2.) Kasar (revision)

619 32 0
                                    


Pagi harinya, Misya sudah siap dengan pakaian abu-abunya ia baru resmi naik kelas tiga SMA saat satu bulan yang lalu.

Ia memakai jilbab ke sekolah, tapi tentunya ia membawa seragam cadangan untuk ia ganti saat ia sudah berada di dekat sekolah, melelahkan memang, tapi mau apa lagi?

Saat turun dari tangga, ia tersenyum melihat ketiga orang yang ia sayang sudah menunggunya di meja makan.

"Assalamualaikum,Umi Abi, kak Li, "sapanya dengan senyuman sumringahnya.

"Wa'alaikumussalam sayang,"
"Wa'alaikumussalam dek,"ujar mereka bertiga kompak.

"Wahhh kayaknya enak ni."Misya menarik kursinya dan duduk di samping Ali.

"Wooh jelas dong, masakan umi gada lawan."sanjung Ali, Misya terkekeh geli dan mengangguk setuju.

"Sttt, ga bsik ngomong di depan makanan, ayo makan."lerai umi Fatimah karena tersipu malu dengan sanjungan anaknya.

Ssaat semua selesai makan, Abi Al menatap Misya lekat.

"Misya?"panggilnya

"Ya Abi?"sahut Misya setelah baru meneguk minumnya. Abil Al menarik nafas dalam.

"Semalam abi ingin membicarakan hal ini padamu, tapi kata kakakmu Ali, kamu kelelahan karena kerja tugas di sore hari."

Misya menatap Ali yang tengah memakan buang anggur tanpa melihatnya, Ali membelanya semalam.

"Iya Bi, kak Ali emang benar."ujar Misya dengan senyumannya.

"Tapi apa yang ingin Abi bicarain sama Misya?"tanya Misya kemudian, sejujurnya atmosfer di sekitarnya sudah mulai berubah dengan Abinya yang sudah menatapnya lekat.

"Umi kamu bilang ke Abi kemarin, kalau kamu mau keluar rumah menggunakan pakaian yang ga menutup aurat, benar itu Misys?"tanya Abi Al serius.

Tubuh Misya seketika membeku, ia menelan salivanya pelan, apa sudah saatnya semua sudah terbongkar?

"Ah, i...itu--"

"Kenapa gerogi dek? jujur saja, suka bohong temannya jin."ujat Ali memotong perkataan Misya.

"Ih kak Ali, diam deh."protes Misya ketus.

"Misya, jaga sopan santunmu sayang, dia kakak kamu, ga baik ngomong kayak gitu sama kakak kamu sendiri, nanti dosa loh."tegur Umi Fatimah dengan lembut. Misya berdecak pelan.

"Iya Umi, kak Li maafin Misya."ucapnya pelan, Ali tersenyum kecil lalu mengusap kepala adiknya lembut.

"Kaka udah maafin kamu,"ujarnya dan kembali menumbuhkan senyuman diwajah Misya.

"Misya apa itu benar?"tanya Abi Al, kembali mengembalikan topik awal, Misya yang tadinya sudah tersenyum kini luntur sudah senyuman yang ia buat tadi.

Ia menunduk tak berani menatap wajah abinya yang terus menatapnya.

"Emm i..iya Bi,"akunya pelan. Tampak rawut kecewa pada wajah pria paruh baya itu.

"Abi kecewa sama kamu Misya, Abi pikir kamu sudah menjalankan perintah Allah, tapi apa yang kau lakukan malah bertolak belakang dengan perintah Allah."ucap Abi Al tegas, Misya terus menunduk mematung.

Umi Fatimah menatap putrinya ibah, dengan lembut ia memegang tangan suaminya pelan.

"Bi, sebaiknya Misya berangkat sekolah, sebentar lagi ia masuk."ucap umi Fatimah lembut, ia tidak mau emosi suaminya meluap dan membentak anak gadis semata wayangnya, yang seharusnya di didik menggunakan siraman rohani bukan dengan kata kata kasar yang akan semakin membuat anak-anak memacu dirinya untuk menjadi pribadi yang tidak baik seperti yang di katakan oleh orang tua.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang