Aneh

328 23 0
                                    

Pagi ini ia membantu bunda untuk menyiapkan sarapan karena hari ini sekolah libur.

"Adik-adik mari makan," kata Daisy

Dengan semangat mereka mengangguk dan duduk di kursi masing-masing.

"Kak," panggil Kenzo

"Ya."

Dengan wajah menunduk Kenzo berkata, "apa kakak mau mengajarkan Kenzo bersepeda?"

"Kenzo ingin belajar sepeda?" tanya Daisy

Kenzo mengangguk dan matanya berbinar.

"Tentu saja, kakak akan ajarkan Kenzo bersepeda," ucap Daisy

"Kenapa kakak masih belajar sepeda? Bukankah kakak sudah besar, ya," celetuk Vero

Kenzo melirik Vero dengan wajah datarnya dan menjawab, "Bukan hanya anak kecil saja yang boleh bermain sepeda, tapi orang dewasa pun boleh."

Vero kecil menunduk, merasa bersalah.

"Maaf," gumam Vero

Kenzo menghela napas.

"Tak apa. Kau mau belajar juga tidak?" Sontak Vero mengangguk semangat

"Baik, untuk kalian berdua kakak akan ajarkan bersepeda."

"Asik!"

Sedangkan Bunda dan Ayah hanya tersenyum melihat anak-anaknya yang begitu akrab.

****

Suara Daisy dan adik-adiknya yang tengah belajar sepeda hari ini terdengar sampai rumah. Bahkan adik-adiknya yang lain menyemangati kakak-kakak mereka yang tengah berusaha mengendalikan sepedanya agar tak jatuh.

"Ayo! Kenzo pasti bisa." Daisy nenyemangati Kenzo yang berusaha menjaga keseimbangannya.

"Kak kenzo! Ayo kejar aku!" seru Vero saat sudah bisa menyeimbangi sepeda yang di kendarainya.

Tak lama Kenzo bisa mengendarai sepedanya sedikit- demi sedikit dan akhirnya berhasil!

"Kakak aku bisa!" Kenzo terlihat kegirangan ketika sudah bisa menyeimbangkan tubuhnya saat mengendarai sepeda.

Bruk

"Kenzo!"

Vero bersama Daisy menghampiri Kenzo yang terjatuh, tapi sebelum keduanya menolong, kenzo memberi jempol kepada keduanya tanda dia tak apa-apa.

"Jadi, apa masih mau lanjut, hm," kata Daisy.

Vero dan Kenzo kompak menggeleng.

"Lelah, kak," ujar mereka

Daisy mengangguk dan berkata, "ya sudah besok lagi, oke."

Dan kedua adiknya mengangguk.

****

"Bagaimana bersepeda nya, Daisy?" tanya Bunda

Daisy menoleh ke arah Bunda.

"Seru! Bunda," kata Daisy bersemangat

Bunda mengelus kepala Daisy pelan.

"Kamu istirahat, ya. Pasti cape." setelah mengatakan itu Bunda pergi.

Ia berjalan ke arah kamarnya yang berada di lantai dua. Memasuki kamarnya yang beraroma lavender, dinding yang berwarna unggu dan biru itu adalah tempat ternyaman nya.

"Lelahnya...."

Ia mengambil buku yang di pinjamnya di perpustakaan dan mulai membacanya kembali.

Ada sebuah kalimat yang tak di mengertinya. Terlalu rumit, hanya saja seperti mengandung banyak arti di dalamnya.

Pergi dari satu tanah ke tanah lain
Mencari yang terpendam
Membawa kebebasan
Memegang kendali

Penyihir murka
Jangan lengah
Kau yang diincarnya
Kau tak sendiri

7 menara tertinggi akan menjadi tameng
Bersama 7 mahkota
Sampai waktunya tiba
Kau akan memusnahkannya

Setelah membaca kalimat yang membuatnya pusing tak terasa ia pun tertidur.

Hei....

Sebuah suara membangunkan ia dari tidurnya. Alangkah terkejutnya saat ia berada di suatu tempat yang aneh.

"Siapa di sana?"

"Aku menanti mu di sini."

"Kau siapa?!"

Merasa kesal dengan suara itu. Ia pun berjalan mengitari tempat itu.

Terdengar suara keputusasaan dari tanah itu. Warna merah tercampur bersama tanah yang di injaknya.

"A-apa ini?"

Merasa penasaran ia melihat sekelilingnya dengan teliti.

"Kau akan tau jika sudah berada di langit dan tanah yang sama denganku."

Habis sudah kesabarannya

"Siapa kau! Hah?!"

"Sesuatu yang terpendam."

Setelah itu semuanya putih membawa ia kembali ke dunianya.

Daisy terbangun dengan napas terengah-engah, betapa kaget nya ia bermimpi aneh di tidurnya.

"Apa maksudnya ini," gumamnya

Di lain tempat

Sudah berkumpul 7 orang yang terdiri 4 laki-laki dan 3 gadis.

Wajah mereka tegang, suhu di sana terasa sangat panas karena tak ada yang memulai percakapan. Sampai salah satu dari mereka membuka mulut.

"Jadi ... apa benar dia?" tanya laki-laki beriris merah.

Semua menatap laki-laki itu.

"Jika memang benar kita harus membawanya," kata laki-laki berambut pirang

Seorang gadis  menghela napas dan berkata, "jika saja dia mau tapi jika tidak, bagaimana?!"

Mereka terdiam.

"Secara paksa." Seorang laki-laki berambut putih salju menjawab dengan nada datarnya

"Kau saja yang paksa! Aku tak ikutan," sahut  laki-laki berambut pirang dengan iris terang.

"Kau ini, suasana sedang tegang begini masih saja bercanda." Laki-laki beriris terang meringis saat kepalanya di ketuk pelan.

"Ya, aku tak suka suasana begini, jadi jangan salahkan aku." Yang lain hanya menghela napas. Jengkel. Dengan bocah beriris kuning terang itu.

"Nanti kita diskusikan dengan ayah dan bunda bagaimana baiknya," ucap gadis berambut abu-abu, mereka semua menggangguk.

***

Halo para readers 👋
Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk baca cerita aku 😊

Semoga makin suka ya💜

*Jangan lupa untuk vote and komen ya*

Agar rajin updatenya 😆

Sekian.

Terimakasih. 🙇

Jangan lupa, next ➡

Happy reading.

Tbc.


Elected Girl And Prince [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang