38.) Fitnah

253 14 1
                                    

Bismillah Up:)
.
.

Setelah selesai sholat Dhuha bersama, Misya dan Azam pun keluar dari Mushollah.

"Ada baiknya kamu tidak masuk kuliah dulu Dek." Azam menatap Misya lekat. Misya terlihat lemas, mungkin efek banyak menangis barusan. Azam benar-benar harus bertemu dengan Romi.

Misya menggeleng pelan,"Aku kuat kak."

Mendengar itu Azam menghembuskan nafasnya pelan, kemudian semakin memfokuskan pandangannya pada Misya.

"Dek, ini demi kebaikanmu juga."

"Baiklah."Misya mengalah, mendengar itu Azam tersenyum lalu mengusap kepala Misya lembut.

"Istri yang baik."ucapnya pelan.

"Aku akan mengantarmu pulang"ucap Azam lagi.

"Tidak kak."Misya menahan tubuh Azam.

"Aku bisa pulang sendiri, lagian bukannya kakak punya jam pagi ini?"tanya Misya.

"Iya benar." Azam mengangguk, "Tapi, aku terlambat sedikit tidak masalah, yang penting kamu."ujar Azam lalu mengusap pipi Misya yang beralas cadar.

Misya tersenyum mendengar itu.
"Terserah kakak,"ucap Misya, lalu ia berjalan keluar area kampus.

Tidak lama ia menunggu, muncullah mobil Azam yang terparkir tepat di depannya, ia langsung masuk kedalam mobil.

Ia duduk di samping Azam. Beberapa detik duduk, Azam belum juga menjalankan mobilnya.

"Kenapa belum jalan kak?"tanyanya bingung. Azam tersenyum penuh makna.

"Dek."

"Hmm?"

"Sini!"ucap Azam lalu mendekati Misya, Misya yang melihat Azam mendekati dirinya hanya diam mematung. Meski sudah terbiasa dekat, Misya masih saja tak bisa mengontrol detak jantungnya.

"Buka saja dulu niqabmu,"pinta Azam. Misya mengangguk patuh. Dengan pelan ia melepaskan niqab nya, sementara Azam tak henti-hentinya menatap Misya dengan senyuman yang tak luntur.

"MasyaAllah."

Mendengar itu Misya hanya tersenyum malu. Azam mengusap pipi Misya lembut.

"Uhibbuka Fillah Zawjati."Ucapnya, Misya tersenyum menunduk. Tak lama kemudian, Azam melajukan mobilnya. Seperti biasa, Azam menyetir sambil menggenggam tangan Misya menggunakan tangannya yang sebelah.

Sampai di apartemen Azam kembali memakaikan Misya cadarnya, setelah itu ia mengantar Misya, Misya tidak menolak selagi Azam ingin melakukan hal manis untuknya kenapa ia harus larang? lagian ia sangat senang dengan sikap Azam.

"Hati-hati dirumah Zawjati,"ucapnya sambil mengecup kening Misya lamat. Misya tersenyum kecil.

"Hati-hati di jalan kak, ingat kau sudah punya aku dirumah."Ucap Misya, mendengar itu Azam terkekeh, lalu mengangkat tangan Misya dan mengecupnya lembut.

Azam meletakkan telapak tangan Misya tepat di dadanya yang bidang. Misya hanya bergeming.

"Akan ku jaga hati ini untuk istriku, apapun yang terjadi." Ucap Azam, Misya berdesir malu mendengar itu, ia bisa merasakan detak jantung suaminya.

Apa ini yang di namakan kenikmatan dari pacaran setelah nikah? pikir Misya.

"Assalamu'alaikum Zawjati,"ucap Azam.

"Wa'alaikumussalam,"Jawabnya, Misya terus menatap Azam hingga suaminya itu benar-benar tak terlihat.

Saat Azam tidak lagi terlihat, Misya menutup pintunya lalu masuk, ia membuka cadarnya dan mencuci wajahnya, ia bercermin memandang wajahnya yang tidak terlalu putih.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang