30.) Zeyn Hadir (revision)

373 24 2
                                    

"Apa yang istimewa dariku?"gumamnya lalu ia kembali terdiam dan melamun. Tak lama melamun dirinya kembali teringat satu nama, dengan cepat ia mengeluarkan ponselnya dari tas miliknya. Ia mendial nomor salah satu sahabatnya.

Tut, telpon tersambung.

"Assalamu'alaikum Hikmah."Ucapnya.

"Wa'alaikumussalam Mis, aduh aku rindu banget, reunian yuk? Bareng Alifa dan Inayah."Ujar Hikmah di sebrang sana.

"Wah aku baru saja ingin mengajak kalian, kapan bisanya? Kalian masi pada di Bandung kan?"tanya Misya tidak sabar, karena ia sudah sangat merindukan ketiga sahabatnya.

"Tentu, memangnya kami mau kemana lagi? Emang kamu ke Bandung kapan?"tanya Hikmah.

"InsyaAllah Sabtu ini, bagaimana kalian kerumahku saja?"tanya Misya.

"Asikkk aku setuju banget, aku hubungi mereka dulu yah!"

"Hehe iya-iya"

     **

Hari ini adalah hari dimana Misya akan memberikan jawabannya pada Azam. Ba'da Isya, keluarga Azam akan datang kerumahnya untuk mendengar jawaban darinya. Tapi sebelum itu di sore harinya, Misya pergi ke sesuatu tempat yang sudah ia janjikan pada dirinya sendiri.

Kini ia berdiri di teras rumah yang sudah lama ia tidak kunjungi, rasa sesak di dadanya kembali terasa saat melihat kursi yang ada di teras, tempat dulu ia duduk bersama sahabatnya sambil mengerjakan tugas dan melihat kendaraan yang lewat depan rumah.

Ia menyeka air matanya yang berhasil lolos, dengan ucapan basmalah ia memencet bel rumah yang terpajang di samping pintu rumah.

Ting tong...

Misya menarik nafasnya dalam, dan bersiap-siap untuk tersenyum, tidak lama terdengar seseorang membuka kunci pintu dari dalam. Lalu terbukalah pintu utama dan menampilkan wanita paruh baya yang sangat ia kenal, Misya tersenyum haru melihat wanita itu.

"Assalamu'alaikum Bu."Misya tercekat tidak bisa berkata apa-,apa lagi, air matanya kembali mengalir.

"Wa'alaikumussalam Nak Misya?"wanita itu menatap Misya tak percaya, Misya mengangguk kecil lalu memeluk wanita itu penuh kerinduan. Dirinya memeluk wanita itu dengan erat dan merasakan kehangatan itu lagi.

"Misya, dirumah mungkin kamu punya ibu. Tapi saat di rumahku, ibuku juga ibumu. Kau juga harus menyayanginya."

Ucapan sahabatnya kembali terngiang-ngiang jelas.

"Ibu aku merindukanmu,"cicitnya tak kuasa menahan air matanya. Wanita itu juga menitikkan air matanya, ia merindukan gadis itu, gadis yang dulu kerap kerumahnya bersama anak semata wayangnya.

"Kau kenapa baru datang kemari? Kau bilang kau akan kerumah ibu, tapi semenjak Zeyn meninggal kau juga meninggalkan ibu."Ucap wanita itu disertai air matanya yang tak bisa ia bendung, Misya merasa terhantam beton. Dirinya merasa gagal dan telah mengingkari janjinya.

"Misya, aku mau keluar kota lomba basket. Aku titip ibu yah, jaga ibu. Kalau bisa sih pulang sekolah kamu mampir hehe."

"Iya-iya, lagian di rumah kagak ada orang kan."

"Nah gitu dong."Cowok itu mengacak rambut Misya gemas.

Misya tersayat mengingat percakapannya dengan Zeyn waktu itu.

"Maaf Bu."Misya begitu merasa bersalah, wanita paruh baya yang tak lain ibu Zeyn menggeleng kecil lalu menyeka air matanya. Ia melepaskan pelukannya dan menatap Misya yang banyak berubah.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang