Bagian 41

1.2K 63 8
                                    

"Kamu pasti becanda kan, Bi?" tanya Jiwa dengan nada bergurau.

"Buat apa aku bohong kak, aku serius. "

"Trus dia mana? kan kalian janjian ketemu di kantin."

"Dia gak ada kak, tapi ini..." Rubi menunjukkan gelang yg dia temukan.

Setelah melihat gelang itu, Jiwa langsung mengecek sebuah berkas. Benar, rekannya adalah Aray.

"Yaampun, kenapa gue gak sadar."

"Ayo kita cari dia kak,  buruan."

"Iya bentar, aku telpon dia dulu."

Setelah mencoba menelpon, ternyata nomer Aray tidak aktif. Jiwa pun beralih menelpon ke kantor Aray.

...
...
...
...
...

"Bi, kita harus cepat!" kata Jiwa sambil bersiap-siap.

"Kenapa kak?"

"Aray di bandara, dia mau balik ke London."

"Apa!!"

.
.
.

Jiwa dan Rubi segera pergi ke bandara saat itu. Sesampainya di sana, mereka langsung menuju jalur penerbangan ke London.

"Kita berpencar aja ya, biar cepat ketemu."

"Oke."

Mereka pun mencari sambil memanggil-manggil nama Aray.
.
.
.

"Aray!"

Panggilan itu membuat Aray terkejut. Dia langsung menoleh ke belakang. Dia tidak tau siapa yang memanggilnya.

Tak lama setelah itu, dia melihat seorang gadis yang wajahnya tidak asing baginya.

Gadis itu terlihat kebingungan. Aray semakin memperhatikan gadis itu, dan tak lama dia mendengar gadis itu memanggil namanya. Aray pun sontak berdiri. Tak lama gadis itu juga melihatnya, dia tersenyum bercampur tangis. Gadis itu adalah Rubi tentunya.

"Aku menemukanmu," batin Rubi. Dia sangat bahagia dan langsung berlari kearah Aray.

Tak...

Tak...

Tak...

Srkk...

Tiba-tiba saja Rubi berhenti, padahal jaraknya dengan Aray tinggal beberapa langkah lagi.

Tatapan Rubi terlihat kosong, tapi tau kah? di sedang menatap seseorang.

.
.
.

"Siapa kamu? Jangan ganggu milikku."

Rubi langsung gemetar mendengar kata-kata itu.

"Kamu siapa?" tanya Aray.

"Hey!" panggil Aray sambil mengayunkan tangannya di depan wajah Rubi.

Rubi terlonjak kecil lalu beralih menatap Aray. Matanya berkaca, sangking bahagianya menemukan Aray. Dia arahkan tangannya untuk menyentuh wajah Aray tapi, sesuatu menahannya.

"Jangan sentuh milikku."

Aray jadi bingung, karena gadis dihadapannya ini seperti melihat gadis lain.

Aray menyambut tangan Rubi yang tertahan saat hendak menyentuhnya.
"Kamu pasti ingin berkenalan," katanya sambil menjabat tangan Rubi.

Rubi tiba-tiba menangis. Kenapa?... karena Aray tak mengenalinya.

Rubi pun memberikan gelang yang ditemukannya tadi.

"Oh, aku pasti meninggalkannya di suatu tempat." Ucap Aray saat menerima gelang itu. Tak lama, Rubi mengulurkan tangannya yang lain.

Kring...

Gelang yang sama...

Entah, apa Aray mengingatnya.

Aray menatap gelang itu,  kemudian menatap Rubi.

"Kamu siapa?"

"Aku Rubi Ray hik hik hik," ucap Rubi sambil menangis.

Mendengar pernyataan Rubi, beberapa memori tentang mereka berdua pun bermunculan, termasuk momen saat mereka memberi gelang ini.

"Rubi?" Ucap Aray terkejut karena orang yg selama ini dia cari sekarang ada di hadapannya.

Baru saja Rubi ingin memeluk Aray.

"Eghhh," lehernya tercekik.

Oleh siapa?

Zizy tentunya...

Arwah gadis itu ada disana... Dia mencegah Rubi mendekati Aray.

"Rubi!!" ucap Aray saat Rubi tiba-tiba terjatuh lemas.

Aray nampak sangat cemas. Kenapa ini terjadi saat pertemuan pertama merek setelah bertahun-tahun?

Aray langsung menggendong Rubi dan membawanya ke rumah sakit.
.
.
.

Aray menunggu di luar selagi dokter memeriksa Rubi. Tak lama Jiwa juga datang bersama Meta.

Jiwa langsung datang dan menghadap Aray. Dia menatap Aray dari atas ke bawah.

"Lo beneran Aray?"

"Iya gue Aray."

Sontak Jiwa langsung memeluk Aray.

"Gue gak percaya lo masih hidup."

"Aray? kaya pernah denger." Ucap Meta sambil berpikir.

"Dia Aray Sanjaya, alumni SMA Kirin."

"Apa!!!" pekik Meta.

"Bu-bukannya dia udah ma..."

"Gue masih hidup kok," sahut Aray.

Meta terlihat shock. Dia hampir saja pingsang.

"Jadi gimana Rubi?"

"Dokter masih ngecek dia. Tiba-tiba dia pingsan, gue gak tau kenapa."

"Lo mau tau?"

"Apa?"

Jiwa pun membisikkan sesuatu pada Aray.

"Gak mungkin, siapa dia?" tanya Aray.

"Lo pasti tau, karena kayanya dia sayang banget sampe gak mau ngelepasin lo."

"Apa mungkin itu kamu Zi," batin Aray.

.
.
.

BERSAMBUNG...








49 Days My Ghost✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang