34.) Pengakuan Dion

254 19 1
                                    

Bismillah Up')

.
.

Sejak Azam tidur, Misya duduk di pinggir ranjang sambil memandang wajah Azam yang tampak teduh dan menenangkan. Misya merasakan gejolak itu di dadanya.

Misya tersenyum kecil mengingat pertemuan pertamanya dengan Azam di rumah sakit. Dari perasaan benci menjadi perasaan yang tidak bisa ia gambarkan.

Misya terhentak kaget, saat sebuah tangan hangat memegang tangannya, Azam. Misya menatap Azam yang ternyata sudah bangun.

"Kak Azam sudah bangun? Tidur lagi aja kak, maaf kalau udah gangguin tidur--"

"Tidak kok, kau banyak pikiran?"

Misya menggeleng kecil dan mencoba tersenyum. "Aku hanya tidak menyangka dengan semuanya."Azam tersenyum kecil lalu bangun dan memeluk Misya lembut. Misya tak menolak, ia bisa merasakan pipi kanannya basah.

Ia menangis, ia kembali teringat dengan sosok Zeyn. Pertemuannya dengan Azam hari ini adalah awal saat ia bertemu di rumah sakit saat menjenguk Zeyn.

"Maaf kak."Gumamnya pelan. Azam melepaskan pelukannya dan menatap wajah istrinya lekat.

"Kau ada masalah?"

Misya menggeleng kecil dan mencoba tersenyum. "Terimakasih kak,"Azam tersenyum kecil, dengan pelan ia mengecup kening Misya lembut.

"Aku yang berterima kasih banyak Dek, aku mencintaimu."Ucap Azam lembut, Misya merasakan pipinya memanas, jantungnya berdebar kencang serasa ingin meledak.

"ALLAHUAKBAR ALLAHUAKBAR."

Suara Adzan berkumandang jelas, menandakan waktu sholat Dhuhur sudah tiba. Azam izin pamit untuk pergi ke Masjid sholat berjamaah.

      **

Setelah sholat di kamar Azam, Misya turun ke bawah, tidak lupa ia memakai cadarnya karena ia tahu sebentar lagi suami Inaya pasti datang bersama Azam dan Abinya Azam.

Misya ikut bergabung dengan Umi Nisa, Azizah dan Inaya yang tengah duduk di ruang keluarga sambil nonton.

"Assalamu'alaikum,"belum lama duduk, Misya mendengar suara bas dari tiga pria yang berbeda mereka, Abi Yasir, suami Inaya dan Azam.

"Wa'alaikumussalam."

Misya menatap suaminya yang memasang wajah teduhnya, tak bisa menahan senyum penuh kekagumannya. Kedua mata Misya menyipit pertanda ia tengah tersenyum. Azam berjalan mendekati Misya.

Misya merasakan jantungnya berdegup kencang saat jaraknya dan Azam semakin menipis. Azam terus menatapnya lekat dengan senyuman yang tidak luntur. Dengan ragu, Misya menyalimi tangan Azam dan setelah itu Azam mengecup kening Misya lembut, membuat Misya merasa akan terbang.

"Wah pengantin baru romantis yah,"suara yang terdengar familiar membuat Misya berdiri tegap, Azam juga menoleh menatap sang empunya suara.

Dengan refleks Misya menoleh kearahnya, seketika tubuhnya mematung melihat sosok itu. Sosok yang merenggut kebahagiaannya dimasa SMA.

Matanya memanas dan tak bisa menahan bulir-bulir bening yang siap terjun bebas tanpa komando. Azam yang menyadari hal itu, langsung menatap Dion dan Misya bergantian.

"Dek?"Azam menepuk pundak Misya pelan, semua yang sadar hal itu ikut bungkam

"Di..Dion?"cicitnya dengan dada yang sangat sesak. Misya merasakan rasa sakit yang sudah reda kini kembali lahir. Inaya menatap Misya yang menatap suaminya sangat lekat.

"Dek kau kenapa?"tanya Azam semakin heran, Misya menggigit bibir bawahnya dan air matanya semakin deras.

Dion yang merasakan sesuatu, merubah posisi berdirinya dan menatap gadis bercadar yang tengah menatapnya lekat, suara yang sangat familiar baginya.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang