Kabar buruk

79 6 0
                                    

"Kalian mengapa kabur tadi?" tanya Daisy

Mereka berada di ruang makan dengan  berbagai hidangan makanan yang lezat. Membuat Arkatama tak perduli dengan apa yang ditanyakan Daisy.

"Kau ... menyeramkan," kata Airin

Mereka menatap Daisy horor, kecuali Arkatama yang asik dengan makanan yang ada dihadapannya.

"Itu masih serangan lemah." Daisy mendapat pelototan tajam dari mereka semua 

"Hei! Ada apa ini?" tanya Ratu Dafna

Raja Obelix dan Ratu Dafna datang kemudian duduk di kursi utama meja makan.

"Saat kami berlatih, Daisy menggunakan kekuatannya."

Dahi raja Obelix mengernyit

"Bukankah itu wajar?"

"Tidak!" sahut mereka semua kecuali Arkatama

"Apa yang tidak wajar?" Ratu dan raja   mengernyit

"Aku menggunakan dua kekuatan sekaligus, itupun termasuk dalam eksperimenku. Apakah salah?" tanya Daisy

Terdengat tawa raja Obelix yang menggema.

"Untuk ukuran orang yang baru belajar bukanlah hal wajar. Tapi, ini adalah kau, Daisy. Sang terpilih, bukanlah hal aneh. Yang aneh adalah eksperimen yang kau maksud," jelas raja Obelix

Para pangeran dan putri mengangguk mengerti.

"Ayo, lanjutkan makannya." Mereka semua mengangguk

"Maaf, raja. Saya sudah makan terlebih dahulu," kata Arkatama

"Alasan! Kau memang seperti itu!" dengus Darien, sedangkan Arkatama hanya menunjukan deretan giginya

"Sudah, lanjutkan saja makan kalian."

Tapi,secara misterius ada sebuah asap yang memenuhi ruangan tersebut. Mereka semua panik, sampai suara tawa terdengar begitu menyeramkan.

"Halo, apakabar kalian semua?" kata suara itu.

Asap belum juga hilang, membuat mereka yang terjebak dalam asap itu bersiap siaga.

"Masih ingat denganku, kan?"

"Penyihir," jawab Daisy dan Altair bersamaan.

Sedangkan yang lain membulatkan mata  mereka. Kemudian bersiap jika penyihir akan menyerang tanpa diduga.

"Mau apa kau?!" geram raja Obelix

"Mau apa aku? Mudah saja. Berikan anak manis itu padaku."

Daisy merasa aura disekitarnya semakin tak terkendali. Ia merasa takut dan gemetar. Untuk mengeluarkan kekuatannya saja ia tak mampu.

Ada tangan yang memegang bahunya, tapi ia merasa jika tangan itu mulai mengelus pelan pipinya dan menunjuk pelan pipinya menggunakan kuku yang tajam.

"Ka-kau---"

"Kita bertemu lagi, Nona manis," potong penyihir

Meski dengan keadaan seperti ini, Leandro masih bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatan penyihir pada Daisy. Ini semua karena kekuatannya, ingat jika wolf memiliki pendengaran yang tajam

"Jangan sakiti, Daisy!" seru Leandro

Mereka semua kesulitan bergerak karena asap itu. Seperti diikat oleh sesuatu yang tak terlihat, sepeti itulah asap itu bekerja.

"Kalian diam!" sentak penyihir

"Kau akan baik-baik saja sampai hari itu tiba jika menyerahkan diri tanpa perlawanan."

"Jangan dengarkan dia, Daisy!" teriak Marcille

Penyihir geram dengan para bangsawan itu. Akhirnya dengan asap itu, ia membuat mereka merintih kesakitan.

"Apa yang kau lakukan!"

Penyihir menyunggingkan senyumnya. "Hanya sedikit bermain saja."

"Lepaskan mereka!"

Penyihir menggeleng meski ia tahu Daisy tak akan tahu jika ia menggeleng.

"Mereka hanya permainan bagiku dan kau sebagai utamanya."

Suara tawa penyihir terdengar lagi, lebih menggema sampai tanah di kerajaan itu bergetar.

"Sepertinya aku cukup menikmati hal ini. Tapi, di hari yang tepat akan kubuat kalian  tunduk padaku!"

Altair merasa geram akhirnya dengan sekuat tenaga ia berteriak, "Tak akan aku tunduk pada orang sepertimu!"

"Oh! Kau masih bisa berteriak pangeranku," bisik  penyihir di telinga Altair

Rahang Altair mengeras, jika saja asap itu tak menggaanggu maka sudah dipastikan ia akan meninju wajah penyihir.

"Pergi!" desis Altair

"Jika itu maumu, pangeranku. Maka akanku lakukan."

Seketika asap tebal hilang bersamaan dengan hilangnya penyihir. Mereka semua terbebas dari asap yang menyesakkan.

"Surat apa itu!" teriak Inara

Ada sebuah surat di atas meja makan. Raja Obelix mengambilnya dan membaca surat itu. Rahangnya mengeras setelah membaca isi surat tersebut.

"Ada apa Raja?" tanya ratu Dafna

"penyihir menyatakan perang pada 7 kerajaan. Sekitar dua hari lagi yang dimulai dari hari ini,  perang itu akan dimulai pada malam hari. Bertempat di tanah lapang," jawab raja Obelix

Semua menegang di kursi masing-masing. Wajah mereka pucat, tak menyangka kedatangan penyihir akan membawa berita buruk

"Daisy," panggil Raja Obelix

Ia menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

"Kau tak apa?" Dengan berat Daisy mengangguk

Dirinya sama sekali belum siap, baru saja mereka tiba di kerajaan ini. Bahkan, ia baru bisa bernapas lega setelah perjalanan  ni. Tapi, penyihir sudah mengibarkan bendera perang pada 7 kerajaan yang artinya ia sendiri yang akan memimpin perang itu.

"Jangan bersedih. Kami semua bersamamu," kata Darien dan menatap Daisy

"Kami akan selalu melindungimu dan berusaha selamat dalam perang yang akan datang nantinya," sahut Alardo

Ia menatap teman-temannya, raja dan ratu dengan haru.

"Jangan berfikir kau sendiri disini. Ada kami, para raja dan ratu serta orangtua mu. Bahkan rakyat juga akan mendukungmu dalam perang nanti." Ia menatap Airin dengan mata berkaca.

Sungguh, ia merasa terharu dengan semua perkataan teman-temannya.

"Terimakasih, tolong jangan tinggalkan aku ... di sana sendiri." Mereka semua mengangguk mendengar perkataan Daisy

"Kita akan membahas strategi perang malam ini juga, karena besok malam kita akan bertempur untuk masa depan semua orang."

"Baik!" seru mereka semua

Ini sangat sulit. Bahkan, untuk kekuatan saja aku belum mahir mengendalikannya meski sudah mengalahkan para pangeran dan putri. Batin Daisy

***

Halo teman-teman 👋
Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk baca cerita aku 😊

Semoga makin suka ya💜

*Jangan lupa untuk vote and komen ya*

Biar rajin updatenya 😆

Siapa di sini yang geram dan kesal dengan penyihir? Komen di sini, ya.

Sekian.

Terimakasih. 🙇

Jangan lupa, next ➡

Happy reading.

Tbc.





Elected Girl And Prince [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang