32.) Zawjati

345 23 1
                                    


   ***

Kini bulan menggantikan posisi matahari yang terlihat kokoh.

Misya tengah duduk di balkonnya sambil memandang rembulan malam yang terlihat sangat tenang dan dapat menenangkan.

Ia terus teringat dengan pertemuannya dengan Fikri tadi, pengakuan Fikri dan tanggapan Fikri saat mengetahui kalau Misya akan menikah. Fikri yang terlihat sangat tenang dan selalu bersikap biasa-biasa saja ternyata diam-diam juga menyimpan perasaan.

Wajah Misya diterpa angin malam, tiba-tiba ada suara burung yang mengejutkannya hingga ia tersadar kalau memikirkan laki-laki yang sama sekali tidak memiliki ikatan itu bisa menimbulkan zinah.

Azam saja yang belum sah padanya, meski ia sudah menerima lamaran Azam ia belum berhak untuk memikirkan Azam apa lagi Fikri yang bukan sama sekali apa apanya

Tapi Misya tetap manusia biasa, seberusaha apapun ia untuk tidak memikirkan seseorang maka wajah orang itu akan semakin jelas di pikirannya.

Ia kembali teringat saat itu ia menemukan pohon yang ia anggap bagus dan ternyata itu pohon favorit Fikri.

Ia pernah masuk ke dalam kamar Fikri sehingga mereka dihukum bersama hingga dalam seminggu.

Mereka selalu berpas-pasan ketika berjalan.

Fikri, selalu meminjamkannya sapu tangan yang selalu wangi menurut Misya.

Fikri, Fikri, Fikri, cowok itu sudah mengisi ribuan cerita di kisah Misya saat di pondok.

Ia mengangumi dua pria sekaligus dalam satu waktu, dan anehnya lagi ia pernah berharap pada sosok yang dulu sangat ia benci. Tapi Allah patahkan harapannya dengan mendengar berita kalau sang sahabat akan menikah dengan sosok yang ia benci dulu, Azam.

Tapi sungguh kuasa Allah sangat besar, ternyata selama ini Misya salah paham. Selama tiga tahun lamanya ia hidup dalam kesalah pahaman ia menunggu sosok yang selalu memberinya sapu tangan, menunggu tanpa kepastian. Hingga akhirnya Allah memutar semuanya dengan mendatangkan Azam padanya.

Azam yang pernah ia harapi pernah membuatnya jatuh dalam, Fikri yang ia nantikan kedatangannya malah terdahului oleh Azam.

Misya tersenyum tipis mengingt Azam yang selalu diam dan datar saat Misya memarahinya.

**

Keesokannya...

Setelah keluarga Misya sarapan, Misya ikut dengan Ali kerumah sakit, ia ingin memerhatikan kakaknya itu saat melayani pasien. Meski itu mengganggu.

Di rumah sakit ia terus membuntuti Ali bak ekor.

"Dek, kamu tu kayak anak ayam aja,"tegur Ali saat ia ingin masuk keruangn VVIP untuk memeriksa pasiennya.

"Ya udah aku pulang aja,"ucap Misya lalu pergi tapi dengan cepat Ali menahan tangannya.

"Ngambekkan banget sih Dek, bentar lagi udah jadi istri orang, sikap kanak-kanaknya ditinggalin gih."Protes Ali sambil menjentik kening Misya.

"Issh inikan hanya sama orang yang dekat dengan Misya aja,"kesalnya. Ali menghembuskan nafasnya kasar

"Iya itu benar, bukannya nanti Azam akan menjadi orang dekat denganmu? Bahkan sangat dekat?"tanya Ali menggoda, berhasil membuat Misya merona malu.

"Issh Kak Ali jangan bahas itu deh, malas ah kau pulang, Assalamu'alaikum,"Misya menghentakkan kakinya kesal lalu berjalan pergi meninggalkan Ali yang terkekeh geli melihat tingkah adiknya.

**

Suara riuh terdengar begitu jelas di luar sehingga membuat sosok perempuan yang sudah berparas cantik semakin gugup.

Imam Dalam Tahajud (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang