12: HAMIL
Hampir 2 jam Sha bolak-balik di tikungan itu. Duduk, berdiri. Lalu berjalan ke sana- kemari. Tetapi apa yang dia cari tak juga muncul.
Sudah satu bulan lebih dia tak melihat Musraf. Rasanya hampir gila! Setiap hari dia menunggu kekasihnya itu di pasar, berharap dia kembali berdagang sarung. Tetapi Musraf tidak pernah terlihat lagi.
"Mereka pindah berdagang. Mungkin di Pasar Senen, atau Pasar Pagi lama. Kurang tahu..." kata pedagang batik, yang dulunya tetangga lapak dagangan Munaf dan Musraf.
Sha sudah berkeliling pasar. Pasar manapun yang diperkirakan ada Musraf. Tetapi pemuda itu seakan benar-benar lenyap. Kerinduan dan kecemasan di hati Sha bergumul jadi satu, melahirkan rasa penasaran yang besar. Dimana Munaf menyembunyikan adiknya itu?
"Tak ada yang bisa dimakan lagi. Kau cuma sibuk mencari Musraf ke sana kemari..." Nek Sur melemparkan cucian kotor ke dalam ember, lalu duduk diam di depan gubuknya.
Sha melirik sesaat, sebelum sibuk menyisir rambutnya.
"Malam ini aku di jalan lagi, Nek. Kita pasti bisa makan..."
Nek Sur cuma menghela nafas. Dia sudah cukup malu dimarahi Munaf habis-habisan sebelum mereka pindah dari bawah jembatan. Belum pernah Nek Sur sesedih itu. Sebab selama ini, Munaf dan Musraf sudah dia anggap cucu sendiri. Tetapi kehadiran Sha telah membuat semuanya kacau sudah.
Kini, tak ada lagi uang yang dipegang Sha untuk mereka makan berdua. Dia tidak lagi menjual diri. Cuma sibuk mencari informasi tentang pacar terlarangnya itu. Baru malam ini, Sha berdandan lagi. Mengenakan baju ketat nyaris telanjang. Berjalan pelan menuju gedung tua, lokasi tempat dia pernah menjajakan tubuh moleknya.
"Nah, muncul lagi lonte sial ini"
Kembali, Sha tak ingin meladeni lonte-lonte jalanan yang bersatu memusuhinya. Dia malah sibuk mendekati pria-pria bermobil yang melambai dengan penuh hasrat menjanjikan.
"Dua ratus dong" kedip pria berkumis dalam mobil jeep tua.
"Mereka sih iya. Kalau aku beda" sahut Sha, sambil menunjuk para pelacur yang selalu mencoba mencari masalah dengannya.
"Ah, mereka 50 juga mau"
Sha tertawa,"Wah, lubang wc kali itu"
Pria berkumis kembali mengedipkan mata,"Dua ratus lima puluh"
"Satu juta, apalagi ini baru buka warung"
"Mahalnya..."
Sha meninggalkan pria itu. Dia tak sudi melayani orang yang tak memiliki duit.
"Oke! Oke! Tapi 2 jam"
Tak perlu menjawab, kali ini Sha gantian yang bekerdip. Dia yakin dari postur pria itu, paling hanya bertahan 15 menit. Sha mengenal ribuan pria, dia paham bentuk fisik pria yang betul-betul perkasa itu.
Malam itu, Sha bisa mengumpulkan uang 4 juta rupiah. Baginya cukuplah melayani 4 pria, agar hutang-hutang di warteg Bude Suparmi bisa lunas. Dia mendadak merasa lelah bercinta, entah mengapa.
"Kau mungkin masuk angin" kata Nek Sur, sambil sibuk mengerok punggungnya ketika dia baru pulang.
Sha tak menjawab. Dia merasa tubuhnya betul-betul lemas. Pusing dan mual. Bahkan dia tidak suka mencium bau makanan.
Esok paginya, Nek Sur menemukan Sha yang muntah-muntah di kamar mandi. Naluri wanita tua itu mendadak resah. Apalagi ketika sepagi itu, Sha tiba-tiba minta dicarikan kedondong muda.
"Kau hamil, Murni"
Sha nyaris mati berdiri mendengarnya. Lalu sekuat tenaga dia menangis dan menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEX: Menemukan 'Tuhan' di Ranjang (diterbitkan GoNovel/Sago/Short Novel/Fameink)
RomanceSejak usia 9 tahun, Shakuntala yang bernama asli Sarah, hanya memahami hidupnya adalah untuk melayani para pria. Dari objek Penderita, bermetamorfosa menjadi Penakluk. Dunianya adalah ranjang-ranjang setan. Berharap tobat dengan mencintai seorang Ha...