6.) Mimpi? (revision)

400 17 0
                                    


Dua hari telah berlalu, di koridor Misya berjalan ke arah kelasnya. Ia merindukan kalimat.

"Pagi Misya jelek."

"Pagi Pendek."

"Pagi Tam."

"Misya, kamu harus lupain Dion."

"Misya, penampilanmu terlalu mencolok. Ini tidak baik."

Misya menekuk wajahnya merindukan sosok Zeyn yang selalu menyebalkan.

"Aku dengar-dengar Zeyn itu dikroyok."Ucap salah satu cewek yang berkerumun. Misya menghentikan langkahnya dan berusaha menyimak pembahasan gosip cewek-cewek itu.

"Ah iya, aku sangat kasian padanya, tapi apa mungkin Zeyn punya musuh? Aku tidak begitu yakin kalau Zeyn punya musuh."

"Iya itu benar, kau taukan bagaimana Zeyn? Dia orang yang baik dan ramah. Pasti jauh dari masalah, apalagi ku dengar yang menyerangnya itu anggota gangster."

"Iya sesuai gosip, katanya Zeyn dihadang oleh geng-geng bermotor semacam gangster, para warga sana yang bercerita, kalau sebelum kejadian itu terjadi, mereka sempat melihat geng motor melewati mereka bersama-sama."

Misya mencerna satu persatu kalimat mereka semua, ada banyak pertanyaan meliputi otaknya sekarang ini. Sebenarnya jika mau tahu, ia langsung ikut nimbrung ke segerombolan cewek penggosip itu, tapi jika ia mengambil langkah itu, bukannya  mendapatkan informasi yang dalam malah para cewek itu akan bubar karena tidak menyukai Misya.

Jadi jalan alternatifnya yaitu, cukup ia menjadi penguping untuk sesaat, lagian hanya sesaat.

"Iya aku juga denger juga begitu, tapi siapa mereka dan kenapa mereka mengeroyok Zeyn? Apa mereka ingin merampok barang Zeyn?"

"Tidak mungkin, Zeyn tidak kehilangan apapun, itu artinya ini memang direncanakan."

Mendengar itu Misya langsung mengingat pertemuannya dengan Zeyn sebelum pulang, ia melihat Zeyn tidak memakai apa-apa seperti biasa, hanya seragam batik dan celana abu-abu, sedangkan isi tasnya?pasti hanya buku dan bulpoin-jika ada. Itu artinya Zeyn tidak dirampok, lantas apa?

Sampai di kelas, ia langsung duduk tanpa menoleh ke arah bangku yang kosong di sampingnya. Percuma untuk menoleh, orang yang ia harapkan masih setia memejamkan mata.

Misya meremas keningnya pening, sangat sulit untuk mencari tahu apa penyebab Zeyn bisa terluka parah. Karena tempat kejadian Zeyn diserang saat itu berada di jalan yang sepi, menyebabkan minimnya informasi yang masuk.

Geng motor? Gangster? Siapa geng motor itu? Di Bandung banyak geng motor. Misya menghembuskan nafasnya pelan lalu merapatkan dagunya di atas meja.

Ia menoleh ke arah bangku Zeyn.

"kapan kau kembali masuk? Abi akan memindahkan sekolahku Zeyn, apa kau tidak mau menghabiskan waktu untuk kita bersama, paling tidak kau harus sadar dan bangun dari tidurmu."Gumamnya lalu menenggelamkan wajahnya di tengah lipatan tangan.

          ~~

Bel istirahat menggema di penjuru sekolah, membuat banyak murid bersorak girang dan keluar dari mata pelajaran yang menurut mereka sangat membosankan.

Misya merapikan beberapa alat tulisnya, dan bergegas cepat ke arah toilet.

Saat ia melewati kelas Dion, ia sempat menoleh tapi ia kembali berjalan cepat. Sudah dua minggu ia tidak membuntuti Dion, tidak menonton Dion di lapangan Futsal, tidak menyapanya dan memberi makan serta minum saat setelah main bola.

Misya tidak memedulikan hal itu lagi, kini di otaknya hanya ada kesembuhan Zeyn. Harapannya yang paling utama dari memiliki Dion.

Setelah buang air kecil, Misya kembali berjalan ke arah kelasnya. Sesekali ia memandang ke arah samping melihat anak-anak yang bercengkrama dengan riang, Misya tersenyum kecil.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang