21.) Dia Zeyn? (revision)

348 18 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

      Jangan lupa baca Basmalah:)

~Manusia pasti akan merasakan kehilangan dan juga akan menciptakan rasa kehilangan, karena itu juga manusia  mampu menciptakan luka dan juga merasakan luka~

-Miyumyy-

****

Hari demi hari terus berlalu tanpa ada jeda sedetik pun, seakan dunia begitu terdesak agar semua kehidupan di dunia ini tak ada lagi. Waktu tak pernah terhenti namun selalu berjalan dengan cepat tanpa henti.

Banyak yang beranggapan waktu adalah segalanya, namun banyak yang menyia-nyiakan waktunya dengan percuma, seakan apa yang mereka ucapkan itu tak ada gunanya.

Tidak terasa Misya sudah 6 bulan di pondok pesantren kakeknya, tidak lama lagi mereka akan melaksanakan ujian sekolah dan ujian nasional, sungguh waktu tak bisa terhenti.

Kali ini seperti biasa, Misya berada di bawah pohon yang ia sebut 'Pohon Damai' disana ia membaca surat Yasin dengan khusyuknya.

Setelah membaca surah Yasin ia menutup Al-Qur'annya dan memejamkan matanya membiarkan wajahnya di tampar angin sepoi-sepoi.

Dengan pelan ia membuka kelopak matanya dan menatap kearah langit yang begitu cerah nan indah.

"Zeyn bentar lagi aku akan lulus, andai kamu masi disini pasti kita akan sama sama terus, seperti janji kita dulu,"gumamnya getir, ia mencengkram erat Al-Qur'annya tidak sadar air matanya jatuh begitu saja membasahi pipinya.

Bahunya bergetar mengingat sosok Zeyn yang selalu menemaninya, menasehatinya, menjahilinya, rasanya baru kemarin mereka tertawa bersama tapi sekarang mereka sudah beda dunia dan lebih sakitnya lagi, Zeyn pergi setelah menyelamatkannya.

Waktu berjalan begitu cepat hingga kematian sahabatnya itu sudah 6 bulan lebih.

"Aku rindu Zeyn, andai aku bisa ketemu kamu sekali aja Zeyn,"isaknya dengan wajah yang terus menunduk.

Detik berikutnya Misya merasa ada sosok yang berdiri di hadapnnya, dengan cepat ia menyeka air matanya dan mendongakkan kepalanya melihat siapa dia.

"Nih,"ucap sosok itu sambil menyerahkan sapu tangan miliknya, tanpa rasa ragu Misya meraih sapu tangan itu. Sapu tangan yang tampak familiar tapi yang memberinya bukan orang yang sama.

"Kak Misya nangis lagi, kenapa?"tanya sosok yang baru memberinya sapu tangan yang tidak lain adalah Azizah.

Misya menggeleng kecil.

"Kak Fikri tadi memberitahu ku kalau kau menangis disini,"ucap Azizah memberitahukan, Misya diam mencernanya itu artinya Fikri melihatnya menangis tadi?

Kenapa Fikri selalu peduli padanya? Misya takut tidak bisa mengendalikan perasaannya lagi.

Siapa yang tidak baper jika ada cowok yang peduli ke cewek terus-terusan?
Meski perempuan itu berkata tidak, yakinlah di hati paling kecilnya ia sudah memikirkan semua itu. Hal yang jarang disadari para kaum hawa.

Misya tahu Fikri cowok yang baik dan soleh, tapi ia takut perasaan nya nanti salah lagi, lebih lagi ia melihat sosok Zeyn dalam diri Fikri.

"Sampai kapan kak Misya nangis mulu?"tanya Azizah memecahkan perang pikirnya. Misya menelan ludahnya pelan, dan memperbaiki posisi duduknya.

"Sampai dia kembali di sampingku,"jawabnya meracau dan kembali menyeka air matanya yang kembali mengalir.

"Kak Mis, sebenarnya siapa dia? Apa dia Zeyn yang sering Kakak sebut saat sendiri?"tanya Azizah.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang