Bel sekolah sudah berdering, seluruh siswa masuk ke kelas sesuai jurusan masing-masing. Kecuali, satu siswa yang kebingungan mencari sebuah ruangan. Tak jauh darinya seorang siswi berjalan kemari. Ia pun menghentikan gadis itu. "Hei!"
"Aku?" Gadis itu menunjuk dirinya.
Siswa tersebut berdecak, "Di mana ruang kepala sekolah?"
"Kau hanya perlu naik tangga dekat toilet, kemudian belok kanan. Ada papan bertulis 'Ruang kepala sekolah'."
"Baiklah. Terima kasih!"
Tanpa mendengar jawaban gadis itu, ia segera berlari menuju tangga dekat toilet. Kemudian berbelok ke kanan sesuai petunjuk siswi tadi. Ia tersenyum melihat ruangan petinggi sekolah.
Suara pintu dibuka membuat pria di dalam ruangan itu menoleh. Ia mendapati seorang siswa baru. "Kelasmu berada di XI IPA 1."
Siswa baru itu mengangguk. Padahal ia belum mengutarakan kedatangannya, tetapi memang kepekaan pria itu cukup bagus, sehingga ia tak perlu bertanya.
Setelah berkeliling lantai dua, ia menemukan kelasnya. Siswa itu pun mengetuk pintu.
"Masuk."
Remaja laki-laki itu masuk. Ia melihat teman barunya sedang memperhatikan kedatangannya.
"Oh, kau anak baru?" tanya guru tersebut.
"Benar, Pak!"
Guru itu mengangguk. "Baiklah, anak-anak. Kita kedatangan teman baru. Harap tenang!"
"Perkenalkan, namaku adalah Helios Altair."
Beberapa siswi berbisik saat melihat ketampanan Helios. Guru itu pun mengetuk pelan pensil di papan tulis. Ia melihat hanya satu bangku saja yang tersisa. "Helios. Kau duduk dengan Darien. Siswa bernama Darien, angkat tangan!"
Darien pun mengangkat tangan. Helios segera ke mejanya, setelah mengucapkan 'Terima kasih'. Ketika pelajaran dimulai, teman sebangkunya menyodorkan buku.
"Kau pasti belum memiliki buku. Tidak masalah satu buku berdua, kan?" tanya Darien.
Helios mengangguk. "Terima kasih, kawan!"
🌺🌺🌺
Ketika bel istirahat berdering, semua siswa berhamburan menuju kantin. Seketika tempat itu penuh. Namun, ada saja siswa yang masih berada di kelas sekadar menunggu kantin lenggang atau membaca buku.
"Sebaiknya kita makan, kau mau ikut Daisy," ajak Inara.
Airin menatap datar Daisy. "Jangan menjadi kutu buku seharian, lebih baik kau makan."
Beberapa saat gadis bernama Daisy itu berfikir dan akhirnya mengangguk.
"Kalian pesan, ya. Aku akan mencari tempat," ucap gadis bernama Marcille.
Sedangkan mereka bertiga berpencar untuk memesan makanan dan juga minuman.
"Silahkan," kata Ibu kantin
"Terimakasih," ucap mereka berempat serempak dan Ibu kantin mengangguk sekilas.
Hening. Tak ada percakapan di antara keempat gadis itu.
Selesai makan, Marcille angkat suara.
"Kalian mau ikut aku berlatih sehabis pulang sekolah tidak?"
"Mungkin aku bisa bersantai selagi kau berlatih," kata Inara dengan senyum polosnya.
Airin nampak diam tak lama dia berkata, "Aku akan menyusul"
Hanya tinggal Daisy saja yang belum menjawab. Gadis itu tampak menunduk dan memainkan cincin yang ada di tangannya.
"Daisy, mau ikut?" tanya Inara
"Hm, maaf ya. Aku tak ikut," sesal Daisy
Mereka bertiga menghela napas.
"Tak apa," ucap mereka bertiga serempak dan Daisy mengangkat kepalanya.
"Terimakasih," ucap Daisy tulus.
*****
Taman belakang sekolah. Ada sekitar lima orang laki-laki yang sedang duduk di bangku taman itu.
"Jadi, kalian kabur juga?" tanya cowok laki-laki berambut pirang.
"Wajib."
"Kok, lo bisa kabur juga?" tanya cowok beriris kuning terang.
Semua cowok yang sedang berkumpul di atap sekolah menatap cowok dengan rambut pirang dengan iris biru cerah.
"Terlalu malas dengan urusan semacam itu. Jadi, gue kabur hahaha," kata cowok beriris biru cerah itu.
"Kalian nggak mau makan, ya. Gue lapar, nih, ayo makan," ajak cowo beriris kuning terang.
"Kuy," ucap mereka serempak.
*****
Siswa-siswi kelas XI IPA 1 sedang ramai karena guru yang mengajar di kelas itu belum juga datang, hingga ketukan pintu terdengar sampai bangku belakang kelas itu.
"Siang, anak-anak," sapa guru itu yang tak lain tak bukan adalah Mr. Hawort
"Siang, Mr. Hawort."
"Mari kita adakan ulangan fisika. Seperti biasanya...." ucapan Mr. Hawort terhenti karena salah satu muridnya menunjuk tangan.
"Ya. Jean"
"Ada murid baru Mr. Hawort," ucap murid itu yang di ketahui namanya adalah Jean Sanaya.
"Oh, aku lupa. Silahkan murid baru kenalkan dirimu."
Murid baru itu maju dengan tatapan datar sedatar buku tulis.
"Nama saya Helios Altair," ucap Altair singkat.
"Hanya itu, Altair? Mungkin ada yang ingin bertanya."
"Saya." Ada gadis yang menunjuk tangannya tapi kali ini bukan Jean.
"Mengapa mata mu berwarna biru cerah?" tanya gadis itu
Pertanyaan itu membuat altair terdiam sejenak, lalu menjawab, "Agar dapat di pandang oleh gadisku."
Semua murid-perempuan histeris mendengar jawaban manis dari Altair.
"Sudah sudah, Altair bisa duduk sekarang."
Dengan santai nya Altair duduk di kursinya yang sebangku dengan Darien.
"Mari, lanjutkan ulangan...."
"Mr. Hawort tak kasian kah engkau dengan anak baru? Dia belum dapat materi yang akan menjadi ulangan kita kali ini. Lebih baik dia belajar dulu bukan," ucap Henki si ketua kelas Ipa 1.
Mr. Hawort tampak berfikir-fikir dengan memegang dagunya.
"Baik, kau anak baru bisa belajar, setelahnya kelas ini akan ulangan minggu depan, ya," ucap Mr. Hawort
"Yes, Mr.Hawort," ucap seluruh murid kelas Ipa 1 dengan semangat.
********
Halo para readers 👋
Terimakasih sudah meluangkan waktu membawa cerita aku 😊
*Tapi, jangan lupa vote and komen ya*Supaya lebih rajin updatenya 📖
Cerita aku ini akan ada update selama bulan ramadhan. 💜Terimakasih.
Yuk, next ➡
Happy reading.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elected Girl And Prince [COMPLETE]
FantasyBerkeliling dunia. Itu adalah impian semua orang, keinginan bagi para travelling. Dan menjelajahi berbagai tempat di negara lain. Tapi, bagaimana jika berkeliling dunia menemui tempat yang seharusnya hanya ada pada zaman dahulu dan sebuah mitos yang...