Perawan (Bag. 15)

7.4K 196 35
                                    

LIMA BELAS: Perawan

"Kenapa dia datang ke sini?"

Musraf merapat ke dinding, nyaris tak bergerak. Tangan Munaf keras mengikat lehernya. Inilah pertarungan di malam pertama itu. Bergumul dengan abangnya yang sedang sangat marah. Usai akad nikah, Munaf menyeretnya ke tempat sepi. Memukul kepala dan menendang bokongnya. Terakhir, dia mencekik Musraf, sebelum memaksanya bicara.

Musraf terbatuk-batuk usai Munaf melepaskan kedua tangannya. Dia sampai jatuh berlutut. Dadanya sesak. Sampai sudah pasrah disuruh menikahi Mintarsih begini, Munaf masih saja memperlakukannya dengan hina.

"Apa yang kau inginkan dariku dengan menikahi Mintarsih?"

"Aku ini ingin melihat kau bahagia!"

Musraf langsung berdiri. Dia berusaha berani menatap abangnya.

"Kebahagiaan aku, atau dirimu? Ingat, Bang. Aku yang bakal jadi menantu Ustadz Safar, bukan dirimu! Dia yang memilihku, bukan dirimu yang bekas narapidana. Jadi berhentilah berkhayal terlalu jauh dengan merasa begitu bangga jadi bagian dari keluarga Ustadz terkenal"

"Tutup mulutmu, Musraf!"

"Aku yang berhak berada disini, kau bukan siapa-siapa! Aku bisa membongkar segalanya, dan kaupun bisa kehilangan segalanya. Termasuk Rugayah..."

Munaf mencengkeram pundak adiknya dan hampir melayangkan tinju, ketika tiba-tiba Rugayah muncul di depan mereka.

"Ada apa dengan kalian?" tanya wanita bercadar itu.

"Tidak apa-apa dik Gayah, Musraf cuma sedikit gugup soal malam pertama. Bukan begitu Musraf?"

Musraf menepis tangan Munaf dengan kasar, lalu pergi menjauh. Dia muak dengan tingkah laku abangnya yang terus menerus berbohong itu.

"Kamu dari mana, Musraf? Susul istrimu di kamar kalian. Aduh, kamu pasti gugup kan di malam pertama? Ayah juga begitu dengan Ibunya Mintarsih. Sampai gemetaran.." kata Ustads Safar, saat melihat Musraf duduk sendirian di tepi kolam ikan.

"Oh, iya Ayah. Maaf Ayah, saya ke kamar dulu.." Musraf mencium tangan Ustadz Safar, sebelum terburu-buru mencari kamar pengantinnya.

Beda dengan Munaf, dia langsung membawa Rugayah ke rumah kontrakan. Sementara Musraf, dia langsung berbagi ranjang di kamar Mintarsih.

Pintu kamar itu penuh dengan bunga melati. Musraf mendorongnya pelan, lalu menutupnya dengan tergesa. Di atas ranjang, duduk Mintarsih yang sudah memakai mukenah. Mereka lalu sholat berjama'ah, dan mengucapkan doa bersama.

Sebenarnya, Musraf tidak bergairah berhubungan seks dengan Mintarsih saat itu. Dia masih sedih memikirkan nasib Sha yang dicintainya. Namun dia hanyalah lelaki biasa. Ibarat kucing yang disodori ikan di depannya. Melihat seorang wanita cantik terbaring pasrah di ranjang, dia tak kuasa menahan gejolak birahinya yang menyerang.

Malam itu... meski Mintarsih tidak secantik Sha, payudaranya kecil cuma ukuran 32, dan pinggulnya juga tepos, namun Musraf menggaulinya dengan penuh gairah. Mintarsih ternyata memang masih perawan. Gadis itu menjerit dan menangis, saat Musraf ganas memerawaninya.

Ini sensasi berbeda bagi Musraf yang selama ini disodori lubang vagina Sha yang sudah dimasuki entah berapa ribu kelamin pria. Vagina Sha memang masih kesat sempit. Tapi keperawanan, itu lebih aduhai rapatnya. Seakan menggigit dan menyedot batang kemaluaannya. Semakin dipaksa dimasuki, semakin terasa nikmat. Bahkan jeritan kesakitan dan rintihan Mintarsih, seakan makin merangsangnya untuk bergerak semakin liar.

Awalnya, Musraf ingin segera menggulati Sha esok harinya. Di tempat yang sama. Sudut gedung tua bekas koperasi dekat Gang Senggol. Dia yakin, Murni akan memaafkannya. Bahkan akan kembali membuka celana dalamnya untuk kekasihnya.

SEX: Menemukan 'Tuhan' di Ranjang (diterbitkan GoNovel/Sago/Short Novel/Fameink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang