Altair [Ekstra Chapter]

126 7 0
                                    

Setelah perang melawan penyihir, 7 kerajaan berkabung atas kematian Daisy. Tak ada pesta perayaan untuk kemenangan mereka dalam melawan penyihir, hanya ada kesedihan di world of kingdoms and lands.

Semua teman Daisy, merasa terpukul akan kepergian gadis itu. Mereka menangis juga menyesal tak bisa menjaga Daisy sepenuhnya.

Para raja dan ratu menatap anak-anak mereka sendu. Mata yang selalu bersinar menjadi redup karena kehilangan yang amat menyiksa.

Semua raja, ratu, pangeran, putri dan orangtua Daisy berkumpul di demon kingdom. Mereka terdiam, tak ada yang memulai percakapan. Semua masih sangat bersedih akibat kehilangan seorang gadis manis.

"Tak ada perayaan apapun," kata raja Aqtoris

Mereka semua mengangguk. Para putri sibuk dengan air mata yang tak berhenti turun meski sudah diseka berkali-kali.

Orangtua Daisy hanya bisa terdiam dan menatap kosong lantai kerajaan. Raja dan ratu sangat merasa bersalah pada orangtua gadis itu karena lalai menjaga Daisy.

"Maafkan kami, Mr. Calisto dan Mrs. Calisto," ucap raja Obelix

Mr. Calisto menoleh ke arah raja Obelix dan tersenyum.

"Aku dan istriku memaafkan kalian. Jangan merasa bersalah, mungkin memang takdir Daisy adalah pergi. Kalian semua harus melanjutkan hidup meski tanpa Daisy. Ia akan sedih jika kalian terus larut dalam duka," kata Mr. Calisto

Inara semakin histeris, ia merasa sangat kehilangan. Sedangkan Marcille dan Airin hanya menahan tangis untuk saling menguatkan.

"Jangan menangis putri Inara." Mrs. Calisto berjalan ke arah Inara dan duduk di sampingnya

Mengelus pelan rambut milik putri Inara dan tersenyum untuk menguatkan gadis itu

"Hiks ... Mrs. Calisto. Maafkan aku dan teman-teman yang tak bisa menjaga Daisy. Kami sangat lalai! Maafkan kami!"

Mrs. Calisto menggeleng.

"Kalian sangat baik dalam menjaga, Daisy. Aku yakin dia sudah bahagia ditempat yang berbeda dengan kita semua," kata Mrs. Calisto

Mereka semua menahan tangis mendengar kalimat yang diucap oleh Mrs. Calisto aka Ibu Daisy sendiri.

"Maafkan aku, Bu. Tak bisa menjaga adikku, maafkan aku. Pukul saja aku kalau bisa bunuh aku, Bu!" seru Leandro

Ia tak tahan dengan kehilangan adik satu-satunya. Dadanya terasa sangat sesak, ingin sekali ia menggantikan posisi Daisy agar ia bisa merasakan penderitaan adiknya itu.

Tangan Leandro memukul kepalanya dengan keras. Di depan semua orang, ia melakukan itu. Teriakan yang menggema di ruangan itu tak menghentikan apa yang ia lakukan.

"Berhenti Leandro! Ibu mohon!" Tangan Mrs. Calisto memegang tangan Leandro yang berlumuran darah akibat terlalu kencang memukul kepalanya sendiri.

Dengan sigap, Mrs. Calisto memeluk tubuh Leandro dan mendekapnya. Ia bisa merasakan tubuh itu bergetar menahan tangis.

Kedua orangtua Leandro menatap anaknya dengan pilu. Keduanya merasa sedih melihat anaknya seperti itu, tapi tak bisa berbuat apa-apa.

"Kumohon! Jangan menyakiti dirimu, Nak. Daisy tak akan suka itu!"

Leandro terdiam dan menatap Mrs. Calisto lalu kepalanya tertunduk. Rasa sakit yang mendera kepalanya tak sebanding dengan sakit yang Daisy rasakan.

Tubuh Leandro limbung dan terjatuh, semua panik segera raja Ilarion mengangkat putranya.

Mereka semua kembali terdiam. Inara yang masih menangis di pelulan Mrs. Calisto, Airin yang dipeluk oleh Arkatama dan menangis di dada bidang itu, Marcille menunduk menahan tangis lalu datang Alardo di sampingnya dan membawa gadis itu dalam pelukannya.

Elected Girl And Prince [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang