API (Bag. 29)

3.9K 186 6
                                    

BAB 29: API

Kendul tergesa-gesa menyeruak kerumunan warga. Api yang menyala, sebagian telah dipadamkan sebisanya.  Tampak polisi dan pemadam kebakaran sibuk meminta warga untuk menjauh.

"Ada apa, Pak?" tanya Kendul pada warga.

"Mampus tuh biduan! Tiap hari gonta ganti lelaki, liar nyebar penyakit di sini. Sekarang gancet lu! Hampir mati terbakar sendiri..." sahut seorang pria tua.

"Ha? Gancet?"

Kendul terpana melihat petugas rumah sakit dan polisi sibuk menggotong seorang pria dan wanita yang bertindihan dalam selimut. Keduanya menjerit-jerit kesakitan, sementara para warga sibuk memaki dan meludahi mereka.

Lemas dengkul Kendul melihatnya. Biduan yang dia cari atas permintaan jama'ah Ustadz Safar, ternyata sedang gancet dengan pasangan mesumnya. Dan pria yang berada di atas tubuh biduan itu, Kendul mengenalinya. Karena pria itu pernah ditemuinya di Klinik Bidan Esih, sibuk mencari Murni yang sudah dibawa Michael dan Nek Sur.

Kendul tahu, pria itu pasti sama seperti dirinya, pernah menikmati tubuh montok Murni, kekasih Musraf. Namun ternyata dia juga menyikat cewek biduan itu yang juga ditiduri Musraf. Malangnya saat sedang ganas berhubungan intim saat mati lampu, malah menyenggol lilin. Hampir saja mereka mati terbakar kalau tidak ditolong warga. Sebab mereka saking kagetnya lihat api besar, malah jadi gancet. Kemaluan prianya terjepit di lubang vagina si wanita. Sulit lepas. Bahkan merasakan sangat sakit.

"Saya sebetulnya mencari pria bernama Musraf, Pak. Soalnya 2 hari nggak pulang, padahal istrinya abis lahiran..."

"Oh, Si Musraf tukang sarung? Emang suka kumpul kebo dengan Si Mona tuh. Cuma sekarang-karang ini aja dia ngilang. Tinggal Si Koko anak Mpok Hindun aja yang nemplok terus sama tuh biduan!"

"Jadi Musraf nggak ke sini?"

"Udah berminggu-minggu kagak kelihatan tuh bocah. Mungkin nyari biduan lain, pas tahu Mona selingkuh ama tuh Si Koko!"

Kendul cuma bisa menjauh pergi. Merinding melihat azab di depan mata begitu. Kemarin malam, para preman abis digebukin banyak polisi dan kelaminnya diinjak-injak, gara-gara memperkosa seorang gadis yang nyasar di lokasi bawah jembatan. Kendul merinding melihat mereka diseret menuju kantor polisi. Bahkan beberapa kena tembak di kaki karena berusaha kabur.

"Untung kamu tidak ikut-ikutan mereka lagi" kata Suparmi, sambil menyeret kekasihnya itu pulang.

Kendul malam itu sulit tidur. Dia bersyukur keburu jatuh kepelukan Suparmi. Sehingga tak sampai berusan dengan polisi.

"Nanti kita harus segera menikah" ucap Kendul, usai pulang dari rumah kontrakan Mona Si Biduan.

"Lho, kok malah mendadak ngajak nikah? Urusan Si Biduan itu gimana? Apa Musraf masih ngelonin dia?"

"Musraf nggak ada di sana. Eh, denger nggak? Kita harus nikah!"

"Kapan?"

"Secepatnya. Aku mau nyari Ibu dan adikku dulu"

"Nyari dimana?"

"Mereka sudah pindah. Entah kemana. Tapi pasti ketemu. Pokoknya kita harus nikah. Jangan berzina!"

Suparmi memandangi Kendul,"Tumben kamu waras?"

****

Saskia menghela nafas panjang. Percakapan mereka berdua di dalam mobil itu, membuatnya serasa menerima timbunan beban.

"Papa sampai mengeluarkan banyak uang dulu, agar kau terbebas dari hukuman. Nah sekarang, kau malah meniduri pembunuh Bos Sabun"

"Dia tidak membunuh, Kak"

"Tapi kau tahu kan jika dia buron? Kau ingin dijerat pasal sebagai orang yang bantu menyembunyikan buronan?"

"Tidak, Kak. Tapi aku butuh waktu untuk...."

"Untuk apa lagi? Stop melibatkan kami dalam kebodohanmu!"

"Demi Tuhan, Kak...."

"Aku mau bicara dengan Meiske. Dia harus tahu soal ini. Aduuh... gila kau, Michael!"

*****

Ustadz Safar cuma menunggu sekitar 10 menit di depan rumah itu, sebelum meminta polisi untuk segera datang. Sopirnya juga sudah menemui Ketua RT dan RW setempat, mereka sepakat berdiri di luar rumah mewah itu menanti pihak kepolisian.

"Kami juga sebetulnya kesal karena dia sering bawa masuk lelaki" kata Pak RT.

"Ya, benar. Ini menantu saya yang sudah 2 hari tidak pulang. Sementara istrinya sedang melahirkan!" kata Ustadz Safar, saat melihat Musraf diseret polisi dalam keadaan telanjang. Sementara wanita di sebelahnya yang juga telanjang, dan sibuk berteriak marah.

Musraf menunduk saat berhadapan dengan Ustadz Safar. Juga tak melawan ketika Ustadz itu menampar mukanya.

"Penjarakan saja, Pak! Dia sudah banyak menipu wanita. Ada yang dia hamili, terus tinggalkan. Termasuk anak saya!"

SEX: Menemukan 'Tuhan' di Ranjang (diterbitkan GoNovel/Sago/Short Novel/Fameink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang