35.) Kampus

255 21 2
                                    

Bismillah Up'.
Happy reading guys:)

.
Keesokannya, pagi-pagi sekali Misya turun untuk membantu Umi Nisa dan Inaya masak. Tapi sampai disana ia hanya melihat keberadaan Umi Nisa.

"Loh kok malah kesini, istrahat aja dulu Mis."

"Ngga Mi, Alhamdulillah Misya udah baikan."Ucapnya menolak, "Umi? Inaya mana? Kok ngga biasanya ga bantu-bantu?"tanya Misya to the point.

Sadar akan hal itu, Umi Nisa tersenyum kecil. "Kemarin sore Inaya dan suaminya balik deluan, katanya Dion ada kerja mendadak."ucap Umi, membuat jantung Misya kembali berdebar tak karuan saat mendengar nama itu. Bukan perasaan suka, tapi perasa takut yang berlebihan.

Misya berusaha tampak terlihat baik-baik saja. "Inaya dan Dion cuman nitip salam katanya, terus pesan Dion kamu jangan lupa banyak istirahat."Jelas Umi Nisa, membuat Misya semakin tertohok. Situasi macam apa ini.

"Dion itu dulu sering banget kesini Mis, dia itu udah kayak adik kandung Azam. Selalu nempel."Umi Nisa terus bercerita tanpa menyadari kondisi Misya yang semakin keruh, tubuhnya keringat dingin mendengar nama Dion, saat Umi Nisa menyebutkan nama itu, maka wajah Dion juga kembali terngiang membuat ia  keringat dingin.

"Dion itu anaknya baik loh Mis, ga nyangka Dion bisa seberuntung itu punya istri kayak Inaya yang Sholihah."

"Umi senang kalau Dion suka main kesini."

Misya mencengkram tangannya sendiri berusaha menekan rasa paniknya. Sementara Azam yang baru pulang dari masjid menghampiri keduanya.

"Assalamu'alaikum."Keduanya tak membalas, Azam mengerutkan keningnya, seserius itukah keduanya bercerita, sampai-sampai tak mendengar ucapan salamnya.

"Dari SD Dion dan Azam suka sama-sama, tapi pas SMA, Dion sudah mulai jarang kerumah."

"Pernah yah Mis, Dion kecelakaan mobil. Waktu itu pas masih SMA, Dion hampir tak terselamatkan."

Mendengar itu, Misya semakin ketakutan, wajahnya semakin pucat. Tangannya bergetar, sementara Umi Nisa tak sadar hal itu, karena terus membelakangi Misya sambil mengerjakan sayur.

Azam semakin menangkap respon tubuh istrinya itu. "Dion itu--"

"Umi.."Azam langsung masuk dan menyela ucapan uminya, Umi Nisa berbalik dan ternyata sudah ada Azam.

"Sudah balik, Abimu mana?"tanya Umi Nisa, Azam tersenyum kecil. "Masih di masjid Mi."Azam menatap Misya yang keringat dingin dan pucat.

"Kita masuk ke kamar, Umi aku ajak Misya istrahat dulu."ucap Azam, Umi Nisa terkejut melihatnya wajah Misya yang sangat pucat dan penuh keringat.

"Astagfirullah buruan, itu istrimu pucat Zam."Ucap Umi Nisa, "Aku baik-baik saja."Elak Misya gemetar, Azam menghembuskan nafasnya pelan lalu tanpa izin langsung menggendong Misya.

"Kak Azam"teriak Misya membuat Umi Nisa terkekeh kecil. Azam tak peduli ia malah berjalan menjauh dari dapur dan terus menggendong Misya. Misya yang tadi panik karena mendengar nama Dion, kini teralihkan dengan hatinya yang panas karena perlakuan Azam.

"Kak."

"Stttt."

.
.

Sampai di kamar Azam menurunkan Misya di atas kasur. "Kau keringat dingin."Azam menyeka keringat Misya yang membasahi pelipis istrinya. Misya tersenyum dengan wajah yang pucat pasi.

Tok tok...

Ketukan pintu berhasil membuat keduanya menoleh, "masuk."pinta Azam.

Ceklek.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang