20.) Salah Paham (revision)

315 18 0
                                    


Selesai sholat ashar, Misya pergi ketempat biasa yang ia datangi di bawah pohon yang sering ia jadikan tempat menyendirinya.

Misya bersandar pada batang pohon itu dengan memandang ke arah depan.

"Yang imam semalam dan tadi itu kak Azam."

Misya kembali teringat dengan ucapan Azizah, semalam ia sholat dengan derai air mata. Misya memang pernah mendengar suara Azam bertilawah, Misya memang sempat berpikir yang menjadi imam saat itu Azam, tapi ia berusaha menolaknya karena ia benar-benar hanyut dalam bacaan Azam yang menghipnotisnya.

Misya terus menepis, kalau ia tidak menyukai suara merdu milik Azam, tapi ia tidak bisa berbohong dan mengelak lagi ketika mendengar suara indah pria itu, Misya seperti terhipnotis.

Misya menggeleng cepat tak mau memikirkan Azam lagi, dengan cepat ia membuka tasnya dan mengambil Al-Qur'annya untuk menghafalnya.

Disana ia menghafal ayat-ayat suci Al-Qur'an, kebetulan malam nanti adalah malam Jum'at dimana semua santri akan menyetor hapalan mereka.

Misya terlalu serius untuk menghapal, hingga ia tidak sadar kalau ada yang memperhatikannya.

"Assalamu'alaikum."

Misya menghentikan hafalannya dan menutup Al-Qur'an nya, ia mendongak melihat siapa yang datang.

Ia melihat dua cowok yang tengah berdiri di depannya, sambil memegang kitab suci Al-Qur'an, hanya saja beda ukuran.

Spontan Misya langsung berdiri.

"Wa'alaikumussalam, eh Fikri?"ucapnya sambil tersenyum ramah. Misya mengangguk dan tersenyum kecil.

"Lagi ngapal?"tanya Fikri sambil menatap kitab suci ditangan Misya.

"Eh i..iya,"jawab Misya malu sambil menggaruk tengkuknya yang sama skali tidak gatal. Fikri mengangguk lalu menoleh menatap temannya yang bersamanya.

"Kenalkan, ini teman saya,"ujarnya sambil melirik cowok yang ada di sampingnya.

"Alim,"ucap cowok itu sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

Misya menatap cowok itu sekejap lalu melakukan hal yang sama sambil tersenyum kecil.

"Misya,"ucapnya.

"Oh ya Mis, ada yang ingin Alim bicarakan padamu,"ucap Fikri membuat Misya menatapnya lalu menatap Alim gantian.

"Iya boleh, tapi sebaiknya Fikri ada disini,"ujar Misya membuat Alim mengangguk kecil.

Fikri tersenyum kecil, tidak biasanya Misya seperti ini.

"Aku membutuhkan bantuanmu,"Alim tersenyum kikuk.

Misya mengangguk kecil, kemudian Alim mengeluarkan sebuah amplop putih dari saku celananya.

"Ini aku titip untuk Alifa,"ucapnya seraya menyodorkan Misya amplop putih tersebut.

Misya menatap amplop putih yang berisikan surat. Misya tak bisa menahan senyumnya.

Disini Alim telah menyukai temannya yang tidak lain adalah Alifa, Misya mengamati wajah Alim disana terlihat tampang yang serius dan satu lagi Alim memilki wajah yang manis.

Sungguh Misya belum bisa menjaga pandangannya, padahal sebelum pergi ke pondok untuk pertama kalinya ia berjanji pada Zeyn kalau ia akan berubah menjadi baik, tapi semua tidak semudah apa yang ia pikirkan.

Kebiasaan memang bisa mengalahkan apa yang sudah ditetapkan dalam syariat islam, tapi kebiasaan dalam ketaatan maka akan menimbulkan rasa tenang dalam hati dan jiwa.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang