Saat bel pulang bunyi menggema di penjuru sekolah, anak-anak yang berada di jam kosong langsung teriak heboh, seperti yang dilakukan pada anak-anak kelas Misya. Sejak tadi mereka semua menghabiskan waktu lengang dengan canda tawa karena Jamkos alias jam kosong adalah sesuatu yang sangat langka bagi kelas mereka.XII MIPA 1 adalah kelas yang jauh dari kata absen kelas. Seperti hukum alam, guru yang mengajar selalu mengisi pelajaran seperti tak ada hambatan tak seperti kelas yang lain, yang sering mendapatkan jam kosong dengan alasan guru sedang sakit, ada urusan dan banyak lagi. Apa guru yang mengajar di kelas MIPA 1 tidak mengalami hal tersebut? Atau memang sudah di takdir kan anak-anak MIPA 1 selalu dituntut untuk selalu belajar agar bisa menjadi contoh.
(Hadeuhhh tak habis pikir).Kelas yang ribut sejak awal jam kosong kini berubah menjadi kelas yang sepi dan lengang, hanya menyisakan Misya dan Zeyn di kelas. Keduanya juga hendak pulang, sudah menenteng tas masing-masing.
"Mis, nanti sore datang yah ke sekolah? SMA tetangga ngajak team basket kita buat tanding, jadi bentar sore kita mau tanding. Kali aja mau nonton, tapi keknya emang harus nonton sih."Ucap Zeyn sambil melangkah lamban ke arah pintu.
Mendengar itu Misya tampak sedikit berpikir, ia menatap Zeyn yang berjarak di sampingnya. Sudah jarang ia menonton basket, karena keseringan di lapangan Futsal.
"Mmm iya deh, lagian aku kuker kalau di rumah." Jawabnya, Zeyn menatap Misya penuh selidik seperti meragukan.
"Beneren nih, jangan-jangan di sini kamu bilang mau nonton basket, pas nyampe malah putar haluan ke lapangan Futsall."Ucap Zeyn kesal. Misya tertawa ringan mendengar apa yang Zeyn barusan katakan.
Memang tak jarang Misya melakukan apa yang Zeyn barusan katakan, mengaju ingin nonton basket, tau-taunya beralih ke Futsal.
"Hehehe, tau aja sih bestie, nanti aku nonton kok."ucapnya seraya menepuk lengan Zeyn pelan.
"Dah lah, yok pulang."
"C'mon!!"ujar Misya antusias.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju area parkir dengan sesekali membuat lelucon yang receh,gelak tawa keduanya sesekali terdengar di koridornya, sebenarnya itu tidak terlalu lucu tapi karena rumor mereka yang terlalu recehan apapun pasti di tertawakan.
Sampai di parkiran, suara tawa Misya hilang bagaikan tenggelam di lautan. Tak jauh dari tempatnya, ia melihat Dion mengecup pipi Sasa lalu memakaikannya helm.
Zeyn yang sadar, menggerakkan telapak tangannya menutup kedua mata Misya.
"Ga usah liat kalo ujung ujungnya sakit ati, hadeuhh.."ucapnya pelan.
"Zeyn apaan sih? aku ga sakit hati kok."Misya menarik lepas tangan Zeyn yang menempel, Zeyn berdecak kesal dengan mata malas menatap Misya.
Ia tahu, Dion tidak sepenuhnya bersalah karena memang Misya lah yang menjadikan semuanya berbeda.
"Zeyn lepasin!!"Misya kembali menarik lepas tangan yang menutupi pandangannya, tapi Zeyn tampak tak menghiraukannya.
Zeyn melihat Dion yang sudah pergi bersama Sasa. Dengan tubuh yang rapat dan pelukan erat dari Sasa yang duduk di belakang, Zeyn mendelik geli.
"Pacaran jaman sekarang, ga ada lawan."gumamnya miris.
"Zeynn, lepasin ihh!!"
Zeyn menatap Misya kasihan, lalu menurunkan tangannya. Setelah itu, tanpa sepatah kata ia berjalan pergi meninggalkan Misya yang memicing silau karena intensitas cahaya matahari.
Misya menatap Zeyn yang berjalan ke arah motornya. "Zeyn kenapa di tinggal?"teriaknya dan berlari kecil menyusul Zeyn.
Zeyn tak menggubrisnya, ia memilih menaiki motornya dan memakai helmnya.
"Zeyn kau kenapa? Marah yah?"Misya menggerak-gerakkan lengan Zeyn. Zeyn yang memakai helm full face, menatap Misya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Dalam Tahajud (Completed)
RomanceRank 2 #tahajud Sejauh apapun kaki melangkah, sejauh apapun kita menemukan orang baru, Allah pasti akan mempertemukan dengan orang yang ada kaitannya dengan masa lalu. "Ku pikir, semua sudah benar-benar selesai, ternyata Allah mengaitkan semuanya t...