28.) Siapa Pria itu? (revision)

238 22 1
                                    

Happy Reading')

            ***

Sampai di Bandung lebih tepatnya di depan rumahnya, dengan cepat ia langsung memencet bel rumahnya.

Tidak lama terbukalah pintu rumahnya dan menampilkan sang Umi yang  sangat ia cintai. "Assalamu'alaikum Mi,"salamnya kemudian langsung memeluk Uminya dengan pelukan rindu.

"Wa'alaikumussalam sayang."Misya melepaskan pelukannya lalu menatap uminya lekat. Umi Fatimah yang sadar dengan tatapan penuh tanda dari sang putri tersenyum ramah.

"Kita masuk dulu yuk,"ajak sang Umi. Karena lelah dari perjalanan jauh, Misya mengangguk patuh begitu saja.

"Abi kemana Mi?"tanyanya saat ia masuk kedalam rumahnya. Matanya berkeliaran menatap kearah sekitar mencari keberadaan orang lain selain uminya.

"Lagi mantau pondok,"jawab umi Fatimah lembut, Misya mengangguk kecil lalu menatap uminya.

"Umi kok ga ikut?"

"Kan Umi nungguin kamu, yasudah kamu  ke kamar mu saja dulu, kamu pasti lelah ya kan?" perintah umi, Misya mengangguk mengiyakan. Perasaannya sekarang ini ia ingin rebahan di kasur kesayangannya.

"Malam nanti Umi dan Abi ingin bicara penting sama kamu,"tambah umi. Misya mengangguk saja meski sebenarnya ia penasaran ada apa sebenarnya. Tidak biasanya uminya seperti ini. Misya menepis pikirannya, dan berjalan kearah kamarnya untuk beristirahat.

    **

Ba'da Isya, keluarga Misya sudah berkumpul di ruang keluarga ditemani dengan tv yang terus menyala.

Misya merasakan atmosfer ruangan itu berbeda dari biasanya, tidak heran ia merasa berbeda. Pasalnya, jika berkumpul seperti ini Ali selalu gaduh dan mereka pasti ribut di selingi tawa.

Tapi kali ini berbeda, yang ada hanya diam, membiarkan sang tv bersuara dengan bebas dan jelas.

Misya menatap abi, umi dan kakaknya Ali.  Ia menghembuskan nafasnya pelan, namun masih terdengar jelas oleh ketiganya. Misya memperbaikinya posisinya duduknya.

"Sebenarnya ada apa? Kok sejak tadi hanya diam?"tanyanya agak jenuh. Ali berdehem kecil dan bangkit dari duduknya yang sejak tadi duduk di samping abinya. Misya menatap Ali yang kini duduk tepat di sampingnya, Ali tersenyum kearahnya. MasyaAllah, tampan sekali kakaknya itu. Wajah bersihnya menjadi khas profesinya sebagai dokter.

"Gimana kuliahnya?"tanya kak Ali dengan tangan yang merangkul pundak Misya. Misya menurunkan tangan Ali yang terasa berat dan mendengus kesal.

"Ini pertanyaan sudah berapa kali di ulang kak?"tanya Misya sedikit kesal, sejak ketemu Ali tadi, Ali selalu saja bertanya tentang hal yang sama.

"Bagaimana dengan kuliahnya?"

Ali terkekeh kecil mendengar jawaban kesal yang secara terang-terangan adiknya tunjukan, dengan perasaan gemas Ali  mengusap pucuk kepala adiknya itu.

"Ekhemm,"abi berdehem pertanda ia ingin mengambil alih topik, Ali dan Misya menatap abinya yang tanpa serius.

"Begini Misya, sebenarnya Abi mau memberitahukan kamu kalau sebenarnya,"abi Al mengatur nafasnya sejenak dengan kedua bola mata yang fokus pada Misya.

Misya dibikin penasaran saja oleh Abinya.

"Abi mau cerita, kalau kemarin itu ada yang datang kerumah, dengan maksud dan tujuan ingin menyambung ikatan keluarga," ucap sang abi membuat Misya mengerti, senyumannya mengembang jelas. Ia menatap Ali dengan senyuman yang menggoda, Ali menatap Misya bingung.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang