5.) Pindah? (revision)

430 28 0
                                    


Keesokannya.

Saat Misya baru sampai di kelas, tiba-tiba satu murid langsung memberitahukan sesuatu yang tidak ingin ia dengar.

"Misya? Kau masuk ke sekolah? Apa kau tidak menjenguk sahabatmu?"tanya siswa itu yang bernama Jimi, lebih tepatnya ia seperti meledek, bagaimana tidak satu kelas membenci Misya selain Zeyn.

"Apa maksudmu?"

"Hmm,"Jimi tersenyum meremehkan.

"Seharusnya kau beruntung, hanya dia yang mau bersahabat denganmu tapi di saat ia sedang berada di ambang kematian, kau sama sekali tidak tidak mengetahui kondisinya?"ledek Jimi.

"Apa maksudmu?"tanya Misya mulai kesal.

"Zeyn hampir saja mati, bodoh! Tapi kau sama sekali tidak tau hal itu."Ucap Jimi sarkastik.

Mendengar itu Misya membeku, Zeyn hampir mati? Apa maksudnya? Semalaman mereka belum bertukar kabar.

"Di mana Zeyn dirawat?"tanya Misya dengan suara yang panik.

"Cari di mbah google." Ketus Jimi lalu pergi, melihat itu Misya mengepalkan tangannya marah.

"AKU HANYA BERTANYA, APA SUSAHNYA MENJAWAB?"teriak Misya kesal.

Jimi menghentikan langkahnya dan menatap Misya tajam.
"Kau harusnya banyak tahu tentang Zeyn, Zeyn sudah terlalu baik padamu, urus saja Dionmu, tak usah pikirkan Zeyn."Ucap Jimi tajam. Misya mengepalkan tangannya marah, kenapa harus menyangkut pautkan Dion?

"Dasar sampah!"

Misya menatap Jimi yang benar-benar pergi. "KAU YANG SAMPAH!!"teriak Misya lalu berjalan keluar kelas.

Di koridor Misya berjalan dengan perasaan gusar, bahkan tak memerhatikan jalannya.

Brukk.

Misya terpental ke belakang saat dirinya bertubrukan dengan orang yang lewat.

"Kalau jalan hati-hati." Bentak orang itu, Misya yang mendengar itu langsung menatap cowok yang ditabraknya.

"Dion?"gumamnya.

"Maaf aku tidak sengaja."Ucapnya lalu berlari kecil meninggalkan Dion yang terperangah karena sikapnya yang tidak seperti biasanya.

Biasanya Misya selalu saja berusaha mengejarnya, tapi tadi?
Misya bahkan tidak menatapnya lama, Dion menggeleng kecil dengan apa yang barusan ia pikirkan.

Misya mengunjungi rumah sakit terdekat, saat ia bertanya pada suster, ternyata benar di sini ada pasien yang bernama Zeyn dan ia baru masuk kemarin sore pukul 18:09 maghrib.

Setelah bertanya di mana letak kamar Zeyn, ia langsung mencarinya, hingga ia sampai di kamar Anggrek VIP nomor 3.

Dengan jantung yang tak karuan, Misya membuka pintu kamar dengan sangat pelan.

Saat membuka pintu, Misya menatap sosok yang sangat ia kenal terbaring lemah, sendiri tanpa ada orang lain di ruangan itu.

Tak kuasa air matanya sudah terjun bebas, tangannya mengepal lemah.

"Zeynn.."cicitnya dan melangkahkan kakinya mendekati Zeyn.

Air matanya semakin deras ketika melihat wajah Zeyn yang penuh memar biru keunguan, kepala yang dibalut perban yang tebal, kabel elektroda terpasang di dada yang berhubung langsung dengan layar monitor serta alat bantu nafas juga terpasang di wajahnya.

Misya terduduk di kursi samping ranjang Zeyn. Tangannya bergerak menggenggam tangan Zeyn yang tak bergerak sedikitpun.

"Zeyn... apa yang terjadi padamu? Hiks..."isak nya.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang