Sebelum baca IDT, jangan lupa untuk sholawat untuk hari ini ya guyss;))
***
Sampai di rumah Misya langsung mendapatkan pertanyaan beruntun. Ia baru saja pulang dari rumah Zeyn.
Sebelum ke rumah Zeyn , ia berjanji akan pulang pukul 3 sore tapi sekarang sudah pukul 5 sore.
Misya hanya diam mendengar semua ocehan uminya, "Iya-iya Mi maaf,"ucapnya pelan, Umi Fatimah menghembuskan nafasnya pelan, "yasudah sana mandi." Ucap sang umi.
Misya mengangguk lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya, ia sangat kelelahan. Matanya juga terasa perih setelah banyak menangis.
Setelah mandi, ia memakai gamis berwarna maroon dengan khimar segitiga panjang berwarna senada dengan gamis yang ia kenakan.
Ia duduk di depan cermin dan menatap wajahnya, tiba-tiba ia mengingat mimpinya tadi di kamar Zeyn.
"Seharusnya kau yang mengkitbahku Zeyn,"gumamnya lalu menyeka air matanya yang kembali menetes.
"Astagfirullah."Sadar dengan apa yang ia katakan, ia menggeleng cepat karena telah salah memikirkan sesuatu yang tidak dibenarkan.
Tiga tahun lebih Zeyn pergi bahkan hampir empat tahun, tapi Misya masih saja meratapinya, selama itukah Misya membuat Zeyn tersiksa?
"Maafkan aku Zeyn, karena ku kau seperti ini,"gumamnya lalu menatap cermin yang disana ada dirinya.
Tok tok.
"Misya sayang, turun Nak keluarga Azam sudah datang,"suara sang Umi yang tiba-tiba muncul di daun pintu kamarnya, membuat ia langsung kembali membersihkan pipinya yang tadi basah.
"Iya Mi, ini juga sudah selesai."Misya kembali menatap wajahku yang di cermin, lalu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar, ia menuruni anak tangga bersama Umi di sampingnya.
Saat ia sudah sampai di ruang tamu, jantungnya kembali berdetak cepat, ia memerhatikan Abi dan kak Ali, mereka hanya membalas tatapan Misya dengan senyuman hangat.
Lalu ia beralih menatap keluarga Azam.
"Kemana Azizah?"batinnya.
"Azizah tidak ikut." Azam menjawab, padahal Misya belum juga bertanya, pria itu mengerti tatapan Misya yang tampak seperti mencari.
"Oh ya Misya, kata Azam kalian satu kampus?"tanya Umi Nisa.
Mendengar itu Misya langsung gelagapan, apa Azam menceritakan dirinya pada keluarganya? Kenapa Misya tidak pernah berpikir sampai sejauh ini?
Memang ia pernah berharap untuk bersama Azam tapi ia tidak begitu yakin, karena ia pikir Azam menyukai Inaya sahabatnya.
"Eh..i..iya." Misya tersenyum paksa berusaha menteralisirkan rasa gugupnya, ujung khimarnya sudah kusut karena ia terus meremasnya, ia sudah keringat sejak tadi, ia harap semoga malam ini mereka terus saja berbasa-basi dan melupakan tujuan mereka. Itu harapannya, semenjak Azam sayang ke rumahnya menunggu apa kepastian dari Misya.
"Baik semuanya sudah ada, bisa kita mukai saja?"Abi Al mengangkat suara dengan mata yang menatap satu-persatu mereka yang duduk seruangan dengannya.
"Iya benar."Abi Yasir mengangguk setuju, lalu menatap Azam.
"Baiklah Azam, mulailah Nak."Pintanya, Azam mengangguk kecil, ia memperbaiki duduknya dan mengatur nafasnya sejenak kaku menatap Misya.
"Emm."
" Bismillahirrahmanirrahim Misya, apa kau sudah memikirkan jawaban untukku?"tanya Azam dalam satu tarikan nafas.
Deg.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Dalam Tahajud (Completed)
RomanceRank 2 #tahajud Sejauh apapun kaki melangkah, sejauh apapun kita menemukan orang baru, Allah pasti akan mempertemukan dengan orang yang ada kaitannya dengan masa lalu. "Ku pikir, semua sudah benar-benar selesai, ternyata Allah mengaitkan semuanya t...