Takut

223 20 0
                                    

Pagi ini ia terbangun di kasur yang lebih nyaman dibanding kasur lamanya. Hanya saja, ia tetap bersyukur. Dimana pun tempatnya setidaknya ia bisa tertidur nyenyak tanpa mimpi itu lagi.

Setelah beberapa menit mengumpulkan kesadarannya. Ia beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi. Tak butuh waktu lama hanya untuk sekedar menyegarkan badan dengan air dingin.

"Sepertinya tadi malam aku bermimpi lagi. Hanya saja, aku merasa di peluk seseorang. Dan pelukan itu membuat aku benar-benar tertidur tanpa mimpi itu lagi."

Ia berjalan menuruni tangga, suasana rumah orangtua nya terasa sangat nyaman. Ingin rasanya berlama-lama di sini tanpa beranjak pergi.

Melihat kedua orangtua nya sibuk dengan urusan masing-masing, ia pun berinisiatif menyapa keduanya.

"Pagi, Ayah dan Ibu," sapa Daisy.

Keduanya menoleh, dan menjawab, "Pagi, nak."

Ayah mengisyaratkan ia duduk di sebelahnya. Mengelus rambut panjang milik Daisy.

"Apakah tidurmu selalu seperti itu, nak." Ia hanya bisa terdiam. Menunduk, memainkan cincin yang di berikan orangtuanya.

"Ayah, lebih baik kita makan dulu." Ibu mengambil roti dan di olesi slai kacang kesukaan Ayah.

Ketiganya makan dengan hening. Tak ada percakapan, hanya ada suara alat makan yang di gunakan. Setelah selesai, ia membantu Ibu untuk mencuci piring.

Ruang Keluarga.

Ketiganya berkumpul di ruang keluarga, dengan ia berada di antara kedua orangtua nya.

"Ingin menceritakan sesuatu?" tanya Ayah.

Bukannya tak ingin mengatakannya, hanya saja apa yang ia alami seolah di luar nalar manusia. Apakah orang dewasa akan percaya pemikiran anak kecil seperti dirinya?

"Ceritakan saja, sayang. Kami akan mendengarkan ceritamu, seaneh apapun itu." Dengan perasaan ragu ia mencoba unuk menceritakan mimpi dan kejadian yang di alaminya.

"Aku memimpikan sesuatu yang aneh. Ketika terbangun dari mimpi, aku awalnya berada di tanah yang penuh dengan darah. Ada suara keputusan asaan, kehancuran di mana-mana. Lalu, aku bermimpi lagi berada di padang bunga, sangat indah dan ada suara yang menyuruhku datang. Yang terakhir adalah tadi malam. Seperti di mimpi kedua, berawal di padang bunga dan tiba-tiba padang itu hilang tergantikan dengan tanah penuh dengan darah. Dan lagi-lagi, suara itu menyuruh ku datang. Aku terduduk di tanah itu, hujan mengguyurku seolah terasa nyata tak lama hujan berhenti di gantikan dengan pelangi yang indah. Suara itu berkata, 'Itulah yang harus kamu lakukan, badai hanya sebentar dan di gantikan pelangi' setelahnya semua gelap dan aku merasa ada yang memelukku setelah mimpi itu datang," jelas Daisy.

Kedua orangtua nya menatap anak mereka sendu.

"Apa pelukan itu seperti ini?" tanya Ayah.

Ia kaget. Jadi, apakah tadi malam Ayahnya yang memeluknya?

Ia menatap kedua orangtua nya bergantian. "Benar, sayang. Kami datang saat kamu berteriak. Kami khawatir, dan langsung ke kamarmu. Ayah yang memelukmu, untuk semalaman kita bertiga tidur bersama," kata Ibu.

Matanya sudah berkaca-kaca. Dekapan itu membuat tidurnya tak lagi seram. Hanya ketenangan yang di dapat nya. Dan ternyata kedua orangtua nya, yang dapat membuat tidurnya pulas.

"Terimakasih, aku sayang kalian."

Mereka bertiga berpelukan. Dan saling menatap, lalu tertawa bersama.

tok tok tok.

"Ibu akan buka, kalian di sini, oke." Keduanya mengangguk dan Ibu membuka pintu utama.

"Kalian?!"

Elected Girl And Prince [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang