Bagian 3

2K 111 9
                                    

Melihatmu, entah sebuah keuntungan atau sebuah kesialan. ~ Rubi Maura.

"Emmm, jadi gitu ceritanya."

Rubi masih terus berjalan melewati koridor gelap hanya dengan bantuan senter ponselnya. Baru saja Aray menceritakan bagaimana dia bisa berada di sekolah ini.

Aray mengikuti Rubi dari belakang sembari terus mencoba untuk menyentuhnya. Berkali-kali dia mengulungkan tangannya meraih Rubi, tapi percuma.

Rubi menoleh kemudian menatap aneh ke arah Aray yang posisi tangannya masih terulur.

"Kamu ngapain?" tanya Rubi dengan wajah terkejut. Cepat-cepat Aray menarik tangannya dan pura-pura mengupil.

"Ini, mau cari upil." Kata Aray sambil menyogokkan gempolnya ke lubang hidung.

"Bwahaahahha," Rubi tertawa kemudian menjauhkan jempol Aray yang masih berusaha masuk ke lubang hidung.

"Sejak kapan hantu punya upil? lagian kalo orang ngupil itu bukan pake jempol," ucap Rubi. Aray hanya tertawa kecil sembari mengelus tengkuknya. Lagi-lagi Rubi bisa menyentuhnya, tapi dia tidak.

Mereka terus berjalan menuju gerbang, ini sudah hampir tengah malam dan Rubi harus pulang.

"Rubi."

"Emm?"

"Kamu manusia?"

Rubi tersentak, pertanyaan Aray ini membuat hatinya sedikit terkejut. Sebenarnya dia juga bingung karena memiliki keistimewaan seperti ini.

"Aku manusia. Tapi entah, kelebihan ini sebuah keuntungan atau kesialan," Jawabnya kemudian berjalan meninggalkan Aray.
.
.
.
"Neng... neng."

Degggggg... Suara itu lagi, pasti hantu nenek-nenek yang tadi. Rubi menoleh cepat ke kanan-kirinya, mencari dimana sosok hantu tua menyebalkan itu.

Jenggg...

"Hwahhh!!! Nenek lagi!!" pekik Rubi.
"Mau apa lagi nek?" tanya Rubi setelah menenangkan jantung lemahnya.

Nenek itu pun mengulurkan tangannya, "Pasangin mata nenek neng," ucapnya. Kedua bola mata di tangan hantu nenek-nenek itu penuh darah, seperti mata yang baru saja lepas dari tempatnya.

"Sial!!"

Setelah umpatan itu, Rubi berlari terbirit-birit menjauhi sekolah ini. Malam ini dia sial atau beruntung? bukan hanya bertemu hantu nenek-nenek, tapi juga hantu tampan.

Hosh...hosh...hosh...

"Aku gak mau ke sana lagi! sialan banget sih tuh nenek, bisa nyopot gak bisa masang. Gak profesional banget jadi setan!" omel Rubi sambil mengatur napasnya yang tersengal-sengal.

Setelah mengatur napas, Rubi kembali melanjutkan perjalanannya untuk pulang. Niatnya untuk mencari makan telah urung. Setelah melihat bola mata itu, dia jadi tidak nafsu makan.

Jalanan sudah semakin sepi, tak ada manusia yang berlalu lalang lagi. Adanya malah hantu-hantu aneh yang berjalan melewatinya.

"Jangan tatap matanya, Rubi." batinnya.

Perlahan Rubi berjalan, semakin lama seperti ada yang menyaingi langkahnya.

49 Days My Ghost✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang