14.) Asrama Putra (revision)

342 21 1
                                    

Jangan lupa baca Basmalah:)
21 Januari 20

     **
Keesokan harinya setelah sholat Ashar dan tilawah, Misya keluar dari masjid dan memasang sendalnya, saat ini ia sedang berada di teras masjid.

Banyak dari para santriwati sudah bubar mendahului mereka.

"Kak Azzam, kak Azzam,"bisik Alifa saat melihat Azzam yang berjalan meninggalkan Masjid.

Mendengar itu Misya langsung menatap kearah yang ditunjuk Alifa. Matanya menatap Azzam dengan bengis, ingin rasanya ia menghantam kepala cowok itu sampai pingsan. Tapi Misya tidak bisa melakukan hal itu di dalam pondok.

"Ck, kenapa banyak yang menyukainya sih, laki-laki seperti itu kenapa di kagumi banyak kaum hawa,"desisnya sinis. Hikmah menatap Misya yang berbicara sendiri dengan tatapan tajam ke arah Azzam. 

"Mis jangan ngomong gitu, ntar naksir,"tegur Hikmah kemudian terkikik geli, membayangkan kisah yang seperti di film-film atau di novel romance yang berawal dari perasaan benci menjadi cinta.

"Idihh amit-amit jabang bayi. Aku mah ogah suka sama orang kayak dia, aku aja berharap moga aja si Inaya stop suka sama tu cowok yang ga jelas,"ucap Misya kesal.

Tak bisa ia pungkiri, ia belum bisa meninggal sifatnya yang di SMA nya dulu, sifat mencibir dan memakinya masih terbawa sampai sekarang.

"Mis jangan ngomong gitu, lagian Inaya ga salah, kak Azzam kan sholeh, Hafidz--"

"Ih apaan sih, aku ga suka kak Azzam,"Inaya menyela cepat dengan wajah yang menatap gemas para sahabatnya.

"Nah kan Inaya protes lagi."Sela Alifa dengan senyuman jahilnya.

"Alifa."Inaya merungut kesal membuat Alifah cengengesan.

"Iya-iya maaf Inaya sayang."Alifa mencubit pipi Inaya gemes.

"Udah-udah, aku muak dengar apapun tentangnya, jangan dia lagi, aku enneg."Misya bangkit dari duduknya dan berjalan pergi dengan perasaan yang snagat kesal.

Moodnya runtuh seketika jika melihat sosok Azzam. Ia tidak tahu, kenapa perasaan bencinya sangat berlebihan, tapi yang ia tahu, saat melihat Azzam maka perasaan benci itu akan meluap.

"Lah Misya ngambek."Hikmah mendengus kesal lalu ikut bangkit.

"Ke pinggir sungai yuk, rendam kaki."Alifa menarik tangan kedua sahabatnya paksa.

Sementara Misya saat sampai di asrama, ia langsung merebahkan tubuhnya dan melirik jam dinding yang menunjuk angka 16:36.

Ia memejamkan matanya sejenak, berusaha melupakan semua pikirannya yang merusak ketenangan hatinya.
.
.

"Assalamu'alaikum Mis."Hikmah masuk mengagetkan Misya yang sedang beristirahat.

"Astagfirullah, ucap salam yang benar Hikmah,bikin kaget aishh."Misya mendengus kesal, ia duduk dengan perasaan yang masih terkejut.

Hikmah menggeleng cepat, ritme pernapasannya saja tak beraturan, seperti baru saja ada yang mengejarnya.

"Aku panik tau Mis,"Hikma menarik nafasnya.

"Inaya Mis."

"Iya Inaya kenapa?"tanya Misya ikut panik.

"Dia jatuh di sungai,"mendengar itu Misya melotot tak percaya, tanpa berlama-lama ia langsung berlari keluar, memakai sendal swallow nya dan berlari cepat ke arah sungai.

Tak asing, Misya tahu di mana letak sungai, karena kemarin ia sempat melihat sungai yang sering digunakan anak-anak mencuci pakaian.

Beberapa santri yang menghalanginya jalannya ia tabrak, Hikmah ikut berlari di belakangnya.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang