17.) Rindu (revision)

282 17 0
                                    


Satu minggu kemudian...

Angin sepoi-sepoi menerpa wajah gadis yang berjilbab hitam yang sedang duduk di bawah pohon dengan mata yang terpejam.

"Assalamu'alaikum,"ia yang tak lain Misya langsung mendongakkan kepalanya melihat sosok yang kini berdiri di hadapannya.

"Wa'alaikumussalam Fik,"jawabnya pelan, Fikri menatap gerak-gerik Misya yang tak seperti biasanya.

"Bagaimana dengan hapalan mu?"tanya Fikri. Misya mengedikkan bahunya.

"Ntahlah, aku belum siap,"keluhnya lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Melihat itu Fikri mengangguk kecil lalu menoleh kearah samping.

"Emm, tadi aku dengar ketiga temanmu mencarimu, aku dengar tadi mereka bilang kau disuruh menghadap keruang abah."

Mendengar itu Misya langsung berdiri dan tersenyum simpul kearah Fikri. "Terimakasih Fik."

Fikri mengangguk pelan, dan menatap kearah lain.

"Baiklah aku pergi dulu Fik, Assalamu'alaikum."Misya tak berlama-lama langsung berjalan pergi meninggalkan Fikri sendiri.

"Wa'alaikumussalam."

Fikri menatap punggung Misya yang berjalan semakin jauh darinya.

"Semoga sukses Mis," batinnya.

Dalam seminggu lalu, ia dan Misya semakin akrab, mungkin karena mereka terlibat dalam hukuman bersama. Jujur saja, baru kali ini Fikri mau akrab dengan seorang perempuan dan perempuan itu sangat asing dan sangat sulit untuk ia teba. Menurutnya Misya adalah gadis yang memiliki banyak kepribadian.

Misya bisa dewasa dan kekanakan dalam satu waktu, cerewet, suka mengeluh dan terlalu ekspresif.

Di ruang abah Ahmed, Misya duduk menunduk sambil memilin hijabnya karena gugup. Abah Ahmed meneguk air yang ada di gelas kaca yang di sediakan sang istri. Setelah minum, ia meletakkan gelasnya pelan dan menatap Misya lekat.

"Apa kau sudah siap?"tanya abah tenang.

Dengan satu tarikan nafas Misya menjawab, "Maaf Bah, aku tidak bisa."Akunya dengan jujur, matanya tak berani menatap sang kakek.

Mendengar itu abah Ahmed menggeleng kecewa, lalu ia menasehati Misya tentang suatu hal yang Misya sudah dengar dari uminya.

Salah satunya.

Kitab Al-Qur'an itu adalah petunjuk bagi kita yang beragama Islam, kita harus bisa mempelajarinya dan mengamalkannya, karena Allah sudah mengirim Al-Qur'an sebagai hujjah untuk kita.

Itu salah satu nasehat dari uminya yang selalu ia ingat.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَقَدْ جِئْنٰهُمْ بِكِتٰبٍ فَصَّلْنٰهُ عَلٰى عِلْمٍ هُدًى وَّرَحْمَةً لِّـقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ
wa laqod ji-naahum bikitaabing fashsholnaahu 'alaa 'ilmin hudaw wa rohmatal liqoumiy yu-minuun

"Sungguh, Kami telah mendatangkan Kitab (Al-Qur'an) kepada mereka, yang Kami jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 52)

Al-Qur'an dengan sengaja Allah turunkan untuk memberikan petunjuk kepada orang-orang yang beriman (muslim), tak ada satupun dalam Al-Qur'an yang mengajarkan kesesatan. Allah telah menunjukkan melalui Al-Qur'an sesuatu yang baik dan tidak. Dan Al-Qur'an menjadi Rahmat bagi orang-orang yang beriman kepada Allah.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang