3: Lelaki

14K 310 5
                                    

"Saya mau pulang, Om. Harus kuliah," Sha memasang branya dengan terburu-buru.

Om Bas, kakek tua pemilik perusahaan sabun itu menggeliat di atas ranjang. Lalu terkekeh,"Beginilah risiko pacaran dengan mahasiswa. Tapi Om suka! Kamu gadis yang pintar. Oh ya cantik, bagaimana nilai-nilaimu?"

"Bagus, Om. Mana dong hadiahnya?" Sha mengerling manja saat mempermainkan celana dalamnya.

"Mobil baru, atau tas baru?"

"Tanah dong, Om."

"Apartemen ini, untuk kamu saja gimana?"

Sha meloncat gembira. Dia tak sungkan untuk kembali melepas pakaian dalamnya, lalu meloncat ke atas ranjang. Hanya butuh lima menit saja untuk menaklukan lelaki uzur, tak bakal keluar keringat. Semua terjadi begitu cepat. Selanjutnya, dia sudah berlari ke kamar mandi, membersihkan segala noda. Ini sudah menjadi hal biasa baginya, dalam mengumpulkan harta. Sha tak akan merasa rugi untuk sebuah imbalan sebuah apartemen mewah.

Tak ada yang memaksa untuk terus melayani lelaki, Sha hanya sedang terobsesi untuk jadi penakluk sejati. Dia senang menggerogoti isi dompet, tabungan, dan segala koleksi mahal milik bandot-bandot tua yang menidurinya. Baginya, itu bukan sesuatu yang aneh. Ada uang, ada barang. Ini adalah bisnis.

Lagi pula apa yang perlu dikeluhkan? Melayani seribu lelaki setelah tak lagi perawan bukan hal menyakitkan. Dia bukan lagi gadis sembilan tahun yang menggadaikan alat kelaminnya demi urusan perut keluarganya. Kini Sha menjelma menjadi monster penghisap harta, dari banyak lelaki tua bangka yang kebetulan memang sangat kaya.

Tak sulit merayu kakek renta yang hidupnya tinggal menunggu hari. Mereka juga sudah lemah urusan di ranjang, jadi tak begitu merepotkan. Pastinya, mereka justru akan menjadi sangat royal.

Seperti Om Bas, yang kini perusahaannya sudah dikelola para anaknya. Dia cuma tinggal menikmati masa tua dengan berkencan bersama banyak wanita muda, atau pergi berkeliling dunia. Hal itu membuatnya sedikit melupakan rasa sepinya pasca istrinya meninggal dan anak-anaknya sudah berkeluarga.

Om Bas sebetulnya mudah bosan dengan para wanita muda yang dipacarinya. Tetapi ketika bertemu Sha di pesta pribadi kaum kelas atas, dia merasa penting untuk mampu bermain-main dengan "kucing" kecil itu. Meski dia tahu, Sha sebelumnya adalah simpanan relasinya, namun tak sulit untuk mendapatkan gadis itu. Cukup barter. Sekali lagi, ini hal biasa dalam bisnis.

Tak banyak yang tahu bisnis kalangan atas itu kadang sampai juga ke urusan perempuan. Tukar menukar gundik bukan hal aneh. Mereka memperlakukan wanita ibarat barang. Bisa diserahkan ke orang lain, dan bisa dipergunakan lagi suatu saat. Terkadang untuk mengikat hubungan kerja, atau bahkan sekedar ucapan terima kasih, maka mereka mempersiapkan gadis-gadis cantik dari beragam ras. Menikmati tubuh-tubuh mereka, seperti layaknya pengangan hangat di meja. Urusan, hanya sekedar kenyang, sekedar puas saja.

Bahkan saat sedang membicarakan lobi proyek, para gadis menawan juga turut dihadirkan sebagai Lady Escort. Pada awalnya, para wanita  yang berprofesi di bidang ini, adalah mereka yang disewa seseorang atau perusahaan untuk turut memuluskan tujuan bisnis. Sebab mereka memiliki keahlian dalam mendekati dan melayani. Para Escort Girl ini, bukan hanya harus cantik, tetapi juga cerdas, serta terlihat charming, chic dan cekatan.

Tetapi di masa kini, profesi ini malah banyak diisi para wanita yang hanya memiliki kecantikan dan keahlian di ranjang saja. Para gadis binal yang dipoles seanggun mungkin layaknya wanita berkelas, duduk dengan manis di antara para pria yang bersitegang soal harga, bagi hasil serta pembagian saham, hingga wilayah bisnis. Sebab keindahan mereka di antara suasana panas, mampu meredam segala amarah dan konflik serakah. Otot mereka mulai kendur, saat bisa menggandeng si gadis pajangan yang bertingkah bak boneka.

Para wanita itu, terkadang justru mampu jadi penentu kelanjutan kerja sama. Servis di atas ranjang, kemudian malah melahirkan win win solution. Tak dapat ditampik, para wanita yang berjuang di atas ranjang itu, terkadang justru mampu menggolkan proyek-proyek penting abad ini. Mereka jadi saksi sejarah yang justru tak akan pernah tercatat resmi dalam sejarah. Sejatinya aib, tetap harus disembunyikan. Meski semua orang juga tahu, bahwa wanita memiliki benang merah dalam urusan harta dan tahta.

Meski para Bos Besar itu, biasanya hanya melihat gadis-gadis itu tak lebih dari satu kali. Dan tak pernah berpikir untuk merindukan lagi, karena mereka menemukan banyak yang cantik setiap hari. Tersaji di "meja" kenikmatan, tanpa sedikitpun merasa kurang. Justru, mereka butuh variasi "menu" setiap waktu, agar tidak jenuh.

Kecuali jika mereka jatuh hati. Ada cinta. Maka biasanya, akan berujung pada pernikahan. Tetapi pastinya sangat jarang. Tak ada pria hebat yang menikahi pelacur. Itu mungkin hanya terjadi dalam dongeng. Namun, Om Bas ternyata pernah menawarkan hal itu.

"Mengapa kita tidak menikah?"

Kalimat Om Bas, nyaris membuat Sha terjengkang dari ranjang. Itu membuat tarian ularnya di atas tubuh peyot itu terhenti.

"Ada apa Sha?"

Sha tersenyum gugup,"Saya masih ingin sekolah Om. Sudah lulus sarjana, lanjut nanti mau raih gelar master."

"Kan tidak masalah? Segala kebutuhanmu akan Om penuhi. Kau akan jadi istri pemilik perusahaan besar, lho."

Sha tersenyum kaku. Bukan itu yang dia mau! Dia tidak ingin seperti itu. Jika cuma mencari harta, dia sudah cukup kaya. Tetapi ada sesuatu yang membuatnya sangat ketagihan, yakni: menguasai para lelaki!

Dia senang melihat lelaki menjadi bodoh usai bercinta dengannya. Entah gangguan jiwa jenis apa ini, tetapi Sha selalu berselera untuk terus melakukannya. Memeras banyak lelaki, bila perlu sampai ke tulang-tulangnya. Dia tak cukup puas membuat para kakek berlutut seperti lumpuh layu usai bercinta dengannya. Dia juga ingin mereka kehilangan banyak hal, sebagai pertukaran gairah, keringat dan waktu maksiat. Uang sih, intinya. Tentu dalam jumlah yang tak terkira. Setidaknya untuk memenuhi gaya hidup Sha, yang bak Nona dari keluarga Tuan Kaya.

"Aku akan pikirkan itu, Om. Tapi tidak sekarang. Nanggung...," kata Sha, sambil mengedipkan matanya.

Dia lalu bergoyang. Meliuk seperti angin yang berkelebat saat menjadi beliung, merangksek rapat pada pusat titik spot yang menggetarkan gairah kenikmatan panjang. Sha terlalu berpengalaman dalam urusan seperti itu, jam terbangnya yang tinggi menjadikannya suhu. Pakar percintaan urusan ranjang, ahli dalam masalah selangkangan.

"Bersiaplah menghadapi hantaman badai cinta, Om!" Jerit Sha, manja.

Om Bas tertawa serak. Tubuh ringkihnya berguncang-guncang di atas kasur empuk itu. Sementara Sha terus menari dengan liar. Seperti serigala yang sedang lapar. Dia merasa puas. Dendamnya seperti terbalas. Padahal sesungguhnya, dia tidak bisa membalas siapa-siapa, karena para pria itu memang membayarnya. Kecuali, sebaliknya.

(Bersambung)

SEX: Menemukan 'Tuhan' di Ranjang (diterbitkan GoNovel/Sago/Short Novel/Fameink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang