Bab 19: Keluarga
"Tak ada yang menganggapmu berbeda, Michael. Kau tetap bagian dari keluarga Nataprawirya!"
Michael yang duduk diantara saudara-saudara sepupunya di ruangan rapat itu, hanya tersenyum. Hari itu, adalah rapat keluarga. Tetapi lebih mirip dengan rapat perusahaan. Padahal yang dibicarakan adalah kematian orang yang paling dicintai. Cuma memang urusannya adalah persoalan harta yang ditinggalkan.
Meiske, sebagai anak sulung Nataprawirya, memimpin rapat itu. Dia wanita berusia 45 tahun yang masih tampak begitu cantik. Saudara-saudaranya juga tak kalah menawan. Hanya saja wajah mereka tampak berbeda, karena memang berbeda ibu. Almarhum Nata memiliki 3 orang istri. Dua meninggal, dan satu lagi adalah istri barunya yang sekarang sakit-sakitan pula, shock mendengar suaminya telah tiada.
Michael adalah anak adopsi, meski dia terhitung keponakan. Nata menyayanginya dengan tulus, termasuk juga mewariskan saham di rumah sakit yang dulu pernah membuatnya berkasus.
"Papa masih menyisakan sekitar 50 persen saham rumah sakit untuk Michael. Ini kan konyol? Michael sudah membunuh pasien. Sudah diusir Papa, tapi saham atas namanya kok masih diwariskan? Memang, rumah sakit itu dulu inginnya Papa Michael yang pegang. Sementara kita ngurusin perusahaan lain. Tapi ...."
"Saya mengerti Kak Meiske" Michael menyela dengan penuh hormat. "Saya sudah membuat semua orang kecewa. Saya sudah bilang dulu sama Paman Nata, bahwa saya sudah meletakkan saham-saham itu. Saya tidak akan berminat"
"Masalahnya, Papa sudah meninggal Michael. Dan Papa masih tidak menarik daftar warisannya itu untukmu. Kamu harus membuat pernyataan di depan notaris kita nanti, untuk penyerahan itu"
"Baik, Kak. Akan saya lakukan"
"Kamu tetap akan dapat warisan, Michael. Sahammu akan ditukar untuk kepemilikan bisnis Papa yang lain. Banyak kok usaha kecil Papa yang kita nggak pegang. Usaha Papa banyak, anak kandungnya cuma tujuh orang..."
"Saya sudah punya usaha sendiri, Kak"
"Bengkelmu yang baru punya 3 cabang itu? Itu tak bakal cukup untuk hidup, Michael. Kami juga memikirkan nasibmu. Kamu cuma punya apartemen dan BMW hadiah ultah dari Papa. Kau bangun bengkel itu pake modal tabunganmu yang tak banyak itu...."
Michael menunduk. Di antara sekian orang yang duduk di ruangan itu, Michael dianggap paling miskin. Mereka jelas jauh lebih kaya sebagai anak kandung. Bahkan beberapa malah punya pesawat pribadi. Jadi untuk cuma punya sekedar BMW dari hadiah ultah, bagi mereka itu menyedihkan.
"Jika kau diketahui masih tertera sebagai salah satu pemilik saham Nata Hospital, reputasi rumah sakit itu akan anjlok. Ingat, kau pernah melakukan sebuah kesalahan besar. Kita habis bermiliar-miliar untuk menutupi kasusmu! Itu 2 tahun lalu. Aku bahkan masih sakit kepala jika memikirkannya. Apalagi Papa, nyaris mati beliau. Meski kemudian beliau tewas karena ditembak orang di mobil...."
Michael menghela nafas. Selama 5 bulan ini, kasus 2 pengusaha kakap mati di dalam mobilnya, adalah peristiwa paling menghebohkan. Pamannya ditembak di mobil, saat sedang melintas di jalan sepi menuju tambaknya. Paman Nata punya bisnis tambak udang yang rutin mengisi pangsa pasar ekspor Amerika dan Eropa. Tambak itu berlokasi di daerah pinggiran kota. Berpuluh tahun dia selalu lewat di tempat itu. Tak ada yang menduga beliau kelak bakal tewas dengan satu peluru di kepala.
"Papa orang baik. Cuma dalam persaingan bisnis, pasti ada saja orang jahat. Usaha Papa banyak, pasti ada yang tidak suka" kata Nando, anak kedua.
"Mungkin juga ada dendam pribadi. Kita tidak tahu. Papa tidak banyak bercerita. Beliau selalu diam" tambah Saskia, anak bungsunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX: Menemukan 'Tuhan' di Ranjang (diterbitkan GoNovel/Sago/Short Novel/Fameink)
RomanceSejak usia 9 tahun, Shakuntala yang bernama asli Sarah, hanya memahami hidupnya adalah untuk melayani para pria. Dari objek Penderita, bermetamorfosa menjadi Penakluk. Dunianya adalah ranjang-ranjang setan. Berharap tobat dengan mencintai seorang Ha...