33). Trauma

300 17 0
                                    

***

Misya dan Azam baru saja selesai dengan acara pernikahan mereka, menurut keduanya ini adalah hari yang penuh campur aduk.

Karena hari ini adalah hari yang sangat menegangkan, hari yang membahagiakan, hari yang mengharukan dan hari yang sangat melelahkan.

"Kak Azam mau mandi dulu?"tanya Misya malu, sungguh ia masih malu-malu untuk berpas-pasan dengan wajah Azam.

Azam menggeleng kecil. "Kamu dulu Dek, aku perhatikan kamu sangat kelelahan,"ucap Azam pelan.

Misya mengangguk setuju, lalu ia berjalan masuk ke kamar mandi, sebelum ia benar-benar menutup pintu Azam mengangkat suara.

"Ga mau ganti baju Dek?"tanya Azam, melihat Misya yang masuk ke dalam kamar mandi dengan pakaian pernikahan mereka.

Misya menghentikan langkahnya, tanpa berbalik menatap Azam.
"Emmm gantinya di dalam Kak, aku mandi dulu,"ujarnya lalu menutup pintu kamar mandi.

Sementara Azam tersenyum geli, tampak Misya sangat malu, tak ia sangka gadis yang dulu selalu mencercanya kini telah sah menjadi istrinya.

Azam langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk, saat ini mereka sedang berada di rumah Misya.

"Ada-ada saja istriku itu,"gumamnya dengan kedua sudut bibir yang melengkung ke atas.

Dengan mata yang sangat berat, Azam memejamkan matanya sejenak, ia sangat kelelahan, tanpa bisa ia kendalikan, Azam benar-benar terjun di dunia mimpinya.

.
.

Setelah mandi Misya keluar dari kamar mandi, dengan tubuh yang jauh lebih segar dibandingkan tadi, gamis pengantinnya sudah bergantian dengan gamis sederhana khusu untuk dirumahnya.

Ia berjalan sambil memegang gaun pernikahannya, Misya menoleh ke arah Azam yang sudah tak bergerak di atas kasurnya, dengan kedua bola mata yang terpejam.

Melihat itu, Misya bergerak pelan dan meletakkan gaunnya di atas sofa kamarnya lalu ia berjalan mendekati Azam.

Sekejap ia menatap wajah kelelahan milik Azam, Misya tersenyum lucu, ia tidak menyangka kalau hari ini ia benar-benar sudah menikah dengan Azam.

Dengan perlahan Misya mendekati kaki Azam, tangannya bergerak pelan untuk melepaskan kos kaki suaminya itu.

Merasakan pergerakan di kakinya, Azam bergerak sedikit tanpa bangun, tampak ia benar-benar kelelahan.
"Kau sangat kelelahan,"ucap Misya pelan.

Kemudian Misya kembali masuk kemar mandi untuk menyiapkan air hangat untuk Azam mandi.

Saat semuanya selesai, Misya berjalan mendekati Azam.

"Kak Azam,"panggilnya pelan

"Kak Azam, bangun kak Azam belum mandi,"ucapnya tidak lama Azampun menggeliat dengan pelan, senyumnya terpancar saat melihat wajah Misya yang dekat dengannya.

Karena terus di perhatikan Misya langsung bergerak mundur karena malu, melihat itu Azam langsung bangun duduk. Tangannya menarik tangan Misya dengan lembut, dan menatap wajah istrinya yang berdiri di depannya.

"Kenapa kau masih malu?"tanyanya, Misya menelan salivanya sulit, ia masih beli terbiasanya dipegangnya seperti sekarang ini.

"Imam Al-Ghazali dalam kitabnya yang berjudul 'Al-Adab fid Din' dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 442) menjelaskan tentang adab istri terhadap suami, salah satunya selalu merasa malu,"ucap Misya pelan, Azam tersenyum mengangguk lalu bangkit berdiri dengan kedua tangan yang masih menggenggam tangan Misya.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang