Sebagian dari hidup adalah cobaan, sisanya mungkin kebahagiaan. ~ Rubi Maura.
"Aray!!! gak lucu, bangun cepet!!!" seru Rubi sambil menghurak-urak tubuh Aray.
"Aray??" suaranya memelan ketika menyadari Aray mungkin benar-benar pingsan. Tapi kemudian dia mulai berteriak lagi.
Aku belum pernah liat hantu pingsan.
"Araaaaaaaaaaay!!!"
"Stop!!" Aray cepat-cepat menutup telinganya dan mengakhiri akting buruknya.
"Nah kan bercanda, dasar kamu!"
Tok tok tok...
Rubi menoleh cepat menyadari seseorang tengah mengetuk pintu. Kira-kira siapa?
Rubi mengabaikan Aray dan beralih membukakan pintu. Baru saja pintu terbuka, Rubi langsung disembur dengan hujatan.
"Kamu mau saya tendang dari komplek sini? tengah malam teriak-teriak. Mana? kamu pasti bawa pacar kamu ke rumah kan. Aku mendengar kamu memanggil nama laki-laki tadi." tanya seorang nenek tua dengan wajah sangar.
"Nenek gila? sebab apapun saya teriak, bukan urusan anda. Ini rumah saya, saya bebas!"
"Dasar anak muda tak tau diri. Pantas saja orang tuamu cepat mati, mereka pasti tidak sanggup merawat anak nakal seperti kamu."
Kemarahan mulai terlihat di mata Rubi. Nenek tua ini lancang menyebut kedua orang tuanya.
"Nenek tau apa? jangan karena anda lebih tua jadi saya akan menerima ucapan anda. Punya mulut dijaga nek.!
Plakkkk...
"Anak kurang ajar, sudah bikin ribut masih ngelawan."
Rubi mengelus pipinya, tamparan nenek itu sakit. Tangan nenek itu tak berdaging, hanya tulang yang tersisa.
Rubi menyernyit, "Ternyata hidup lama tidak membuat anda pintar."
Greeebbbbb... Rubi membanting pintunya, membiarkan nenek tua itu bekoar sendiri di luar sana. Meladeninya itu percuma, nenek-nenek cerewet memang begitu.
Klekkk... Rubi kembali membuka pintunya, tapi hanya untuk menyampaikan satu pesan untuk nenek tua itu.
"Hati-hati nek, ada yang menunggu anda di seberang jalan sana."
Greeebbb...
Seketika, wajah nenek itu memucat. Dia mulai melirik sekelilingnya, tapi dia tidak berani membalikkan badan, sampai akhirnya...
Degggg...
Seseorang memegang pundaknya...
Dengan jantung renta yang berdegup cepat, nenek itu membalikkan badan. Tapi sebelum tuntas berbalik...
Bruuukkkk....
.
.
.
Rubi... Rubi... Rubi...Heh?
Ketika terbangun, entah dimana Rubi berada. Tempat itu gelap dan sunyi, tak ada sedikitpun cahaya yang terlihat. Benar-benar gelap hingga Rubi tak dapat melihat apapun. Di tempat itu hanya terdengar suara yang tak asing baginya.
Rubii...
Ayah? Itu suara ayah...
Ayah, Rubi di sini. Di sini gelap, Rubi tidak bisa melihat apapun, ayah dimana?Rubi...
Dengarkan ayah nak...
Jadilah anak yang baik...
Hormati orang lain...Tapi yah, mereka jahat. Mereka tidak mengerti Rubi...
Ayah, Rubi ikut ayah ya? Rubi tidak mau disini, Rubi takut...
Selepas suara itu menghilang, terbuka sebuah pintu dengan cahaya menyilaukan dan ayah berdiri di sana.
Tetap di sana nak, jangan ikut ayah. Kau harus mencari tahu tentang kematian ayah, dan... Jadilah anak yang baik...
Hah? maksud ayah apa? ayah... ayah...
"Ayaaaaaaah."
"Rubi, kenapa?" tanya Aray dengan wajah panik.
Pasalnya, Rubi terbangun dengan keringat bercucuran dari tubuhnya, dia juga menangis."Mimpi buruk ya?"
Aray mendekap Rubi, mengelus lembut kepala Rubi, membiarkan Rubi menangis dalam dekapannya."Eh, aku bisa menyentuh Rubi?" batin Aray.
"Hah, tante?"
Tiba-tiba Rubi mendorong Aray dan berlari keluar. Tante?Sriinggg... Hekkkkk...
"Jantungku."
Setelah Rubi keluar, tiba-tiba saja jantung Aray terasa sakit. Seperti ada belatih yang mengoyaknya."Arrghhh... sa-kitttt."
Di sisi lain, Rubi masih berusaha menemukan seseorang.
"Dia kembali?" ucapnya.
Ya, nampaknya gadis bergaun hitam itu kembali.
Aarrrggghhh...
"Aray?"
Rubi berlari ke dalam setelah mendengar teriakkan Aray. Ternyata Aray telah tergeletak lemah di lantai.
"Aray, kamu kenapa?" ucap Rubi, menghampiri Aray.
"Dadaku sa-kitt."
"Heh?" Rubi nampak sangat panik. Dia tidak tau apa yang harus dia lakukan. Aray hantu, membawanya ke dokter itu tidak mungkin.
"Aray, kamu gak bercanda kan?"
Rubi menengok sekeliling, apa yang harus dia lakukan? hantu kecil itu pun belum kembali.
"Tante?" Rubi kembali tersentak melihat gadis bergaun hitam itu berada di luar jendela. Rubi hendak berlari menemuinya, namun Aray menggenggam erat tangannya.
"Jangan pergi!" ucap Aray dengan tatapan penuh rasa sakit. Rubi tak tega, dan akhirnya dia mengurungkan niatnya.
"Iya, aku gak akan kemana-mana." Ucap Rubi sambil membiarkan Aray berbaring di pangkuannya.
Beberapa saat kemudian, Rubi kembali menoleh ke luar jendela. Gadis itu pergi, dan bersamaan dengan itu, Aray membaik.
"Hah, rasa sakitnya hilang." Ucap Aray sambil meraba-raba dadanya.
"Serius?"
"Iya Rubi, udah gak sakit lagi."
"Aray?"
"Emmm?"
"Apa kamu mati dibunuh?"
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
49 Days My Ghost✅
Mystère / ThrillerYang tak terlihat juga sedang bersamamu... dia ada di... dekatmu ! Aku Rubi Maura, dan aku bisa melihat... Hantu. Start : 22 Maret 2019. End : ? Rank : 238 in ghost ~ 2,7 ribu cerita 429 in misteri ~ 17,9k cerita