37.) Zawji

247 13 1
                                    

Bismillah Up:)
.
.
Setelah makan malam, Misya membersihkan bekas makan mereka. Ia mencuci piring terlebih dulu, niatnya terhenti saat ia melihat di wajan ada sisa kangkung, walau hanya sedikit.

Ia penasaran dengan kangkungnya, dengan perasaan penasaran ia mengecapnya.

Matanya tertutup ia tidak bisa menelan, sungguh ia tidak bisa dan sulit untuk memasukkan kangkung kedalam perutnya.

Rasanya asin dan sangat pahit, tenggorokannya sakit karena memakan kangkung itu

Tapi kenapa Azam makananya sangat lahap? Apa ia tadi bohong, sampai tadi ia melarang Misya untuk memakannya dan berkata kalau ini enak.

Misya tak bisa menahan air matanya. Apakah Azam tadi berbohyhanya untuk menjaga perasaannya?

Ia langsung menyeka air matanya lalu mencuci piringnya, setelah mencuci piringnya ia membuatkan Azam susu putih di gelas tinggi.

Sampai depan pintu kamar, Misya mengetuk pintu dua kali, lalu ia masuk. Di sana ia melihat Azam yang tengah baring di atas kasur.

"Kak aku buatin susu,"Misya bergerak mendekati nakas yang ada di samping ranjang. Dengan gerakan lambat, Azam bangun dari baringnya.

"Wahh harumnya,"ujar Azam lalu mengambil alih susu itu. Misya mengerutkan keningnya saat kulitnya dan kulit Azam bertemu, tangan Azam panas.

"Astagfirullah kak, kenapa tangan kak Azam panas?"tanya Misya, Azam tersenyum kecil lalu meneguk susunya satu kali.

Misya membantu Azam untuk menyimpan susunya di atas nakas. Lalu mengecek suhu tubuh Azam menggunakan punggung tangannya.

"Kakak sakit?"

"Tidak Mis,"Azam menggeleng kecil. "Aku hanya kelelahan,"ucap Azam pelan.

"Pasti ini karena kangkung tadi."Misya menunduk merasa bersalah.

"Sttt, jangan ngomong gitu Dek."

"Tapi kakak itu pucat, yaudah kak Azam istirahat dulu,"ujar Misya lalu membaringkan Azam.

Azam tersenyum melihat wajah Misya yang terlihat panik, ia memegang tangan Misya dengan lembut. Biasanya jika ia sakit, yang merawatnya adalah Umi atau tidak Azizah. Tapi kini tidak lagi.

"Dek, aku mengingat betapa tajamnya tatapan mu saat kau memandangku dulu,"ujar Azam dan terkekeh kecil.

Sangat lucu jika ia kembali mengingat sikap Misya kepadanya dimasa lampau. Misya tersenyum masam.

"Maaf kak, kenapa juga kak Azam ga balas aku? padahal dulu aku udah maki-maki kak Azam,"ujar Misya.

Azam tersenyum tenang.
"Tidak ada satupun kebaikan yang akan kita dapatkan jika membalas orang-orang yang mencerca kita."

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَا صْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيْلًا
washbir 'alaa maa yaquuluuna wahjur-hum hajrong jamiilaa

"Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik."
(QS. Al-Muzzammil 73: Ayat 10)

"Tak ada sedikitpun niat untuk membalasmu."Azam tersenyum menentangnya, sementara Misya menunduk  penuh rasa bersalah.

"Ekhemm,"Azam berdehem kecil dan menatap Misya lekat.

"Oh ya aku mau bertanya,"Misya kembali menatap Azam.

"Apa?"

"Kenapa kau menerimaku untuk menjadi suamimu?"tanya Azam.

Misya memperbaiki posisi duduknya, kini ia tidak bisa menatap Azam, ia tidak mungkin jujur. Bahwa ia menyukai Azam saat mendengar suara Azam melantunkan ayat-ayat Allah.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang