23.) Fikri atau Azam (revision)

307 26 2
                                    


Sampai di pondok, Misya langsung masuk dengan posisi Azam yang berjalan di belakangnya.

"Kak Misya,"pekik Azizah menghampirinya.

Misya tersenyum kecil, Azizah mengerutkan keningnya heran saat melihat pakaian Misya yang basah kuyup.

"Kak Misya dari mana? Dan kenapa kau bisa basah semua?"tanyanya, kemudian Azizah menatap Azam yang berada di belakang Misya.

"Dari tempat yang sejak tadi kita rencanakan, masalah basah ini ceritanya panjang,"ucap Misya jujur.

Mendengar jawaban Misya, Azam langsung menatap keduanya tak percaya, itu artinya Azizah tau dimana Misya berada, tapi ia tidak mau memberitahukan siapapun.

"Kenapa kak Misya bisa nekad sih?"tanya Azizah kesal.

Misya tersenyum kecil.
"Aku--"

"Misya, sebaiknya kau mengganti pakaianmu dan pergi temui Abah Ahmed sekarang,"baru saja Misya ingin menjawab, Azam lebih dulu menyela ucapannya.

"Kak Azam? Kenapa kak Azam bisa sama kak Misya?"tanya Azizah penuh selidik, dengan terang-terangan ia menatap mata Azam, Azam mengalihkan pandangannya.

"Karena aku yang menemukannya,"ucap Azam lalu berjalan meninggalkan mereka berdua, melihat itu Azizah menatap Azam kesal.

"Yaudah Zah, aku ganti baju dulu,"ucapnya lalu pergi menuju asrama.

Sepanjang jalan, Misya dilemparkan tatapan yang tidak bersahabat dari beberapa para santri, rasanya ia sedang berada disekolah lamanya. Tatapan ilfeel itu kembali ia rasakan untuk yang kedua kalinya di pondok, yang pertama kali saat berurusan dengan Fikri.

"Jangan pedulikan tatapan mereka,"ucap Azam yang berjalan didepan Misya, ia menyadari kalau Misya di beri tatapan yang tidak bersahabat.

"Tenang saja,"jawab Misya sambil tersenyum tipis, ia merasa Azam sangat baik, tapi Fikri jauh lebih baik baginya.

***

Setelah ganti pakaian, Misya langsung pergi keruangan Abah. Sampai di ruangan Abah, disana sudah ada beberapa ustadz dan ustadzah, Misya melihatnya Azan yang duduk disebelah Ustadz Syam. Sepertinya abah sengaja memanggilnya juga.

Misya menatap umi dan abinya yang sudah ada, kenapa mereka harus kesini? Pikirnya.

Hal itu membuat Misya tidak berani mengangkat wajahnya takut kepada keduanya.

"Duduk Misya,"perintah abah membuat Misya langsung duduk, Misya hanya duduk diam dan menundukkan wajahnya tidak berani menatap wajah sang kakek.

"Saya sangat kecewa dengan apa yang barusan kamu lakukan,"ucap abah terus terang.

"Kenapa kau tetap keluar padahal abah tidak mengizinkanmu untuk keluar, kenapa kau sangat nekad melompat pagar? Kau ini perempuan Misya apakah itu hal yang pantas untuk dilakukan?"tanya abah tegas.

Misya meremas tangannya, lali menarik nafasnya dalam.

"Hukum saja aku semau Abah, aku siap apapun resiko dari perbuatan yang aku lakukan,"ucap Misya mantap membuat semua yang ada di ruangan itu langsung menatap Misya, biasanya gadis ini menolak hukuman namun kali ini dengan pasrah ia siap menerima hukuman apapun itu.

"Misya diam nak,"tegur sang umi tak suka, tapi masih dengan intonasi yang lembut.

"Aku sudah siap, bahkan jika kalian ingin mengeluarkan ku dari pondok akibat ulahku yang tidak mencerminkan seorang muslimah, aku siap,"ucap Misya lagi.

Azam yang mendengar itu langsung menatapnya tidak percaya, kenapa Misya terlalu berani mengatakan hal itu? Apa Misya memang sangat ingin keluar dari pondok?

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang