyala berbentuk hati.

Ting...

Dan lampu ketiga berbentuk barisan huruf bertulis "RUBI"

Rubi semulanya terfokus pada lampu-lampu itu, sampai akhirnya dia terfokus pada seseorang yang di peluknya.

"Aray?"

"Will you merry me Rubi?" ucap Aray.

"Hah? Secepat ini?" batin Rubi, dia hanya mengungkapkannya dengan ekspresi mata.

"Kenapa secepat ini? Itu karena aku gak mau kehilangan kamu lagi." Ucap Aray, dia seolah bisa membaca pikiran Rubi.

"Aku..."

Rubi gemetar. Dia ingin secepatnya mengatakan "Yes" tetapi mulutnya bungkam.

Chuu...

One kiss...

Chuu... Dan selanjutnya...

😂😂😂😂

Mereka 😚😚

"Respon kamu, aku jawaban ( yes ) dari kamu, Bi."

Rubi tak bisa mengelak lagi, dia hanya tersenyum dan mengangguk.

Aray pun memasangkan cincin dijari manis Rubi.

"Besok kita nikah ya."

"Hah! Besok?"

"Iya sayang, aku udah siapin semuanya kok."

Rubi benar-benar tidak tau harus berkata apa lagi. Ya senang,  ya kaget, intinya bahagia banget kalo jadi Rubi.

Mereka pun saling berpelukan...

"Jangan menghilang lagi ya Ray. Aku sayang kamu."

"Aku janji gak akan ngilang lagi. Kalaupun aku menghilang,  aku pasti kembali buat menemui kamu."

"I love you Aray."

"I love you more Rubi."

.
.
.

Tamat





.
.
.

Akhirnya selesai...
Author sangat berterimakasih pada kalian yang sudah baca story ini hingga akhir. Author sayang kalian semua. Ini akhir yang bisa author tulis untuk cerita ini. Maafkan jika kalian kurang puas.

Author berharap bisa mempertahankan Viewers di story selanjutnya.

Terima kasih kalian.

Dan 49 Days My Ghost berakhir pada 09 maret 2020.

See you next story😍

49 Days My Ghost✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang