39.) Salah Paham

291 21 1
                                    

Bismillah Up:)
.
.

Sudah satu minggu berlalu...

Misya belum juga kembali ke Jakarta ntah sampai kapan ia berada di rumah yang ada di Bandung. Ia berusaha meyakinkannya dirinya untuk bisa Ikhlas, tapi syetan selalu saja berhasil menggodanya.

Meski seperti itu, Misya terus beristighfar agar hatinya tak di kuasai dengan perasaan yang tidak baik.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاِ مَّا يَنْزَغَـنَّكَ مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَا سْتَعِذْ بِا للّٰهِ ۗ اِنَّهٗ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

"Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 200)

Pada hakikatnya, manusia tidak akan pernah bebas dari rayuan syetan. Maka hanya Allah semata yang maha melindungi tempat kita berlindung.

Drt..

Drt..

Misya menatap ponselnya yang terus berdering sejak pagi tadi. Satu Minggu ia tak mengaktifkannya ponsel, saat ia mengaktifkan, ponselnya tak berhenti berdering.

Dengan terpaksa ia mengangkatnya.

"Halo ya ampun Misya,"

"Kamu kenapa baru angkat sih? Dari seminggu ini kamu kemana?"

"Kuliah ga masuk, telpon aku ga diangkat, kamu kenapa sih?"

"Sekarang kamu dimana?"

Misya menatap ponselnya yang mengeluarkan suara cempreng milik Vio. Gadis itu sangat rewel.

Misya menghela napasnya pelan.

"Aku izin mata kuliah dulu Vio,"ucap Misya sekenanya.

"Kenapa gitu? Kamu harus tahu pak Azam tuh sekarang kayak mayat hidup, ga kasian apa sama dia?"tanyanya membuat Misya tak bisa menahan air matanya.

"Dia selingkuh,"hanya itu yang bisa Misya ucapkan dari banyaknya isi hati yang ingin ia keluarkan untuk Azam.

"Hah maksud kamu apa Mis?"

"Dia selingkuh hikss..."akhir tangis yang berusaha ia pendam kembali meledak.

Vio bergemuruh tak bersyarat di sebrang sana, membiarkan Misya menangis sesenggukan.

"Hiks..."

"Hiks..."

Berkali-kali Misya menyeka air matanya yang terus mengalir, dadanya semakin sesak dan sempit.

Cukup lama Misya menangis, hingga tangisnya mulai mereda. Membaca kondisi tersebar, Vio berdehem di sebrang sana.

"Misya?"

"Hmm."Misya menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan nafasnya pelan. Sesekali ia menggigit bibir bawahnya untuk tidak menangis lagi.

"Sekarang kamu dimana?"

"Kapan balik kesini?"

"Aku tidak tau." Misya menjawabnya sekenanya, dengan suara parau miliknya. Vio menghembuskan nafasnya pelan, berusaha mengerti keadaan sahabatnya.

"Terus sekarang kamu dimana?"

"Aku hanya butuh waktu."Misya kembali menyeka air matanya.

"Zawjati."

Deg.

Jantung Misya berdetak tak karuan, saat mendengar suara orang yang selama ini ia jauhi tapi ia rindukan, air matanya semakin deras.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang